Tiga Belas

3.3K 238 4
                                    

Vina membuka matanya perlahan. Dia ketakuatan karena tak mendapati anak gadisnya disisinya. Apalagi kamar ini begitu luas dan semua nampak asing.

"Aak... Ian.. Ian.." panggilnya pada Berliat dengan mulut kakunya.

Seseorang mendekatinya.

"Ibu sudah bangun? Bagaimana tidur ibu nyenyak?" tanya cowok tampan yang tiba-tiba duduk disampingnya.

Vina memegang pipi pemuda itu. Begitu lembut dan terawat.

Vina mengangguk angguk. Bibirnya jeluh ingin sekali dia berbicara tapi tak bisa.

"Hak.. Ayo dimakan buburnya." pemuda itu menyuapi Vina dengan telaten.

Vina membuka mulutnya dan mengunyah makanan itu.

Dia menangis.

Pemuda itu menghapus air mata di pipinya. "Sudah ibu jangan menangis. Aku disini sekarang. Bersama ibu."

Pemuda itu menaruh mangkoknya dan memeluk Vina.

Rasanya sangat hangat. Dia tak perna merasakan pelukan sehangat ini.

"Ibu habis kan makanannya ya lalu suster Lila akan membantu ibu mandi. Setelah itu kita pergi ke rumah sakit."

Mendengar kata rumah sakit membuat jantung Vina berdetak cepat.

Dia mendorong pemuda itu dan membanting bantal dan guling disampingnya.

"Ibu kenapa?"

Badan Vina bergetar hebat. Dia menutupi wajah dan seluruh tubuhnya di dalam selimut.

"Ibu.. Ibu.." panggil pemuda itu.

Vina menangis sesegukan.

Seorang perempuan berpakaian putih datang dan membantu menenangkan Vina.

Dia mengambil sebuah suntikan yang berisikan cairan penenang dan menyuntikan di tangan Vina.

Tak beberapa lama Vina pun mulai tenang dan semua menggelap.

----

"Kenapa kamu baru membawanya sekarang?" tanya seorang dokter sambil membawa beberapa lembar kertas.

"Kenapa dok, apa saya terlambat?"

"Ya mungkin bisa dibilang begitu, karena depresinya sudah lebih 10 tahun dan ada kemungkinan syaraf otaknya akan berjalan lambat untuk proses penyembuhan." jelas dokter itu.

"Tapi masih ada kemungkinan beliau kembali seperti dulu kan dok?"

"Kemungkinannya 50%. Kamu sendiri juga tahu kan proses penyembuhan trauma kepala harus banyak terapi."

Pemuda itu mengangguk." kenapa waktu terasa cepat ya. Seandainya saja aku menemukannya beberapa tahun yang lalu. Pasti hidupnya tak seperti ini."

Dokter itu menepuk bahunya." sudah lah.. Yang terpenting kamu sudah menemukannya , Adikku."

Pemuda itu memeluk kakaknya sambil menganggukan kepalanya.

"Semoga aku bisa cepat menjadi dokter ya kak."

Dokter itu mengangguk.

"Kamu nikmati saja dulu masa mudamu."

Tbc

Hy hy maaf cuma sedikit lagi gak ada inspirasi.. Ada yang bisa tepak siapakah pemuda itu?dan ada hubungan apa dengan Vina??

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang