9. Sakit

4.5K 442 4
                                    

'Bahkan aku tidak tega melihatmu seperti itu. Rasanya aku ingin membunuh diriku sendiri saat ini juga.'

***

"Arrgghh!!"

Steffi meringis menatap Iqbaal kasihan. Dia terlihat sangat mengkhawatirkan adiknya itu.

Yang Steffi bisa lakukan hanya mengelus bahu Iqbaal lembut. Berharap bisa sedikit menenangkan rasa khawatir Iqbaal.

Lelaki itu menangkupkan wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia frustasi. Dia benar-benar lupa dengan adiknya dan menerima ajakan Steffi kesini, dia benar-benar lupa untuk mengabari adiknya, dia benar-benar lupa adiknya, adiknya dan adiknya.

Dia merasa bersalah kepada Bundanya. Dia sudah berjanji untuk selalu menjaga adiknya, untuk selalu melindungi adiknya itu.

Dia juga sangat merasa bersalah kepada (Namakamu). Dia merasa telah menjadi kakak yang bodoh, orang yang paling bodoh telah melupakan adiknya.

Mungkin meninggalkan seseorang karena lupa adalah hal yang wajar. Tetapi tidak dengan Iqbaal. Dia sangat sayang kepada adiknya itu. Dia bahkan rela mengorbankan apapun demi adiknya bisa tersenyum.

Iqbaal sadar, dia telah menyakiti hati adiknya untuk yang kedua kalinya dalam kurun waktu satu hari.

Yang pertama, tentang Zidny. Iqbaal tau adiknya itu tadi kecewa padanya. Yang kedua, ini. Iqbaal tidak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin saja (Bamakamu) sudah pulang? Tidak. (Namakamu) tidak berani berpergian sendiri.

Iqbaal tidak tahu sekarang adiknya sedang apa. Apakah dia masih menunggu disekolah, atau sudah pulang terlebih dahulu dengan kondisi cuaca yang sangat buruk.

Dia menjambak rambutnya sendiri membayangkan jika sesuatu terjadi kepada adiknya itu, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Iqbaal duduk termenung dengan tatapan kosong. Steffi masih saja setia mengusap pundak Iqbaal dengan sabar.

JDER!

"Kak Ale.."

Iqbaal sontak menegakkan tubuhnya, dia mendengar seperti ada yang memanggilnya bebarengan dengan suara petir yang datang.

"Gue harus pulang." Ucap Iqbaal lirih bangkit dari tempat duduknya.

"Iqbaal lo mau kemana?! Ini masih hujan!" Steffi ikut bangkit dan mengeraskan suaranya karena sedikit terganggu oleh suara hujan.

"Gue harus cari (Namakamu) Steff! Gue nggak bisa diem terus!!"

Iqbaal menghentikan langkahnya menghadap ke belakang, ke arah Steffi dan juga berteriak.
Tubuhnya sekarang sudah basah kuyup.

"Tap-"

Steffi mengerutkan dahinya menatap punggung Iqbaal pergi dengan motornya itu.

Dia kembali duduk dan menggenggam erat kantong keresek yang berisikan novel yang dibelinya tadi.

Iqbaal. Dia terus melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang dingin basah. Dia terus menembus derasnya hujan. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah adiknya. (Namakamu).

'Maafin kakak dek..'

***

"Assalamualaikum!"

Tok!Tok!Tok!

"Assalamu—"

"Waalaikumssalam. Ya Allah adek!"

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang