Setelah Arthur keluar dari apartemen, Kinzy masih belum beranjak dari sofa. Tapi posisinya kini sudah berubah, kini ia berbaring disofa.
Kinzy memejamkan matanya. Pikirannnya kembali melayang pada insiden yang menimpanya akhir-akhir ini.
Dijebak, kecolongan, menikah.
Pikiran yang rumit membuat Kinzy memasuki alam bawah sadar secara perlahan-lahan. Ketika hampir sepenuhnya memasuki alam bawah sadar, suara bel sukses membuka mata Kinzy yang semula terpejam.
Dengan berat hati, Kinzy pun bangkit dari sofa dan berjalan gontai kearah pintu.
Bel berbunyi lagi karena tamu yang datang berpikir bahwa tuan rumah tidak mendengar suara bel yang di tekan.
"Ia, bentar." Teriak Kinzy masih dengan suara parau.
Setelah sampai dibelakang pintu, Kinzy merapikan rambutnya sedikit lalu memutar kunci dan membuka pintu.
Melihat siapa yang datang, mata Kinzy melebar. "Tau dari mana apartemen Arthur disini?" Tanya Kinzy pada empat gadis yang berada didepan pintu apartemennya.
"Tadi gue sempet chat Tara buat nanya dimana apartemen Arthur." Jawab salah satu gadis yang bernama Jinny sambil menunjukkan cengirannya.
"Ohh, yaudin, masuk kuy!" Kinzy mempersilahkan keempat gadis itu masuk kedalam apatemen suaminya yang sekarang juga adalah apartemennya.
Fyi, empat gadis ini adalah sahabat seperjuangan Kinzy. Jinny, simurid baru yang datang waktu zaman Kinzy sekolah dasar dan Jinny juga adalah pacar dari Tara-yang menjabat sebagai Arthur's partner in crime. Yang lainnya ada juga Cara dan Moni yang ia kenal waktu zaman MOS SMP, lalu Yara yang mereka kenal ketika baru masuk SMA.
"Arthur mana, Zy?" Tanya Cara ketika baru saja mendaratkan bokongnya diatas sofa yang digunakan Kinzy untuk berbaring tadi.
"Eh, iya, tadi Tara juga bilangnya dia sama yang lain mau ke apartemen Arthur." Kini Jinny yang bersuara.
"Arthur lagi pergi ke mini market." Jawab Kinzy sambil ikut duduk disebelah Moni.
"Terus yang lain kemana? Masa belum nyampe? Dari satu jam yang lalu." Jinny langsung mengambil ponselnya untuk segera menghubungi pacarnya.
"Mungkin mereka nungguin Arthur dulu kali," tukas Cara menenangkan temannya agar tidak terlalu lebay. Memang diantara mereka Cara lah yang lebih dewasa pemikirannya. Moni yang cerewet, Yara yang polos hingga jatuh-jatuhnya malah jadi keliatan bego, dan Jinny yang rempong. Kinzy mah biasa aja, manja, cengeng, galak.
"Zy, gimana?" Tanya Yara dan ia langsung mendapat tatapan tajam dari Cara.
"Jan nanya gitu!" Ucap Cara hanya dengan isyarat mulut.
"Eh, Zy, lo nangis?" Moni langsung kaget ketika melihat wajah Kinzy yang duduk disebelahnya sudah memerah dan air mata yang menetes dari kedua sudut matanya.
"Zy?" Jinny mendekat kearah Kinzy.
"Lo sih!" Dengus Cara pada Yara dan Yara hanya mengerucutkan bibirnya.
"Lo kenapa nangis?" Cara beranjak dari duduknya dan berjongkok dihadapan Kinzy sambil menyentuh bahu Kinzy.
"Udah, jangan dipikirin lagi, Zy. Ntar lo malah drop." Yara mengusap lengan Kinzy.
Kinzy menggelengkan kepalanya sambil mengusap air matanya.
"Jadi lo kenapa?"
"Gue..."
"Iya, lo kenapa? Tentang Arthur?" Kinzy mengangguk.
"Arthur kenapa lagi dah?" Jinny sudah mencak-mencak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
Aktuelle Literatur🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...