26. WHAT?

4.1K 370 54
                                    



***


Setelah memasukkan adiknya ke mobil, Iqbaal mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Jujur, saat ini dia sangat khawatir dengan adiknya itu. Iqbaal mengendarai mobil sesekali menengok ke belakang untuk melihat keadaan adiknya yang dia tidurkan di jok belakang.

Tidak lama, mobil Iqbaal sudah sampai dirumah. Langsung saja dibopongnya tubuh (Namakamu) memasuki rumah. Iqbaal berlari menuju kamar adiknya. Dibukanya pintu dengan keras sehingga menimbulkan suara gaduh.

Langsung saja Iqbaal membaringkan tubuh (Namakamu) dikasur.

"Hhh, hhh. Minyak kayu putih minyak kayu putih!"

Seperti orang kebingungan, Iqbaal berjalan kesana kemari. Tetapi malah terlihat seperti mondar-mandir saja di dalam kamar (Namakamu). Dia mencari minyak kayu putih di sekitar kamar adiknya itu. Setelah matanya menangkap botol panjang berwarna hijau, dengan cepat Iqbaal menghampiri meja belajar (Namakamu) dan mengambil benda itu.

Iqbaal mendekat ke ranjang dan duduk ditepi ranjang. Lalu mengoleskan minyak kayu putih itu ke sekitar bawah hidung adiknya. Lalu mendekatkan jarinya ke dekat hidung itu. Kalau terlalu banyak mengoleskan nanti bisa terlalu panas.

"Please dek, bangun...." Iqbaal menatap adiknya sangat khawatir sambil terus mengayunkan jari telunjuknya dengan minyak kayu putih itu.

"(Namakamuuuuuu)!!!!! Mana martabaknyaaa??!!"

Kiki berteriak dari luar dan berjalan ke arah kamar (Namakamu). Kiki tidak mengetahui Iqbaal sudah pulang juga. Dia hanya mendengar pintu kamar terbuka dengan suara keras dan dia menghampirinya, ternyata kamar (Namakamu) terbuka lebar, yang dia tahu, gadis itu sudah pulang.

"Astaughfirullahalazim! (Namakamu) kenapa?!"

Kiki membulatkan kedua bola matanya lalu berlari mendekat ke ranjang yang disitu ada Iqbaal dan (Namakamu).

"Baal (Namakamu) kenapa?" Kiki menatap khawatir (Namakamu).

"Dia pingsan lagi Bang."

Iqbaal menatap Kiki sendu, dia merasa sangat bersalah tidak bisa melindungi adiknya. Meskipun dia sedang marah dengan adiknya, tetapi didalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih peduli dengan adiknya. Dan dia tidak akan membiarkan adiknya seperti ini lagi. Tidak akan pernah.

"Gimana bisa?"

"Gue juga nggak tau Bang."

Kiki terus menatap (Namakamu) khawatir, karena gadis itu tak kunjung bangun dari pingsannya.

"Bang gue ke bawah dulu. Nanti kalo (Namakamu) bangun dan tanya siapa yang nganterin dia, jangan bilang itu gue ya?"

Kiki mengalihkan pandangannya menatap Iqbaal. Mengerutkan keningnya.

"Kenapa?"

Iqbaal tersenyum kecut, "nggak papa."

Kiki mengangguk pelan. Lalu menerima uluran tangan Iqbaal yang mengulurkan minyak kayu putih yang digunakannya tadi. Iqbaal beranjak dari duduknya, menatap adiknya sendu sebentar lalu melangkah keluar kamar adiknya.

Kiki menatap punggung Iqbaal bingung. Iqbaal pergi dengan berjalan sedikit lesu. Kenapa dengan lelaki itu? Pikir Kiki.

Lalu Kiki mengubah posisinya menjadi disamping (Namakamu), menunggu sampai gadis itu bangun.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang