Empat Puluh Tiga

2.3K 151 8
                                    

Hy hy... Teman-teman... Makasih buat extra extra extra kesabarannya buat nunggu cerita ini. Aku gak mau banyak alasan.karena kalian gak butuh alesan butuhnya update an hehe Intinya maaf banget udah nganggurin ini cerita berbulan-bulan. Sekali lagi maaf dan makasih ya. Oke gak usah lama-lama lagi. Beberapa part langsung ending. Happy reading guys.

#######

Pernah gak kalian ngerasa emosi yang sudah di puncak ubun-ubun yang akan meledak? Dan pernah gak  kalian sudah nyiapin pembalasan yang lebih menyakitkan dari perbuatan mereka tetapi disaat kesempatan itu sudah ada ,malah keadaanya gak memungkin kan?

Keadaan seperti itu lah yang sekarang terjadi di keluarga Berlian. Hari tepat dua minggu setelah kejadian dimana Alva melukai dan mempermalukan ibunya di pinggir jalan.

Awalnya saat Berlian mendengar kabar tentang Olden. Perasaan Berlian sudah campur aduk antara emosi dan sedih.

Dia berlari dan meninggalkan ibunya di rumah sakit pergi pulang kerumahnya. Dia berteriak-teriak memanggil kakak angkatnya, Alva. Tetapi tak ada sautan.

Keadaan rumah sangat sepi. Tapi Berlian yakin lelaki itu pasti ada disini.

Berlian mengambil sebuah pisau dapur an mencoba masuk ke dalam kamar Alva secara diam-diam.

Mata Berlian melongo saat menatap kamar Alva yang sudah berantakan dan isi lemarinya hanya tersisa beberapa helai pakaian saja.

"Sialan dia kabur."umpat berlian. Gadis itu menendang-nendang pintu kamar Alva hingga kayu tersebut retak.

"Aaaaaaaaaaaaaaa" teriak Berlian frustasi. Dia melemparkan pisaunya ke sembarang arah dan pergi keluar untuk menyusul ibunya kembali.

-----

"Masih sakit?" tanya Papa Juve pada anaknya yang sekarang duduk diteras sambil menatap kosong kebun rumahnya.

Juve menggelengkan kepalanya. Sudah 2 minggu lebih dia tak bertemu dengan kekasihnya, Berlian.

Kenapa dia tak datang? Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja? Apa warna pakaian dalamnya? Pertanyaan-pertanyaan  itu selalu saja terngiang di kepalanya.

Juve mengambil nafas dan mengeluarkan dengan berat. Hidupnya terasa hampa kalau harus tanpa Berliannya.

"Juve..."

Tuh kan mungkin dia sudah gila. Barusaja dia mendengar suara Berlian memanggil namanya.

"Juve..." Juve menunduk lagi. Mungkin dia besok harus menemui pskiater.

"Woii lo budek ya.. Di panggilin sampai suara serak juga malah nunduk geleng-geleng."

Langsung saja Juve menoleh. Dan wajah cantik Berlian yang sedang marah berada di depannya.

"Tuhan... Ini bener Berlian Tuhan? Jadi gue gak gila?" ucap Juve.

Berlian jongkok dan memegang kedua pipi Juve. "Iya bodohku sayang. Ini gue berlian. "

Juve tersenyum merasakan kedua tangan lembut Berlian di pipinya.

Berlian memeluk Juve yang sedang duduk dan bersandar di dadanya. "Maafin gue ya Juv,gue karena gue lo harus menderita kayak gini. Gue mohon lo jangan pergi ya Juv. Seenggaknya , lo tamatin sekolah lo disini ya. Jangan pergi ke Bali. Maaf kalau gue egois, tapi memang gue harus egois. Gue gak ketemu lo 2 minggu aja rasanya kayak hampa banget. Apalagi kalau harus hubungan jarak jauh. Gue gak bakal kuat Juv. Terus..."

Belum selesai bicara Juve melepas pelukannya dan mendorong pelan tubuh Berlian ke depan.

Berlian bingung. Tapi Juve tersenyum kecil dan langsung mencium bibir Berlian.

Berlian kaget sampai tak bisa bergerak melawan maupun membalas ciuman Juve.

Juve menutup matanya dan Berlian pun melakukan hal yang sama. Ciuman yang lembut dan dilakukan dengan pelan.

Mereka menumpahkan perasaan rindu,marah, sayang, bahagia dalam ciuman tersebut.

Rasanya hati mereka yang membeku selama 2 minggu ini perlahan mulai menghangat dan terisi oleh penuh perasaan sayang mereka.

Juve melepaskan ciuman tersebut dan mereka mulai mengatur nafas.

"Kamu pikir kamu aja yang tersiksa 2 minggu ini? Aku lebih tersiksa dari kamu sayangs."

Pipi Berlian memerah sudah lama dia tak mendengar panggilan itu.

"Kamu mau gak buat aku seneng?" Tanya Juve.

Langsung saja Berlian mengangguk dengan cepat. Apa sih yang gak buat orang yang kita sayang. Bahkan mereka rela mempertaruhkan nyawanya untuk kita.

"Buat dedek gemes yuk."

Mata Berlian langsung melotot. Dia berdiri dan menendang tulang kering Juve.

"Awww... Sakit yangs... Itu kaki yang habis di operasi. "

"Uuppss... Sorry..." ucap berlian dengan tanpa dosa.

Juve mengelus kakinya. Berlian pun tersenyum dan memeluk Juve lagi.

"I love you." ucap Berlian dengan cepat sambil berlari ke arah pintu utama.

Juve yang kanget hanya bisa tersenyum sambil berbunga-bunga.

Mimpi apa dia semalam. Apa itu beneran Berliannya? Seorang Berlian mengucapkan kata cinta pada nya?sungguh kalimat yang langkah.

------

Tbc

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang