5. Kak Ari?

5.3K 427 6
                                    

***

Minggu pagi ini sangat cerah. Matahari bersinar menyinari seluruh makhluk hidup dan benda ciptaan Allah yang berada di bumi.

Sekumpulan kapas putih bersih banyak hinggap dilangit sana, menjadikan panas tidak terlalu menyengat.

Seorang gadis yang sedang berada dikamarnya itu menatap pantulan dirinya didepan cermin.
Dengan memakai celana training abu-abu dan kaos panjang oblong berwarna putih, serta tak lupa kerudung segi empat berwarna abu-abu juga senada dengan celana yang dipakainya.

Merasa dirinya sudah siap, dia melangkah menuju pintu kamarnya dan tak lupa menutupnya. Waktu sekarang ini menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit.

Dia menuruni satu per satu anak tangga rumahnya dan berjalan menghampiri sang Bunda yang sedang berada di halaman belakang.

"Bunda?"

"Eh, iya sayang?"

Bunda Rike menoleh menatap putri cantiknya itu yang sedang berdiri di ambang pintu yang menghubungkan dapur dengan halaman belakang.

"Ada apa dek?" Bunda Rike terlihat menepuk-nepuk kedua telapak tangannya guna menghilangkan sisa tanah liat dari telapak tangannya. Ya, beliau sedang berkebun.

"Adek jogging dulu ya Bun?"

"Iya. Eh, sama siapa dek?"

(Namakamu) yang tadi sudah ancang-ancang untuk pergi seketika menoleh ke arah Bundanya.

"Sama Dianty Bun, nanti kita ketemuan di taman komplek kok."

"Yaudah kamu hati-hati ya?"

"Siap Bun!" Jawab (Namakamu) sambil tersenyum.

"Nggak sama kakak?"

"Kak Ale belum bangun Bun. Kayaknya sih abis sholat subuh dia tidur lagi."

"Oh yaudah kalo gitu, nanti Bunda bangunin dia."

"Oke!" (Namakamu) hendak berbalik namun deheman Bunda Rike menghentikan langkahnya.

Bunda Rike mengulurkan tangan kanannya. (Namakamu) yang mengerti langsung berjalan pelan menuju Bunda Rike.

"Hehe maaf Bun (Namakamu) lupa."

Bunda Rike hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala putrinya itu.
Setelah (namakamu) bersalaman dengan Bundanya, dia bergegas menuju pintu utama dan keluar. Tak lupa menutupnya lagi rapat-rapat.

***

(Namakamu) berlari pelan, menikmati angin pagi yang sejuk menyentuh kulit putih wajahnya.
Sesekali menyapa beberapa orang yang melewatinya atau yang sedang berada didepan rumah mereka masing-masing.

(Namakamu) murah senyum kepada siapa saja. Pantas banyak yang mengenalnya di area komplek ini.

Sesekali dirinya berjalan dan berlari lagi mengatur napasnya yang mulai terengah-engah.

Sampai.

(Namakamu) sampai ditaman komplek. Taman dengan banyak sekali bunga-bunga tumbuh terawat, kursi panjang, ada juga berbentuk silinder yang mengelilingi meja silinder juga. Terbuat dari batu.

Pedagang kaki lima maupun lapak-lapak banyak berjualan disini. Itu yang membuat taman ini setiap hari libur sangatlah ramai.

(Namakamu) sedari tadi celingukan mencari keberadaan sahabatnya itu yang belum kelihatan juga batang hidungnya.

"Katanya jam enam. Ini udah lebih. Dianty mah.."

(Namakamu) mendengus sendiri sambil melirik jam tangannya.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang