🍁 E M P A T P U L U H S A T U 🍁 ENDING

1M 48.8K 8.8K
                                    

typo adalah jalan ninja ku.

Mohon koreksi dan sarannya :)

***

Ting tong

Arthur berjalan kearah pintu utama untuk membukakan pintu. Sedangkan Kinzy masih sibuk menata hasil masakannya di atas meja makan. Hari ini ia sengaja memasak lebih karena Loren akan datang.

Kinzy masih belum tahu pasti apa tujuan Loren datang untuk menemuinya. Tapi Kinzy akan menyambut Loren seperti tamu pada umumnya untuk kali ini. 

Arthur masih belum kembali, padahal Kinzy sudah selesai menata meja makan. Kinzy pun berinisiatif untuk menyusul Arthur ke depan. 

Sesampainya di depan, tepatnya di ruang tamu, Kinzy dapat melihat Arthur yang duduk di single sofa berhadapan dengan Loren dan... Paul? Apa gerangan yang membuat kedua orang itu mengunjungi rumah mereka lalu menciptakan aura mencekam di ruang tamu?

"Ehem," Kinzy berdehem sambil mendekati mereka lalu duduk di atas sofa yang berada di samping Arthur.

Masih hening. Dua orang yang berada di depan Arthur tampak bingung dan serba salah. 

"Ehem," deheman Loren berhasil membuat ketiga orang lainnya menoleh ke arahnya. "Zy, bisa nggak kita bicara berdua?"

Kinzy pun menganggukkan kepalanya ragu. "Ayo!" Kinzy bangkit lebih dulu bangkit lalu diikuti oleh Loren.

Berlalunya Kinzy dan Loren, membuat suasana semakin mencengkam antara Arthur dan Paul. Ingin rasanya Arthur membunuh suasana mencekam ini dengan membuka pembicaraan. Tapi ia takut jika nanti malah memperkeruh hubungannya dengan Paul.

"Zy, gue minta maaf." Loren kembali membuka percakapan ketika ia dan Kinzy sudah duduk di atas kursi teras pada sayap kanan rumah Kinzy. 

Kinzy diam. Ia masih belum membuka mulutnya semenjak mereka sampai di teras sayap kanan rumah Kinzy.

"Gue juga minta maaf atas nama mama gue. Kita memang salah. Gak seharusnya kita berkelakuan kayak gitu. Kita nyesel, Zy." Ucap Loren sungguh-sungguh.

Kinzy masih tetap dengan diamnya. Tanpa menampilkan ekspresi apapun. Bukannya Kinzy tidak memaafkan Loren. Tapi wanita itu masih bingung untuk membalas ucapan Loren.

"Gue juga minta maaf karena gue sama Paul udah..." Loren menggantungkan ucapannya karena takut jika ia nantinya akan menyinggung Kinzy.

Kinzy menghela napasnya. "Itu udah berlalu. Toh sekarang gue udah bahagia. Semua yang terjadi sama kita baik yang kita senangi atau pun yang tidak, pasti ada hikmahnya." Ucap Kinzy sambil tersenyum kecil. "Gue sama keluarga juga minta maaf karena udah buat elo sama Tante Maya merasa terasingkan."

Loren ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Oh iya, katanya anak lo kembar, ya?" Loren mulai mengalihkan pembicaraan mereka ke arah yang lebih ringan.

"Iya, mau lihat?" Tawar Kinzy. Lagi-lagi Loren menganggukkan kepalanya. Tapi kali ini lebih bersemangat.

Sedangkan di sisi rumah yang lain tetapi masih dalam waktu yang sama,

"Angel udah nemuin gue satu bulan yang lalu. Dia udah jelasin semuanya." Paul menjeda ucapannya. "Dan gue udah salah paham selama ini. Gue juga udah ninggalin elo semua. Gue emang egois karena gak mau dengerin elo semua." 

Arthur hanya menatap Paul dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Sedangkan Paul menundukkan kepalanya.

"Gue malu, Thur.  Selama ini gue mulu yang mancing masalah, dari adu jotos sampe balapan. Padahal gue yang salah. Gue minta maaf karena keegoisan gue beberapa tahun yang lalu sampe kita terakhir balapan, mana elo juga sampe kecelakaan kemaren dan juga kesalahan gue bareng Loren tentang lo sama Kinzy." Paul menarik napasnya lalu membuangnya untuk mendapatkan perasaan yang lebih tenang. Lalu ia mendongkakkan kepalanya. "Gue mau balik jadi diri gue yang dulu. Lo semua masih mau gak nerima gue?"

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang