'Geudaega gireul ilheosseul ttae
(Ketika kau terjatuh)
Bicceuro bichwo juri
(Aku akan datang menyinarimu)
Barame maeum heundeullil ttae
(Ketika hatimu berdetak di hembuskan oleh angin)
Na geudaeui son jaba juri
(Aku kan datang memegangi tanganmu)'Younha - 기도
(Pray)***
Angin berhembus dengan damai. Daun-daun pun ikut menari seirama dengan angin yang meniupnya. Damai dirasakan saat angin itu menerpa wajah halus gadis yang sedang duduk sambil memejamkan matanya.
Kemudian membuka matanya kembali, menikmati setiap waktu yang menemani dirinya. Entah mengapa dia akhir-akhir ini jadi sering lelah. Entah itu memang faktor karena dirinya terlalu menanggung banyak beban pikiran atau yang lain.
Matanya menatap jauh ke depan sana, menatap rerumputan hijau, dihiasi bunga-bunga yang tumbuh terawat dengan cantik. Bibirnya terangkat menunjukkan senyum tipisnya.
Dia lelah.
Dia mengerutkan keningnya, matanya menangkap sesuatu yang membuat dadanya kembali sesak.
Orang itu.
Tidak, dua orang itu tengah asik bercanda didepan sana.
Katanya dia ingin selalu bersamanya? Katanya dia menyayanginya? Katanya dia tak ingin jauh darinya? Katanya dia mencintainya? Kenapa? Semua itu terasa sulit untuk dijelaskan.
Gadis itu terus menatap mereka, yang saat ini sedang duduk berdua dikursi taman juga. Terlihat sang gadis tengah menyandarkan kepalanya ke bahu kekasihnya. Dengan sang kekasih merangkulnya dari belakang.
"Kenapa kak Ale kayak gitu?"
"Katanya kak Ale sayang sama aku?"
"Katanya aku nggak boleh pacaran?"
"Katanya kak Ale bisa bahagiain aku?"
"Katanya kak Ale... hhh, cinta sama aku?"
"Terus ini apa?"
"Bahkan, kak Ale pacaran sama cewek lain disaat aku nggak boleh pacaran sama cowok lain."
"Ini bukan bahagiain aku kak, ini malah nyakitin aku."
"Entah kenapa aku juga punya rasa nggak mau kehilangan kak Ale."
"Entah kenapa aku juga nggak bisa liat kak Ale deket sama cewek lain."
"Entah kenapa aku juga cemburu."
"Entah kenapa aku juga punya rasa yang sama."
"Entah kenapa, hhh... Aku juga mencintai kak Ale."
Tenggorokannya tercekat, rasanya ingin menangis saat ini juga. (Namakamu) merasa sedang bicara dengan lelaki di depan sana. Kakaknya.
Dadanya semakin sesak saat dia melihat gadis itu mengecup pelan pipi sang lelaki. Pipi yang tidak pernah disentuh oleh bibir orang lain selain dirinya.
Dia memejamkan matanya, seketika itu juga membuat air yang sejak tadi terbendung dimatanya itu jatuh. (Namakamu) menangis dalam diam. Dia berharap tidak ada orang yang melihatnya seperti ini. Tetapi mustahil, suasana taman ini terbilang cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear Moon || IDR ✔
FanfictionSama-sama mencari seseorang untuk dicintai, agar cinta itu tidak terus tumbuh diantara mereka yang memang 'bersaudara'. Namun pasti akan ada yang tersakiti. Disini, ada banyak pihak yang tersakiti dan akhirnya memilih untuk mengalah. "Kau tahu bah...