Empat Puluh Satu

2.7K 158 19
                                    

"Tolong.... Pak tolong saya.. Seseorang berniat jahat kepada saya."teriak Bu Vina panik sambil berlari. Beberapa orang di jalan raya itu hanya menatapnya bingung dan kaget.

"Pak tolong tangkap dia. Beliau pasien rumah sakit kita. Dia sedikit gangguan mental dan berusaha kabur."

Empat jam yang lalu..

Bu Vina tersadar dari lamunan panjangnya. Dia menoleh karena mendengar sebuah suara yang sangat ia rindukan.

Pak Leo mulai membuka matanya, dan langsung menyebut nama istrinya itu. Bu Vina berjalan dengan semangat menghampiri brangkar suaminya.

Tatapan bahagia dan lega terpancar dari kedua mata bu Vina.

Dia mengelus tangan keriput seseorang yang bangun dari tidur beberapa harinya itu. Beliau sangat merindukan tatapan hangat suaminya, suara lembutnya dan senyuman dibibirnya.

Dokter mengatakan keadaan suamunya baik-baik saja bahkan mereka belum mengetahui penyebab suaminya tertidur untuk waktu yang cukup lama.

Rasanya seperti keajaiban.

Di ciumnya punggung tangan lelaki yang sangat dia cintai itu. "Terima kasih sudah kembali untuk melihatku lagi." ucap Bu Vina sambil meneteskan air matanya.

Pak Leo tersenyum tulus dan penuh kebahagiaan. Meskipun badannya terasa sakit karena beberapa hari hanya bisa berbaring saja, tak menyulitkannya untuk mengajak berbicara kekasih hatinya itu.

Disatukannya kening Bu Vina dan pak Leo. Perasaan hangat mulai menyelimuti hati mereka berdua.

Pak Leo menatap aneh kesekeliling ruangan itu. Beliau bingung, kenapa dia terbangun dirumah sakit, bukan dikamarnya. Jelas-jelas rasanya kemarin beliau masih tidur di kamarnya dan disamping istrinya itu.

Bu Vina pun menjelaskan kejadian beberapa hari lalu saat dimana dia sakit, dan pak Leo tak kunjung bangun dari tidurnya dan Berlian dengan panik menghubungi ambulan dan membawa mereka berdua kesini.

Mendengar anak gadisnya panik dan menolongnya, rasanya hati pak Leo bagaikan terbang dia atas awan. Mumgkinkah Berlian sudah membuka pintu maafnya untuknya.

Mereka pun saling berbicara tanpa melepas pandangan satu dengan lainnya. Rasanya seperti tak bertemu sangat lama. Ada rasa rindu terselip di masing-masing hati mereka.

Semoga ini bisa menjadi awal kehidupan bahagia mereka. Sekian lama ini mereka sudah melewati sangat banyak cobaan dan akhirnya di pertemukan dan cobaan seperti ini tak akan membuat mereka terpisah lagi.

Tak lama seseorang datang sambil membopong Olden yang keadaannya jauh dari kata baik.

Bapak-bapak berpakaian lusuh itu setengah kesusahan membopong badan Olden yang tinggi memanggil bu Vina untuk membantunya.

Pak Leo dan istrinya pun kaget. Ada apa dengan Olden dan siapa bapak-bapak itu?

Kepala Olden yang sudah di balut perban dan beberapa luka yang terlihat di tangannya membuat rasa penasaran pak Leo semakin kuat.

Ingin rasanya berjalan ke sofa untuk memeluk jagoannya itu. Tapi rasanya badannya seperti lemas dan kaku bersamaan.

Bu Vina menangis sambil bertanya pada bapak tua itu apa yang sudah terjadi pada anak lelakinya.

Bapak Teguh ,pedagang keliling itu hanya menjelaskan saat dia menemukan Oldem di pinggir jalan dan membawanya ke bidan karena daerah itu jauh dari rumah sakit maupun klinik.

Bu Vina pun berterima kasih dan pak Leo berusaha bangun. Tapi sangat sulit. Akhirnya hanya bisa berterima kasih di atas brangkarnya dan berjanji tidak akan melupakan jasa pak Teguh.

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang