***
(Namakamu) POV
Apa?
USB?
Gue?
Nyuri?
Nggak! Nggak mungkin! Gue nggak ngerasa ngelakuin itu! Gue juga nggak mungkin ngelakuin hal menjijikan kayak gitu.
Semua masih menatap gue nggak percaya. Tatapan sendu hanya dari Alwan dan Pak Ari. Semua, semua menatap gue sinis. Gue bener-bener nggak ngelakuin itu.
Ya Allah cobaan apalagi ini?
"Tuh kan, sudah terbukti jika kamu yang mencuri USB saya!"
Gue kembali menatap Pak Heru yang menatap gue sangar. Meski beliau orang yang humoris, tetapi kalo udah marah dia sangar banget.
"Kamu ikut Bapak ke kantor."
Gue hanya bisa menghela nafas panjang dan menuruti permintaan dia. Mengekor dibelakangnya menuju kantor. Gue sempet menatap mata Alwan yang lagi natep gue juga. Tatapan matanya masih sendu. Gue takut dia nggak percaya sama gue.
"Hii gue nggak nyangka (Namakamu) kayak gitu."
"Bukan dia kali yak?"
"Bukan dia gimana! Udah ada buktinya kok!"
"Selo dong, kok lo nyolot sih!"
"Sudah-sudah, semua kembali ke bangku kalian dan tunggu Guru mata pelajaran kalian selanjutnya, Bapak harap kalian tenang disini."
Ucap Pak Ari lalu berjalan keluar kelas mengikuti gue dan Pak Heru.
***
Author POV
Setelah percakapan dan sedikit perdebatan di ruang BK tadi (Namakamu) diizinkan untuk kembali ke kelas. Oleh Pak Ari tentunya.
Sebenarnya tadi Pak Heru akan membawa (Namakamu) ke kantor, tetapi Pak Ari takut akan menimbulkan masalah yang lebih besar, maka beliau membawanya ke ruang BK. Mengingat di kantor guru pasti akan ramai lalu lalang guru dan murid pastinya.
(Namakamu) melangkah seorang diri dikoridor sekolah. Tatapan sinis siswa lain semakin banyak. Benar saja, berita menyebar layaknya pewarna yang dilarutkan ke dalam air yang bersih, warna akan dengan cepat menyebar ke seluruh bagian, bahkan sampai permukaan wadahnya.
Rasanya dia ingin menangis saat ini juga. Tetapi (Namakamu) bukanlah gadis yang mau menunjukkan kesedihannya didepan umum atau didepan semua orang. Dia akan menyembunyikannya meski hatinya sangat sakit.
Sama halnya dengan ini, berita sudah tersebar luas disekolah. Sama dengan kejadian dulu saat peristiwa meninggalnya Steffi.
Jam pelajaran hari ini pasti akan segera berakhir. (Namakamu) mempercepat langkahnya untuk sampai di kelasnya. Dia tidak mau ketinggalan pelajaran. Meski hatinya sangat tidak ingin dia melakukan apa-apa saat ini. Pasti saat sampai dikelasnya dia kembali kena bully.
'Tok! Tok! Tok!'
"Masuk."
"Maaf Bu saya terlambat."
"Tidak apa-apa, kamu duduk dan ikuti pelajaran saya ya."
(Namakamu) mengangguk lalu berjalan menuju bangkunya. Banyak desis-desis dari mulut teman-temannya sambil memandangnya sinis. (Namakamu) melirik Dianty sekilas yang sedang meliriknya juga sinis dengan ekor matanya. Dia mengabaikan itu, buat apa terpancing dengan Dianty, mending dia yang memancing Dianty terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear Moon || IDR ✔
FanficSama-sama mencari seseorang untuk dicintai, agar cinta itu tidak terus tumbuh diantara mereka yang memang 'bersaudara'. Namun pasti akan ada yang tersakiti. Disini, ada banyak pihak yang tersakiti dan akhirnya memilih untuk mengalah. "Kau tahu bah...