33. Koma

5.7K 480 103
                                    

'Aku adalah kamu. Kamu adalah aku.'

***

Kini, (Namakamu) dirawat di rumah sakit. Saat tadi siang disekolah gadis itu pingsan dipelukan Iqbaal, dia dilarikan ke rumah sakit.

Saat ini Iqbaal, Rafto, Alwan dan Salsha sedang menunggu (Namakamu) yang sedang ditangani oleh Dokter di ruang ICU.

Salsha sangat merasa bersalah dengan (Namakamu), tidak seharusnya dia tidak mempercayai gadis itu. Sungguh menyesal. Salsha harus meminta maaf kepada (Namakamu) kalau nanti gadis itu bangun.

Sebenarnya bukan sejak tadi Salsha tahu semuanya. Saat ditaman waktu itu, waktu saat Salsha mengikuti Dianty dan (Namakamu) menuju taman.

'Inget, gue, bakal bikin semua orang ngejauhin lo. Jangan seneng dulu, gue bakal bikin sahabat lo satu per satu ninggalin lo, seperti Salsha dan Namira. Termasuk Kak Iqbaal.'

Salsha masih sangat ingat perkataan Dianty waktu itu. Hal yang membuat dia salah sangka dengan (Namakamu). Tetapi Salsha memang tidak langsung bicara dengan (Namakamu), dia mau membuktikan dulu, Dianty itu sebenarnya seperti apa. Ternyata memang benar, Dianty lebih kejam dari iblis.

Masih ingat dengan Salsha yang marah kepada (Namakamu) karena tahu gadis itu jalan-jalan dengan Aldi?

Siapa yang memberitahu Salsha?

'Sha, pengen denger kabar nggak?'

'Tentang kak Aldi lo itu.'

'Gue kemaren liat sendiri (Namakamu) pergi sama kak Aldi, mereka jalan-jalan ke Mall berdua.'

'(Namakamu) keliatan seneng banget, dia bilang dia sayang sama kak Aldi, trus dia manja-manja gitu ngerangkul kak Aldi.'

Dia, Dianty.

Kebohongan pertama Dianty untuk sahabatnya itu.

Mendengar langkah yang berlari di lorong rumah sakit membuat mereka semua menolehkan kepala mereka.

"Bunda?"

"Kak, gimana keadaan adek?"

Bunda Rike masih menetralkan pernafasannya. Beliau menatap Iqbaal dengan raut wajah khawatir, lalu beralih menatap satu per satu teman-teman anaknya itu.

"Adek lagi diperiksa sama Dokter Bun, Bunda tenang dulu."

"Duduk Bun." Perintah Salsha mengajak Bunda Rike duduk disampingnya.

Memang, dari dulu semua teman dekat atau sahabat Iqbaal dan (Namakamu) diminta Bunda Rike untuk memanggilnya dengan sebutan 'Bunda', katanya sih biar mereka lebih dekat saja. Lebih akrab.

"Bunda takut adek kenapa napa." lirih Bunda Rike.

Salsha menggenggam lembut tangan Bunda Rike, sekedar untuk menenangkan beliau. Semua juga menatap Bunda Rike sedih.

"Bunda yang tenang ya? (Namakamu) cewek yang kuat kok." Salsha tersenyum hangat membuat beliau juga tersenyum.

CKLEK

Semua mata teralihkan kepada pintu yang dibuka seseorang dari dalam. Dokter Ody keluar dari dalam ruang ICU sambil membuka masker yang menutupi hidung dan mulutnya. Kemudian melemparkan senyuman kepada mereka.

"Dok, bagaimana keadaan (Namakamu)?"

Dokter Ody terlihat menghela nafasnya. Semua sudah beranjak dari duduknya untuk berhambur mendekati Dokter Ody.

"Maaf Bu, (Namakamu) koma."

Semua yang ada disini melebarkan mata mereka. Bunda Rike membekap mulutnya, tangisnya yang sejak tadi beliau tahan akhirnya keluar juga. Salsha mempererat genggaman tangannya kepada Bunda Rike.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang