***
Setelah pembahasan malam itu, esoknya mereka berencana untuk bertemu dengan Pak Heru di ruang kepala sekolah. Untuk meluruskan bagaimana kejadian yang sebenarnya.
Pagi ini, guru di kelas XI MIA 2 belum datang, mungkin memang agak telat. Perasaan kelas mereka sering sekali kosong.
(Namakamu) sedang duduk bersama Alwan dibangkunya Alwan, kebetulan Bastian sedang pergi.
Mereka membicarakan lagi apa yang akan mereka lakukan siang nanti di ruang kepala sekolah. Pembicaraan mereka terhenti saat dua orang lelaki berdiri disamping meja.
Bastian dan Karel menatap Alwan dan (Namakamu) dengan wajah sedihnya. Kenapa mereka? Alwan dan (Namakamu) saling memandang.
"Gue bakal bantu lo (Namakamu)."
"Iya, gue bakal bantu lo (Namakamu)."
(Namakamu) menatap Bastian dan Karel bergantian. Bingung.
"Kalian kenapa sih?"Bastian menatap (Namakamu) dengan tatapan bersalah.
"Sorry, selama ini gue ikut nggak percaya sama lo. Gue sadar, lo nggak mungkin ngelakuin ini semua. Kita udah sekelas dari kelas sepuluh, dan lo emang udah cerdas, gue percaya, gue percaya lo nggak nyuri USB-nya Pak Heru. Kita bakal bantu cari akar permasalahannya (Namakamu), kita janji, gue janji."
Bastian terlihat menyenggol lengan Karel, mengisyaratkan Karel untuk membuka suaranya juga.
"Iya (Nam), gue minta maaf selama ini gue nggak percaya sama lo. Lo cewek baik. Gue bakal bantu lo."
(Namakamu) sedikit terharu mendengar perkataan Bastian dan Karel. Gadis itu menatap keduanya dan tersenyum manis.
"Nggak papa, liat kalian gini aja gue udah seneng, gue seneng kalo kalian percaya sama gue, cuma itu."
"Iya, sorry kita udah terpengaruh sama omongan-omongan anak lain."
(Namakamu) menatap Karel dan melemparkan senyumannya. Bastian dan Karel ikut tersenyum. Bodoh memang lebih mempercayai perkataan orang lain daripada sahabatnya sendiri.
"Oke oke, siang nanti gue, (Namakamu) sama Iqbaal bakal ke ruang kepsek buat memperjelas semuanya. Kalian cukup tunggu hasilnya gimana, setelah itu selesai, kalian bantu kita buat cari tau siapa pelaku sebenernya."
"Siap bos!"
"Siap bos!"
Ucap Bastian dan Karel bebarengan, membuat mereka sama-sama tertawa.
Ada yang menatap mereka sinis dari bangku sana, dia tidak menyukai jika gadis itu tersenyum bahagia. Dia berjanji akan membuat gadis itu menangis, kalau perlu menangis darah.
Tetapi takdir tidak ada yang tahu.
***
Bell istirahat kedua sudah berbunyi. Kesempataan ini dimanfaatkan mereka untuk ke ruang kepala sekolah, mengingat jam istirahat kedua cukup panjang.
Iqbaal, (Namakamu) dan Alwan memasuki ruang kepala sekolah yang disana sudah ada kepala sekolah, Pak Ari dan Pak Heru.
"Silahkan duduk."
Mereka melangkah untuk duduk dikursi panjang yang menghadap langsung ke kepala sekolah, Pak Ari dan Pak Heru, setelah diperintahkan duduk oleh kepala sekolah tadi.
"Bagaimana?" pertanyaan Pak Firdaus selaku kepala sekolah mengawali pembicaraan mereka.
"Begini Pak, saya ingin meluruskan tentang kejadian pencurian USB yang menjurus kepada saya. Saya membawa beberapa bukti bahwa bukan saya pelakunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear Moon || IDR ✔
FanficSama-sama mencari seseorang untuk dicintai, agar cinta itu tidak terus tumbuh diantara mereka yang memang 'bersaudara'. Namun pasti akan ada yang tersakiti. Disini, ada banyak pihak yang tersakiti dan akhirnya memilih untuk mengalah. "Kau tahu bah...