Dua Puluh

3.3K 223 5
                                    

"Ibu...." Berlian berlari menghampiri ibunya yang sedang duduk disebuah taman dekat perumahan yang dulu dia lewati bersama Juve.

Gadis itu memeluk ibunya sangat erat. Hampir satu bulan dia tidak bertemu dengan wanita yang melahirkannya itu. Sejuta kehangatan langsung perlahan masuk menyelimuti hatinya yang sepi.

Hari ini setelah pulang sekolah Berlian ingin sekali mengunjungi ibunya. Dia bersama Juve pun berangkat tapi tak disangka-sangka dalam perjalanan mengunjungi rumah orang yang tak dikenalnya itu malah bertemu dengan ibunya ditaman.

Gadis itu mengelus punggung ibunya. Rasanya tubuh ibunya sekarang jauh lebih berisi dari sebelumnya. Dia bersyukur ibunya terlihat cantik dan terurus.

Sepertinya pengorbanan merelakan ibunya untuk dirawat oleh orang lain tak sia-sia.

Air mata Ian jatuh dengan derasnya dia terisak, menangis bagaikan anak kecil. Dia peduli Juve akan melihat sisi kekanak-kanakannya. Baginya sekarang,yang terpenting hanyalah menyampaikan rasa rindunya yang amat mendalam pada wanita itu.

Tangan ibunya hendak melepaskan pelukan itu,tapi Berlian menggelengkan kepalanya.

"Ibu,tolong jangan lepaskan, aku hanya ingin memeluk ibu. Tolong seperti ini. Sebentar saja.aku kangen sama ibu. Maafin Ian ya bu,Ian memang anak durhaka."

Ibunya menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.

"Ber... Li.. An." ucap ibunya terbata-bata.

Ian kaget. Dia langsung memundurkan wajah dan tubuhnya.

"Ibu sudah bisa bicara lancar sekarang?" tanya Ian tak percaya.

Bagaimana bisa?ibunya selama ini hanya bisa mengoceh tak jelas,dan sekarang menyebutkan namanya? Ini suatu keajaiban.

Ibunya mengangguk dan tersenyum.

Senyum itu.

Waktu seakan terhenti. Itu senyuman tulus yang belum pernah Ian lihat. Selama ini ibunya hanya tersenyum bodoh ala orang 80% saja. Tapi sekarang ibunya tersenyum padanya. Seperti orang normal.

Oh Tuhan. Ini pasti berkah darimu.

"Ian..." panggil ibunya lagi.

"Iya.. Ian disini ibu. " Ian mengambil tangan ibunya dan menciumi punggung tangan beliau. "Pasti orang yang membawa ibu mengobati ibu ya. Ibu bahagia disana?"

Ibunya hanya terdiam sambil membelai-belai rambut anak gadis yang ia rindukan itu.

"Ian.. Ibu.. Ka..ngen."

"Iya ibu Ian juga kangen. Ibu tambah cantik ya. Pasti orang itu merawat ibu. Maafin ian ya ibu, selama ini Ian gak bisa jaga ibu. Gak bisa ngerawat ibu dengan sungguh-sungguh."

Setelah kepulangan pak Leo Ian merasa sangat kesepian berada dirumahnya.

Awalnya pak Leo ingin menawari Ian untung pindah dirumahnya saja dari pada tinggal dirumahnya sendirian. Tapi Ian menolak, selain tak enak hati dengan keluarga pak Leo,Ian juga ingin menjaga rumah warisan dari neneknya itu.

Pandangan ibu Ian sekarang beralih pada seorang pemuda yang berdiri dibelakang anak gadisnya.

"Ibu.. Diaa."

"Perkenalkan nama saya Juve tante. Say pacarnya Belian."  Juve dengan bangganya memperkenalkan diri sambil membungkuk menyalimi bu Vina.

"Ju.. Ve.."

"Iya tante.. Sebelumnya kita pernah bertemu. Aku membelikan ibu ice cream. Ibu masih ingatkan?"

Vina mencoba mengingatnya dan lalu tersenyum sambil mengangguk.

"E.. Nak." katanya.

"Hehe.. Ibu mau lagi ayo saya belikan."

Juve mencoba menggoda tapi perutnya disikut oleh Berlian.

"Lo kira ibu gue anak kecil."

"Lah yang pentingkan nyokap lo seneng."

"Tapi gak gitu juga kali. Sopan dikit napa."

"Ah ya.. Gue lupa. Kan beliau calon mertua gue."

Mereka pun terus saja bertengkar.

Bu Vina yang duduk memperhatikan mereka sambil tertawa.

"Ma... Ayo pulang." terdengar suara lelaki dari kejauhan. Ian menoleh. Alangkah kagetnya dia. Laki-laki itu berjalan ke arah mereka.

Apakah mereka salah melihat?

Kebahagian yang baru saja Berlian rasakan rasanya akan musnah dalam beberapa detik saja.

Cowok itu berjalan santai seakan tak kaget dengan pemandangan yang dia lihat sekarang.

Berlian menggenggam tangan ibunya erat.

Tidak.. Tidak lagi.

Dia tidak akan merelakan ibunya lagi. Cukup sekali saja.

Tbc

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang