Empat Belas

3.5K 211 5
                                    

"Berlian lo dipanggil wali kelas."ucap ketua kelas yang tingginya kebangetan.

"Makasih ya Unyil."Berlian menunduk dan menjitak kepalanya.

"Heh... Kurang ajar."teriak Unyil.

Jono lewat dan menjitak kepala Unyil.

"Makanya tumbuh keatas bukan kesamping." sambil tersenyum manis dibalik tingkah sadisnya.

Unyil pun mengerucutkan bibirnya. Kalau Jono yang menjitaknya dia pun rela.

Jono berlari menyusul Berlian.  Dan disaat belokan terakhir dia gak sengaja bertabrakan dengan Juve.

Buugh..

"Sorry bro."ucap Juve.

Jono mengacungkan jempolnya sebagai tanda dia baik-baik saja.

Mereka pun berjalan kembali ke arah tujuanya. Tapi Juclve ingat bahwa Jono adalah teman Berlian. Ada kemungkinan cowok itu akan menemui gadis berambut panjang itu.

Dia akhirnya memutar arah dan balik mengikuti Jono.

Jono berhenti di depan ruang guru. Dia mengintip kedalam ruangan tersebut. Dilihatnya berlian sedang duduk didepan Bu Retno.

"Kamu tahu kenapa saya panggil kesini Berlian?" tanya Bu Retno.

Berlian menganggukan kepalanya.

"Maaf Bu, untuk beberapa bulan ini saya belum bisa melunasi uang sekolah Bu. Karena keadaan keuangan saya sedang memburuk."

"Iya saya tahu. Tapi meskipun kamu belum bisa membayar, setidaknya kamu jangan membolos. Kamu terekam cctv seminggu ini melompat di pagar."

Berlian tak kaget tapi mau gimana lagi dia harus mencari ibunya. Dan dia tidak mungkin menceritakan itu pada wali kelasnya.

"Saya minta maaf bu, saya hanya merasa tak pantas menerima pelajaran jika saya belum membayar uang sekolah."

Bu Retno menghela kan nafas, "jangan diulangin lagi ya, kamu fokus saja sekolah. Karena sekolah itu penting. Mau jadi apa kamu kalau tidak sekolah bla bla bla bla...."

Bu Retno mengoceh selama setengah jam. Berlian hanya memainkan karet gelang di kedua tangannya membentuk kupu-kupu ,menara dan yang lain.

"Kamu mengerti Berlian?"

Berlian mengangguk."iya bu saya mengerti bu. Terima kasih."

Berlian pun keluar dengan lesu dan tiba-tiba.

Bugh bugh...

Berlian menendang tulang kering Juve dan Jono.

"Aww.." ringis mereka berdua.

"Sakit woi..."teriak Jono.

"Gue tahu kalian dari tadi ngintip. Ayo cabut." Bwrlian menarik Jono dan meninggalkan Juve.

Merasa di cuekin Juve pun menarik tangan Berlian.

"Lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo."

Juve mengeratkan pegangannya.

Tapi tak mau kalah Berlian menarik Jono dan ingin cepat pergi dari tempat itu.

"Bro lepasin tangan lo."ucap Jono.

"Kalau gue gak mau?"

"Udah berisik. Kalau lo mau ikut. Ayo." ucap Berlian.

Mereka pun memanjat tembok belakang sekolah.

"Kita mau kemana?" tanya Juve.

"Cerewet lo." ucap Jono jutek. Berlian tak menghiraukan dua cewek yang sedang bergosip itu.

Mereka sibuk mengolok satu sama lain.

Bugh..

Badan mereka menabrak punggung Berlian yang tiba-tiba berhenti mendadak.

"Ada apa?"

Berlian tak menjawab dia jongkok dan mengambil batu yang ukurannya tidak terlalu besar.

Dia menghitung dalam hati. 'Satu, dua,tiga.'

Buuughh...

Ciiit cciit ciit

Gadis itu melempar batu itu kearah pemuda yang mengandarai motor dibelakang mereka hingga motor tersebut oleng.

Braak.

Motor itu terjatuh menabrak tiang listrik.

Langsung saja Berlian berlari ke arah pemuda yang terjatuh itu dan menginjak tangannya.

"Awww.." teriak pemuda itu kesakitan dalam helmnya.

"Cepat buka helmnya."perintah Berlian.

Jono dengan sigap membukanya dengan paksa.

"Lo siapa?" tanya Berlian sambil menginjak tangannya lebih keras.

Pemuda itu tersenyum miring.

Berlian yang kesal mengangkat kakinya dan menginjaknya lebih keras.

Pemuda itu berteriak.

"Lo siapa?gue tau lo udah ikutin gue beberapa hari ini."

Belum juga mendapat jawaban security sekolah pun datang dan meniup peluitnya.

Juve dan Jono sudah sibuk menarik Berlian untuk kabur.

Tapi Berlian tak tinggal diam ditariknya tas punggung pemuda itu hingga sobek lalu membawanya kabur.

Tbc

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang