Dua Puluh Sembilan

3.1K 201 3
                                    

Kalau harus memilih manakah yang kamu pilih.

Hidup hanya bersama berdua dengan ibumu tapi hanya dirimu lah yang bahagia.

Atau menerima kehadiran orang lain membuat ibumu dan lebih banyak orang bahagia tapi membuatmu kesal?

Pilihan yang cukup sulit bukan?kita hidup didunia ini tak sendiri. Sebagai manusia kita harus saling berbagi dan tidak boleh egois.

Tapi disisi lain keegoisan bisa kita membuat kita bahagia. Memang susah memilih antara membuat dirimu sendiri bahagia atau membahagia kan orang yang kita sayangi.

Kenapa tak ada pilihan yang bisa membahagia kan kedua belah pihak?

Dan disini lah perannya pengorbanan.

Kalau kita menyayangi seseorang bukankah kewajiban kita harus membahagiakan orang tersebut?

Itulah yang dirasakan Berlian sekarang.

Juve membuka pintu kamar itu. Dan terlihatlah pemandangan yang tak perna lihat sebelumnya.

Seorang pria yang kemarin dia lihat berdiri tegak dan berbadan kuat itu sekarang berbaring dengan beberapa slang menempel ditubuhnya.

Entah apa sebenarnya penyakit orang itu sehingga membuatnya nampak lemah dan tak berdaya seperti ini.

Seorang wanita yang sangat dia kenal sedang menangis sambil memegang tangan pria itu.

Dibelakangnya berdiri 2 orang laki-laki yang tadi siang menemuinya.

Wajah mereka terlihat pucat dan badannya lemas.

Jantung Berlian berdetak sangat cepat. Rasanya seperti ingin melompat dari tubuhnya.

Apakah dia terlambat? Tidak jangan sampai itu terjadi.

Perlahan gadis itu melangkah masuk diikuti oleh kekasihnya.

Gadis itu melangkah sangat lemas bahkan sampai tasnya jatuh, seakan bahunya tak kuat membawanya.

Juve mengambil tas itu dan membawanya bersamaan memeluk bahu Ian.

Semua mata menatapnya.

Olden berjalan maju kearahnya.

"Ngapain lo kesini? Puas lo hah udah buat bokap kayak gini?"

Apa maksud lelaki ini. Kenapa semua ini salah Berlian. Memang apa yang telah dia lakukan?

Berlian menghiraukannya , dia tetap berjalan dan mendekat ke arah lelaki yang memakai masker oksigen di depan hidungnya.

"Pa... " sapanya pelan. Entah setan atau malaikat yang berhasil membujuknya mengucapkan nama panggilan tersebut.

"Berlian udah disini pa. Papa katanya pengen ketemu aku?" gadis itu memberanikan dirinya menyentuh tangan pak Leo yang sedang diinfus.

Dia menatap wajah yang dulu bertemu dengannya penuh dengan senyum kini terpejam dengan wajah pucatnya.

Segelintir kenangan pun muncul dikepalanya. Saat pertama bertemu, saat mereka berjalan-jalan di mall,saat Berlian mengusili lelaki yang tak tahu sopan santum dan saat mereka berlari sambil bergandengan tangan.

Memang kenangan itu hanya beberapa hari. Tapi kenangan itu masih dia ingat karena disaat itu lah dia merasa mempunyai seorang ayah.

Lelaki itu menoleh pelan ke arah Berlian. Setetes air mata keluar dari sudut matanya. Hati Berlian rasanya meleleh melihat seorang pria dewasa menangis karenanya.

Oh Tuhan, kenapa semua yang berhubungan dengannya selalu bernasip tragis. Dulu ibunya, neneknya dan sekarang papanya.

Apa memang Berlian dilahirkan sebagai anak pembawa sial?

My Idiot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang