'Serigala berbulu domba.'
***
Malam ini, entah malam yang bahagia atau sedih bagi (Namakamu).
Bahagianya, Bunda dan Ayahnya akhirnya telah pulang dari Paris setelah berminggu-minggu lamanya. Sedihnya, ya itu, berbagai masalah menimpanya tak henti. Dunia seperti tidak ingin dia bahagia.
Untung saja tadi Iqbaal beralibi habis menemani adiknya ke Gramedia. Jadi orang tuanya tidak tahu kalau (Namakamu) baru pulang. Sangat berdosa memang Iqbaal mengatakan seperti itu kepada orang tuanya. Tapi mau bagaimana lagi?
Untungnya juga mata adiknya sudah tidak se-sembab tadi."Bunda?"
Lirihnya. Kepalanya menyembul sedikit ke dalam. Dia melihat Bundanya yang tengah duduk santai di kursi halaman belakang, dan sedang tersenyum ke arahnya.
"Eh, sini sayang. Sini duduk?"
(Namakamu) melangkah mendekati Bundanya dan duduk disamping beliau. Memeluknya dari samping.
"Adek kangen banget sama Bunda.."
Bunda Rike tersenyum hangat, meletakkan dagunya diatas kepala putrinya. Membalas pelukan hangat anaknya.
"Bunda juga kangen banget sama adek. Sayangnya Bunda."
(Namakamu) terdiam. Ingin sekali dia menanyakan hal tadi kepada Bundanya. Tetapi mulai darimana?
"Bun?"
"Hem?"
(Namakamu) terdiam cukup lama.
"Apa hidup adek nggak lama lagi?"
Bunda Rike yang sejak tadi memejamkan matanya akhirnya membuka kedua matanya saat mendengar perkataan anaknya beberapa detik lalu.
Wanita paruh baya itu merenggangkan pelukan mereka lalu memandang (Namakamu) dengan alis berkerut.
"Adek ngomong apasih? Nggak boleh ngomong gitu ah."
"Adek punya penyakit lemah jantung kan?"
Bunda Rike hanya terdiam, menatap sendu anaknya.
"Maafin Bunda sayang, maafin Bunda udah nutupin semua ini dari kamu."
Bunda Rike kembali merengkuh tubuh putrinya ke dalam dekapannya, memberi ketenangan kepada gadis itu. (Namakamu) hanya bisa terdiam menikmati kehangatan yang diberikan oleh Bundanya.
***
"Jangan ngebut-ngebut ya Kak."
"Iya Bun, berangkat dulu ya? Assalamualaikum. Yuk dek."
"Berangkat dulu ya Bun, assalamualaikum."
Iqbaal dan (Namakamu) menyalami punggung tangan Bunda Rike. Ayah Herry sudah berangkat kerja tadi pagi, sangat pagi.
Kiki? Sepertinya belum bangun. Kata Bundanya, tadi malam Kiki begadang menonton bola. Bangun hanya sholat subuh setelah itu tidur lagi. Untungnya dia hari ini tidak ada kelas.
Orang tuanya belum mengetahui jika (Namakamu) mempunyai kasus pencurian soal ujian. Iqbaal sudah mengetahui, tetapi dia sangat percaya bahwa bukan adiknya-lah yang melakukan itu. Dia percaya seratus persen. Adiknya itu cerdas, dari kecil. Kiki saja belum mengetahui hal ini.
Hari ini mereka —Iqbaal dan (Namakamu)— berangkat bersama menggunakan motor Iqbaal. Sudah berbaikan. Semua sudah kembali seperti semula. Iqbaal sudah membuang jauh-jauh egonya. Yang harus dia lakukan sekarang ini adalah menjaga adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear Moon || IDR ✔
FanfictionSama-sama mencari seseorang untuk dicintai, agar cinta itu tidak terus tumbuh diantara mereka yang memang 'bersaudara'. Namun pasti akan ada yang tersakiti. Disini, ada banyak pihak yang tersakiti dan akhirnya memilih untuk mengalah. "Kau tahu bah...