Tiga Puluh Satu

2.9K 185 6
                                    

"Wahaha..." Olden tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita dari Berlian. Matanya sedikit terpejam dan membentuk seperti bulan sabit. Mirip saat Berlian tertawa.

Saat gadis itu pingsan ,Olden dengan susah payah membawanya ke kamar. Badan gadis itu lumayan berat. Hampir saja Olden kehabisan nafas.

Sebenarnya malam itu kakaknya sudah pulang, tapi dia tak ingin membangunkannya. Pria itu terlihat kelelahan.

Dan bagian menjengkelkannya adalah saat Olden menaruh gadis itu dengan sangat hati-hati di atas ranjang. Bagaikan menaruh bom , Berlian malah sadar dan membuka mata nya.

Olden melongo kaget, cepat sekali gadis itu sadar. Apa jangan-jangan dia sedang dikerjain. Ingin rasanya dia lemparkan saja kembarannya itu ke kolam ikan dibawah. Tapi diurungkannya. Sudah malam dia tak ingin membuat keributan dan membangunkan orang tuanya.

Lebih baik besok saja balas dendamnya.

Berlian menarik tangan Olden dan memintanya untuk tidur di kamarnya. Olden kaget mendengar itu. Tapi saat mendengar penjelasan Berlian dia malah tertawa terpingkal-pingkal dan rasa sebalnya menguap hilang.

"Ketawa aja terus sampai gigi lo bolong." Berlian menutupi mukanya dengan selimut tebal. Dia sangat malu.

Awalnya dia tak ingin menceritakannya pada Olden. Tapi mau bagaimana lagi dia juga takut harus tidur sendirian.

Bayang-bayang penampakan di film itu terus saja teringiang-ngiang di pikirannya.

Bagaimana wajahnya,dan dimana saja munculnya. Apalagi kejadihan barusan di rumah barunya ini.

"Habis lo lucu banget. Masa lo pura-pura gak takut waktu nonton cuman gak pengen dibully sama cowok lo sendiri. "

Olden mengelap sudut matanya yang berair karena terlalu banyak ketawa.

"Dan lo pingsan cuma gara-gara bibi pakek mukenah. Haha konyol."

Olden menepuk-nepuk bantal di sampingnya.

"Salah sendiri bibi lo itu mirip pocong. Siapa yang gak kaget coba."

"Lo aja yang lebay,lagian cowok lo gak bakal lah bully lo. Secara kayaknya dia sayang banget sama lo."

"Kan gue gak kepikiran gitu. Hampir aja gue ngompol waktu dibioskop. Untung kagak jadi. Bisa malu kan kalau gue jalan sama gue celana gue basah. Bau pesing lagi."

Olden tertawa lagi sambil mendorong-ndorong bahu Berlian.

"Lo boleh ketawa sepuas lo dah. Tapi tidur dikamar gue ya."

"Ogah." olden beranjak dari ranjang Berlian.

"Ah lo... Please.. Please ya ya ." Berlian memasang puppy eyesnya.

Olden berfikir sejenak. Seumur hidupnya dia gak pernah tidur bareng cewek. Apalagi cewek preman macam kembarannya ini.

Dia kan pengennya satu-satunya cewek yang pengen dia liat saat membuka mata dipagi hari itu. Cewek yang cantik, anggun , sopan, mulus. Dan pasti istrinya lah.

Lah ini? Spesies yang sangat berbeda dari bayangannya. Tapi kesempatan gak datang dua kali. Ada baiknya Olden memanfaatkan dengan baik.

"Oke oke. Tapi ada syaratnya."

"Apaan?"

Olden membisiki sesuatu ketelinga Berlian. Dan Berlian langsung memundurkan wajahnya.

Mukanya langsung berubah serius.

"Buat apaan?"

"Udah lakuin aja. Ini demi bokap nyokap kita."

"Tapi dia kelihatan baik gitu."

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang