37. Annyeong (Selamat Tinggal)

6.4K 478 84
                                    

***

"Kamu yakin nak tetep mau pindah ke Jepang?"

"Dianty yakin Bu, udah Ibu nggak usah khawatir, kan disini juga ada (Namakamu)."

Malam ini, pasangan Ibu dan anak itu tengah menyantap makan malam mereka. Ya, hanya berdua. Mungkin jika nanti (Namakamu) sudah pindah ke rumah ini, akan menjadi bertiga.

"Ibu kan tau sendiri, selama ini Dianty jahat sama (Namakamu), dan Dianty juga udah dibenci sama semua anak sekolah, buat apa Dianty tetep ada disekolah itu, yang ada nanti Dianty terus tertekan."

Iya, tetang semua kejadian dulu, tentang dirinya dengan (Namakamu) memang dia sudah menceritakan semuanya kepada sang Ibu. Tetapi, Ibunya memaklumi semuanya. Umur-umur Dianty dan teman-teman seumurannya saat ini memang umur yang sedang menunjukkan jati diri mereka sendiri. Banyak egois, dan semaunya sendiri.

"Yasudah kalau itu mau kamu, yang penting disana kamu sekolah yang pinter, nurut sama Tante Mel sama Om Aikawa ya?"

"Pasti Bu."

Tante Dianty yang tak lain adalah adik dari Ibunya sendiri memang dua tahun yang lalu menikah dengan Aikawa, orang asli Jepang. Dan mereka memutuskan untuk menetap di Jepang. Sampai saat ini, mereka belum mempunyai anak, dan Tante Mel memang sangat sayang dengan Dianty, layaknya putri sendiri. Sudah tidak dikhawatirkan lagi tentang kehidupan Dianty nanti di Jepang. Pasti akan terpenuhi.

Dianty akan berangkat ke Jepang lusa. Masih hanya Ibunya yang mengetahui. Rencananya gadis itu akan memberitahukan (Namakamu) besok. Sekalian menjenguk gadis itu.

***

Pagi ini terlihat begitu bahagia untuk (Namakamu). Gadis itu bangun dan langsung melihat wajah kakaknya, eh bukan, pacarnya yang masih tertidur menidurkan kepalanya disamping ranjangnya. Padahal gadis itu sudah melarangnya untuk tidur disitu, dengan alasan nanti badan lelaki itu akan sakit, karena terlalu lama tertidur dengan posisi duduk seperti itu. Tetapi Iqbaal menolaknya.

(Namakamu) tersenyum memiringkan tubuhnya untuk menghadap lelaki itu. Lalu tangannya terulur untuk menyentuh rambut lelaki itu. Diusapnya lembut, lalu turun ke bawah, mengusap hidung mancung itu dengan telunjuk jarinya. Iqbaal masih tertidur pulas.

Tidak ada tanda-tanda Bunda Rike disini. Mungkin beliau sedang keluar mencari makan untuk dirinya, Kiki dan juga Iqbaal. Karena Iqbaal hari ini juga harus sekolah. Iqbaal berangkat dari rumah sakit hari ini, memang dia menginap.

Mungkin Iqbaal tidak mau jauh-jauh dari pacar cantiknya itu. Dan tadi malam Kiki datang ke rumah sakit untuk membawa baju seragam Iqbaal dan beberapa buku jadwal pelajaran hari ini. Kiki? Sepertinya masih mendengkur di atas sofa sana.

(Namakamu) semakin melebarkan senyumnya ketika Iqbaal mulai terusik tidurnya, karena dia sekarang terlihat tengah mengerutkan dahinya dengan bibirnya yang manyun. Ah, ingin sekali (Namakamu) menarik bibir itu.

(Namakamu) tidak peduli, dia tetap saja memainkan ujung rambut Iqbaal yang sedikit menutupi mata indahnya yang tertutup. Iqbaal seketika membuka matanya dan membuat (Namakamu) terkaget. Iqbaal memang sudah sadar sejak tadi bahwa gadisnya itu tengah menyentuh semua bagian wajahnya, namun dia diam saja.

Seketika (Namakamu) menarik tangannya yang tadi sedang memainkan rambut Iqbaal itu. Tetapi kalah cepat dengan Iqbaal, Iqbaal segera menggenggam tangan gadis itu. Iqbaal mendongakkan wajahnya dan tersenyum manis. Dikecupnya tangan (Namakamu) yang digenggamnya tadi.

"Good morning gadisku."

(Namakamu) merekahkan senyumnya.
"Morning too."

Iqbaal menaruh telapak tangan (Namakamu) dipipi kanannya sambil memejamkan matanya. Merasakan hangatnya tangan gadis didepannya.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang