24. Bertopeng

3.7K 378 47
                                    

***

'Ku kira kita akan selamanya. Tetapi ternyata kau sendiri yang membuat ini menjadi sesaat'

***

Semua terasa berat. Berbagai masalah yang kini menimpanya terasa sangat berat dipundaknya.
Jadi? Sahabatnya? Sahabatnya sendiri yang melakukan ini?

Iya, hanya dirinya dan Dianty saja yang tahu tentang rencana ini kan? Siapa lagi?

Saat semalam (Namakamu) sedang termenung memikirkan masalah ini, tiba-tiba nafasnya terasa sesak kembali, kepalanya sakit dan berakhir dengan pingsan.

Posisinya, dia sedang duduk di kursi meja belajarnya dan menelungkupkan wajahnya pada kedua lengannya yang dia letakkan di atas meja sebagai bantalan. Gadis itu enggan untuk memindahkan posisinya, karena menurutnya, itu adalah posisi paling nyaman untuk mengeluarkan air matanya. Sehingga semua orang pun akan mengira dia sedang tertidur.

Sama seperti Kiki. Tadi malam dia pergi ke kamar (Namakamu) berniat untuk menyuruh tidur gadis itu. Karena saat Kiki melintasi kamar itu, pintu masih terbuka dan lampu masih terang.

Dia melihat adiknya ketiduran di meja belajarnya. Tetapi setelah dibangunkan beberapa kali, (Namakamu) tak kunjung bangun. Satu hal yang Kiki ketahui, adiknya pingsan serta matanya sedikit sembab, terlihat dari kantung matanya yang sedikit membesar.

Kemudian membopongnya ke ranjang dan menidurkannya disana. Sedikit mengoleskan minyak kayu putih ke hidungnya. Sampai dia terbangun.

Pagi ini, (Namakamu) kembali di antar ke sekolah oleh Abangnya. Dan kembali berjalan seorang diri dikoridor sekolah. Pandangan sinis dari siswa lain mulai berkurang dari hari pertama waktu itu. Sedikit membuatnya lebih tenang.

(Namakamu) melangkah memasuki kelasnya. Seperti biasa, semua pasti akan menatapnya, seolah-olah dirinya adalah penjahat yang berbahaya. Dia menghirauhakan tatapan-tatapan itu, melangkah menuju bangkunya dan duduk disana.

"Pagi (Namakamu)!"

Sapa gadis disebelahnya itu. Dianty. Menyambut kedatangan (Namakamu) dengan memeluknya dari samping. (Namakamu) hanya tersenyum tipis tanpa menatap Dianty.

"Lo kenapa? Sakit?"

"I'm fine."

Dianty menganggukkan kepalanya menatap (Namakamu) tak yakin. Lalu tersenyum ke arahnya.

"Okey, kalo ada apa-apa cerita sama gue ya? Kita kan sahabat."

'Sahabat? Cih.'

(Namakamu) berdecih di dalam hati. Dia akan lihat sejauh mana Dianty akan bertindak.

Suasana diam saat Pak Ari memasuki kelas mereka.

"Selamat pagi?"

"Selamat pagi Pak!"

"Baiklah, Bapak akan membagikan tes kalian minggu lalu sebelum Bapak melanjutkan ke materi."

Seperti biasa, (Namakamu) mendapatkan nilai seratus di tesnya. Dan itu membuat Pak Ari bangga terhadapnya.

Dianty menatap kertas tesnya yang berada diatas pahanya. Meremasnya hingga menjadi gumpalan yang tidak berbentuk.

80? Nilai apaan itu? Menurut Dianty itu nilai menjijikan yang pernah dia dapat.

"Baiklah, semua sudah terbagi ya? Hhh, Bapak itu sedikit kecewa dengan kalian, kok bisa sih kalian pertahankan nilai jelek kalian itu?"

Ari memijat tulang hidungnya, pusing memikirkan nilai anak-anaknya yang tidak ada perubahan sedikitpun. Apalagi beberapa hari lagi sekolah akan mengadakan ujian tengah semester.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang