32. Oh Jadi...

5.2K 467 85
                                    

'Lebih baik di benci tetapi jadi dari diri sendiri, daripada menjadi munafik untuk disukai orang lain.'

Emily.

***

Malam ini Dianty termenung sendiri di kamarnya. Pikirannya terpaku pada satu orang. Gadis itu menatap tajam cermin dihadapannya. Telapak tangan yang dia letakkan diatas meja riasnya dia kepalkan kuat.

Matanya melirik ke arah laci meja riasnya. Ditariknya laci itu dan diambilnya sesuatu didalamnya.

"Lo boleh menang sekarang (Namakamu). Tapi, nggak buat selanjutnya."

Dianty menatap tajam sebuah foto yang digenggamnya. Foto dirinya dengan (Namakamu). Didalam foto itu, mereka terlihat tertawa bahagia tanpa beban. Siapa yang menyangka, dua gadis yang dulunya sangat dekat bagaikan surat dan perangko, kini mereka sama sama berjauhan dan saling menjatuhkan.

Tidak, bukan saling. Hanya Dianty saja yang berniat menjatuhkan (Namakamu). (Namakamu) sebenarnya hanya berniat menyadarkan Dianty, bahwa apa yang dilakukan gadis itu selama ini itu salah. Namun, cara baik (Namakamu) tidak lekas menyadarkan Dianty. Hingga akhirnya, mungkin dengan cara sedikit kasar.

Dianty merobek foto itu hingga menjadi dua bagian. Bagian dirinya dan bagian (Namakamu).

"Dianty! Ayo makan nak!"

Dianty terkesiap saat Ibunya memanggilnya dari luar. Lekas dia menaruh kembali foto yang sudah menjadi dua bagian itu ke dalam laci meja riasnya lagi.

CKLEK

"Sayang? Ayo makan?"

Dianty menoleh dan mendapati Ibunya tengah berdiri diambang pintu kamarnya sambil tersenyum.

"Eh, iya Bu." Dianty tersenyum saat Ibunya memasuki kamarnya dan mendekat ke arahnya.

"Kamu kenapa?"

Dianty mendongakkan kepalanya, menatap Ibunya yang sedang mengelus lembut puncak kepalanya.

"Nggak papa Bu." Dianty hanya menggeleng sambil terus menunjukkan senyum manisnya.

"Oh iya, kabar (Namakamu) gimana? Ibu kangen loh sama dia. Kapan kamu ajak main (Namakamu) lagi ke rumah?"

Dianty tak dapat berbicara. Dia diam, bingung harus menjawab apa pertanyaan Ibunya tadi. Dia kembali menatap Ibunya dari cermin yang masih setia tersenyum kepadanya.

"E-eum, (Namakamu) baik kok Bu, iya iya nanti Dianty ajak main (Namakamu) kesini."

Dianty tersenyum paksa kepada Ibunya. Sebenarnya dia tidak mau membohongi Ibunya. Tetapi apa boleh buat?

"Oh oke. Yaudah yuk makan?"

'Bu, Dianty boleh jahat sebentar kan? Dianty cinta sama Kak Iqbaal. Dianty nggak suka liat (Namakamu) deket sama Kak Iqbaal. Dianty juga pengin jadi peringkat pertama dikelas. Kenapa semua (Namakamu) Bu? Kenapa harus (Namakamu)? Maafin Dianty.'

'Dianty pengin Kak Iqbaal jadi milik Dianty Bu.'

***

Tok! Tok! Tok!

"Sebentar!!"

CKLEK

'Subhanallah..'

"Eumm, maaf. (Namakamu)-nya ada?"

Kiki menatap gadis dihadapannya tanpa berkedip. Malam malam begini ada bidadari jatuh? Pikirnya.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang