36. Iqbaal (Namakamu)

5.7K 480 97
                                    

***

'Naui nunmuri geudae boinayo
(Bisakah kau melihat air mataku?)

Haru haru geuriweohamnida
(Setiap hari merindukanmu)

Gaseum tteollideon geudae ipmatchumdo
(Hatiku berdebar saat menciummu)

Ijenuen chueogi dwaenna bwayo
(Tapi sekarang sepertinya itu semua hanya kenangan)

My love saranghaeyo saranghaeyo
(Cintaku, aku mencintaimu, aku mencintaimu)

Geudae deutgo innayo
(Apakah kau mendengarnya?)

My love ijji marayo jiujimarayo
(Cintaku, jangan melupakannya, jangan menghapusnya)

Uriui sarangeul
(Cinta kita)

Maeil nan geurium soge harureul beothineunde
(Setiap hari aku dalam kerinduan, begitulah hari berlalu)

My love dorawa jweoyo tteonaji marayo
(Cintaku, kembalilah padaku jangan tinggalkan aku)

Nae gyeotheseo jebal
(Ku mohon tetaplah disisiku)'

Taeyeon - 사랑해요
(I LOVE YOU)

***

Pagi ini (Namakamu) sudah terbangun dari tidurnya. Dua hari pasca dia bangun dari komanya, gadis itu sudah merasa bosan saja. Hey, dia tidak ingat dia berbaring tertidur selama dua minggu lamanya? Ini baru dua hari dia sudah bosan.

Ucapan Dianty kemarin masih terngiang dikepalanya sampai saat ini. Apa iya benar dia dengan Dianty itu sedarah? Satu Ibu? Satu Ayah? Kembar?

Mengapa rasanya hatinya membenarkan ucapan itu? Padahal dia masih ragu dengan apa yang diucapkan Dianty. (Namakamu) masih merasa Bunda Rike, Ayah Herry dan Iqbaal adalah keluarganya. Pasti lah, dia dirawat dan dibesarkan selama enam belas tahun oleh keluarga itu. Sulit memang menerima kalau itu ternyata bukan keluarga kandungnya.

(Namakamu) menatap Bundanya yang sedang beres-beres disana. Menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan sayu.

'Bunda.. '

Apa benar adek bukan anak Bunda? Apa benar adek bukan anak Ayah? Apa benar adek bukan adik kak Ale? Kenapa rasanya itu berat Bun, (Namakamu) udah nyaman dengan keluarga ini.

Mungkin seperti itulah yang ada dipikiran gadis cantik itu sekarang.

"Bunda?"

Seketika Bunda Rike menoleh menatap putrinya.

"Iya sayang?"

"Kamu mau apa? Ada yang bisa Bunda bantu?"

'Bunda emang baik. Makasih Bunda.'

Bunda Rike mengelus lembut puncak kepala putrinya yang masih diam dan hanya menampakkan wajah lemasnya. Memang badannya masih terasa lemas setelah bangun kemarin.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang