18. Steffi Rafto

4.1K 378 19
                                    


'Bahkan ketika kau merasa kesepian atau bersedih, jangan menangis
Aku tanpa kata akan memelukmu, dan mendengarkanmu
Lihatlah kebelakang, aku akan ada untukmu
Aku akan menghapus semua air matamu
Bahkan semua kesepianmu.'

Yoon Mi Rae - 너의 얘길 들어줄게
(I'll Listen To What You Have To Say)

***

Iqbaal POV

Sumpah ini membingungkan buat gue. Kemarin gue nembak Steffi, ya karena emang awalnya gue udah suka sama dia kan? Tapi memang ada satu hal lain sih. Untuk menghindari rasa ini tumbuh semakin besar.

Gue berantem sama Aldi. Nggak tahu kenapa dia akhir-akhir ini ngeselin banget. Deketin adek gue terus. Itu buat gue cemburu. Ya gue akui gue cemburu sama Aldi. Beberapa waktu lalu gue juga tonjok dia. Entah apa yang ada dipikiran gue. Kita sahabat kan? Tapi kenapa gue nggak terima waktu Aldi nyentuh (Namakamu)?

Rafto. Sama aja kayak Aldi. Cuma dia nggak senyebelin Aldi. Dia deketin adek gue dengan selow, santai. Tapi gue tetep nggak tahan melihat kedekatan mereka. Kenapa harus sahabat-sahabat gue sendiri sih yang suka sama (Namakamu)?

Kejadian siang ini buat hati gue kayak disambar petir. Kenapa? (Namakamu) nerima Rafto? Dalam hal apa? Jadian? Kapan Rafto nembak (Namakamu)? Kok gue nggak tahu?

Gue sempet natep Rafto tajam tadi siang. Apa maksudnya coba senyum-senyum sendiri pas adek gue bilang dia nerima Rafto. Dan gue bener-bener panas.

Pulang sekolah tadi gue pulang bertiga. (Namakamu) dan cewek baru gue. Cewek baru ya? Steffi.

Nggak tahu kenapa pas gue masih PDKT-an sama dia gue serasa nyaman banget sama dia, tapi setelah kita memutuskan untuk pacaran kok tiba-tiba ada yang aneh ya dihati gue? Rasa aneh ini juga muncul saat (Namakamu) jadian sama Rafto. Enggak, cewek gue Steffi. Gue nggak mau ngecewain dia.

(Namakamu) seperti biasa, dengan terpaksa duduk di jok belakang dengan wajahnya yang tambah manyun. Duh imut, pengen gue cium. Eh?

Steffi, nggak tahu kenapa katanya trauma duduk di jok belakang. Ya gue kasian aja nyuruh Steffi terpaksa duduk dibelakang hanya karena adek gue nggak mau pindah. Ntar kalo terjadi apa-apa gimana? Ntar kalo seketika dia kejang-kejang gimana? Oke itu lebay.

Sampai dirumah, gue langsung kena marah sama Ayah gara-gara muka gue yang pada biru dan ungu, karena ketahuan berantem. Gue dimarahin sama kayak dulu waktu adek gue sakit. Ayah sempet mau hukum gue, tapi untunglah ada malaikat penyelamat gue. Ya Oma tercinta. Hehe.

Oma disitu belain gue, ya meski sempet kena ceramah juga sama Oma. Tetapi itu sedikit membuat Ayah sama Bunda maafin gue. Aaaa Iqbaal cinta Omaaaaa!

Malam ini gue duduk di balkon kamar gue, memandang ke luar sana, memandang jalanan yang sedikit basah karena habis maghrib tadi sempet gerimis. Sekarang juga masih sih.
Saat makan malam tadi (Namakamu) nggak bicara sama gue. Dia masih diem. Masih gara-gara nggak jadi ke danau kali ya? Atau hal lain?

Malam ini dia lagi di kamar sama Oma, ya gue tau karena tadi gue sempet lihat pas lewat dari toilet. Gue lihat dia lagi ketawa bareng Oma, tau deh mereka juga kayaknya lagi liat-liat kayak album foto gitu.

Gue melirik ke pintu kamar gue saat pintu itu terbuka. Menampakkan saudara, kakak, sekaligus sahabat gue. Gue tersenyum menatap dia yang juga tersenyum ke arah gue. Gue menghampiri dia dan memeluk dia ala anak lelaki.

"Wuih Bang, apa kabar?"

Gue menepuk pundak dia gemes. Ya karena dia berbadan gempal. Haha.

"Hehe baik Baal. Lo sendiri? Eh itu kenapa muka lo? Kok lebam gitu?"

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang