Extra Part (Real)

6.7K 435 36
                                    

Happy reading ❤

***

Hari ini adalah hari minggu, dimana akan banyak aktivitas didalam rumah maupun diluar rumah. Terlihat pagi ini (Namakamu) tengah mempersiapkan masakannya di meja makan, sendiri, Dianty dia suruh untuk menjaga adiknya saja dikamarnya, takut nanti gadis kecil itu terbangun dan tidak menemukan siapa-siapa. Yang pasti akan menangis kencang.

Iqbaal bersama dengan kedua putra kembarnya tengah jogging kecil-kecilan disekitar komplek perumahan mereka. Itu rutinitas sejak dulu jika weekend.

Sebenarnya Iqbaal agak malas jogging dengan Afka dan Rafka. Kenapa? Karena mereka itu tidak lari, tapi terkesan jalan. Iya sih jogging kan lari kecil-kecilan, tapi kaki Iqbaal kan panjang, jika dibandingkan dengan mereka yang jalan sudah pasti lebih cepat Iqbaal, apalagi kaki mereka pendek.

Tidak hanya jalan, sepanjang jalan saja Afka dan Rafka mengobrol, entah sesuatu percakapan seperti apa, Iqbaal-pun tidak tahu. Pembicaraan mereka tidak bisa dimengerti. Dan itu membuat Iqbaal ingin sekali menyeruduk mereka.

"Afka, Rafka, ayolah jangan ngobrol terus, nanti sampenya lama."

Mereka jika jogging memang hanya sampai danau kecil buatan disana, masih di daerah komplek perumahan mereka. Danau kecil yang dekat dengan jalanan, jadi tidak perlu masuk ke hutan atau kemana untuk bisa melihat danau kecil buatan ini.

Terkadang, Afka dan Rafka bermain sebentar disana. Banyak kursi panjang juga, dan danaunya pun terdapat berbagai macam ikan, apalagi dengan airnya yang jernih, semakin membuat ikan-ikan itu tampak sedang berenang kesana kemari. Untung Afka dan Rafka tidak susah untuk diajak pulang.

"Ayah cerewet ah, Afka kan lagi cerita tentang ngik-ngik."

Iqbaal mengernyitkan alisnya bingung. Ngik-ngik? Makanan macam apa itu?

"Itu loh Yah yang lagi vi.. Vi... Apaan ya Bang?"

"Vingsan?"

"Kok vingsan sih! Itu pingsan!"

"Vilek?"

"Pilek!"

"Vi.. Vi apaan ya Yah?"

Iqbaal memutar kedua bola matanya. Benar-benar minta dilempar ke kandang buaya kedua anaknya itu.

"Viral?"

"NAH IYA ITU VIRAL!!"

"RAFKA JANGAN TERIAK DI KUPING AFKA DONG!"

"RAFKA NGGAK SENGAJA!"

"IHH KOK DIULANGIN LAGI SIH!!"

"IYA MAAF!!"

"Sayang-"

"AYAH DIEM DEH!!"

Iqbaal membulatkan kedua matanya saat Afka dan Rafka berteriak seperti itu kepadanya. Heh durhaka kau pada Bapakmu yang ganteng badai ini nak!

Melihat sang Ayah yang melotot kepada mereka tak membuat kedua bocah kembar itu takut dan diam. Mereka malah sekarang melanjutkan perdebatan mereka. Iqbaal hanya mampu memasang wajah datarnya.

"Afka, Rafka, ke laut merah yuk? Ayah mau nenggelemin kalian."

***


"Bundaaaa I'm homeee!!"

"Rafka juga homeee!!!"

"Kok sepi ya Yah?"

Iqbaal mengangkat bahunya pertanda tidak tahu.

[1] Dear Moon || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang