Tiga Puluh Empat

2.8K 163 5
                                    

Flashback on

"Ayah... Bangun yah. Aku takut yah. Ayah.." teriak bocah kecil berumur sepuluh tahun sedang menangis di atas kerasnya trotoar jalan.

Bocah itu terus saja menangis tanpa henti sambil menggoyang-goyangkan badan ayahnya yang penuh dengan darah.

Hari ini, ayahnya sedang mendapat rejeki dan berjanji akan membelikannya mobil mainan. Mobil yang sudah lama bocah itu inginkan.

"Ayah, aku janji tidak minta mainan lagi. Ayah bangun yah." bocah malang menatap kesekitar jalanan yang sudah lumayan gelap.

Banyak orang yang sedang berlalu lalang ,tapi hanya menatapnya dan tanpa memperdulikan mereka.

Bocah itu semakin takut, hawa dingin dan kakinya juga terluka karena ayahnya mendorongnya.

"Maaf yah. Aku sudah nakal. Gak dengerin ayah. Ayah bangun yah. Ayo kita pulang." bocah itu tak henti-hentinya menggoyangkan badan ayahnya seolah-olah ayahnya hanya tertidur saja.

Tak lama sorotan lampu mobil mengganggu matanya. Bocah itu pun menoleh, sebuah mobil mewah berhenti tepat di belakangnya.

keluarlah seorang pria yang gagah .memakai jas putih yang terlihat sangat bagus dan bersih. Tak seperti baju yang dia kenakan dan ayahnya. Baju lusuh baju yang ayahnya belikan waktu hari lebaran.

Pria itu mendekati si bocah sambil berjongkok melihat kondisi ayahnya.

Setelah mengecek denyut nadinya pria berbadan besar itu menayakan apa yang sedang terjadi.

Dengan suara terisak bocah itu menjelaskan kronologi ayahnya tertabrak mobil saat akan menyebrang.Mobil besar itu berhenti dan hanya memindahkan ayahnya keatas trotoar lalu langsung pergi meninggalkannya.

Bocah itu menatap penuh harap kepada pria yang tak dikenalnya. Dia memohon berulang kali untuk menyelamatkan nyawa ayahnya. Karena baginya, hanya ayahnya yang dia punya di dunia ini. Ibunya telah meninggal saat dia dilahirkan.

Pria itu memanggil supirnya dan membantu ayah bocah itu naik dalam mobilnya.

Bocah pun ikut masuk duduk di pangkuan pria itu. Bocah itu tetap menangis tapi suaranya lebih kecil dari sebelumnya.

Dia menatap interior mobil yang sedang dia naiki ini. Sungguh mobil yang sangat bagus dan dia tidak akan perna mampu memiliki seperti ini meskipun nanti setelah dia dewasa bekerja sangat keras.

Beberapa menit pun mereka lalui, banyak kicauan yang bocah itu lontarkan dalam mobil pada pria itu.

Tanpa merasa jijik, Pria itu mengelus dan memegang tangan si bocah. Padahal keadaan baju dan kepala si bocah jauh dari kata bersih dari darah.

Mereka pun sampai di rumah sakit. Beberapa perawat mengangkat dan memindahkan ayahnya kesebuah tempat tidur yang beroda. Bocah itu menatap takjup. Banyak benda yang tidak perna dia jumpai di sini.

Ayahnya pun menghilang dari penglihatannya. Dia panik karena dalam sekejab saja orang berbaju putih menggrumbuli ayahnya dan mendorongnya menjauh.

Ingin dia menangis lagi "laki-laki tak boleh terlalu banyak menangis,kau harus sebisa mengkin menahan perasaanmu disini."ucap pria itu sambil menunjuk dada si bocah.

Bocah itu mendongakan kepalanya. Dia menatap wajah dan nama pria itu yang tercetak pada jasnya. Nama yang cukup singkat. Dan akan selalu dia ingat hingga dia dewasa.

Flashback off

-----

"Apa? Berlian bakal gak pulang tiga hari?" ucap Alva kaget.

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang