"Eh eh, Thur, ini udah perempatan, turunin buruan!" Kinzy memukul lengan Arthur yang sedang menyetir.
"GAK! Ntar lo kecapekan. Sampe parkiran aja, kalo bisa ntar gue antar sampe kelas." Keras Arthur.
"Ck, ntar gue digorok fans lu kampret. Mendingan deh gue sampe sini aja deh."
"Makanya, lu jadi pacar gue. Mereka gak bakal berani ngapa-ngapain elo."
"Gak. Ih, Arthur berhenti gak?"
"Berhenti pale lu, usah sampe juga."
Kinzy mengalihkan tatapannya kearah depan dari yang semula menatap kearah Arthur. Kinzy menghembuskan napasnya kesal.
"Nih, salim!" Arthur menyodorkan tangannya pada Kinzy.
Setengah kesal, Kinzy hanya menurut dan menyalim tangan Arthur.
"Ntar gak usah banyak gaya, gak usah teriak-teriak, jangan kebanyakan gosip ikut si Moni, jangan ngumpat, pokoknya elu harus ngelakuin yang baik-baik, jauh-jauh dari kelaknatan."
"Lah, elukan laknat. Kudu jauh gitu?"
"Unyil, ini masih papa liatin ya, belum sleding."
"Halah, bacot. Gue pergi, BHA--"
Cup
Arthur mengecup kening Kinzy sekilas sebelum Kinzy membuka pintu mobil Arthur.
Karena insiden kecupan itu, Kinzy sempat terhenti sejenak. Setelah itu ia melanjutkan untuk keluar dari mobil Arthur.
"Hati-hati!" Tambah Arthur dan tak dijawab lagi oleh Kinzy.
Ketika sudah berjalan sejauh 50 meter, Kinzy baru teringat akan kebiasaan Arthur. Segera Kinzy mengambil ponselnya dan mengirim Arthur pesan.
'Jan cabut'
Tak berapa lama kemudian Kinzy mendapatkan balasan iya pake emot 'love'.
Kinzy hanya tersenyum simpul ditengah jalannya sambil menunduk menatap ponsel. Hingga ia merasa dirinya bertubrukan dengan orang lain, barulah Kinzy mengangkat kepalanya. Dan ia dapat melihat sepupu liciknya berdiri di sebelahnya sambil menyeringai, Loren.
"Masih pagi udah senyum-senyum ae lu, dapet SMS dari suami, ya?" Bisik Loren pelan tanpa melihat Kinzy. Ya, Loren mengetahui semuanya. Keluarga Loren tinggal satu kota dengan keluarga Kinzy, mereka adalah salah satu saksi pernikahan Kinzy dan Arthur. Keluarga yang datang sudah tahu bahwa ini hanyalah kecelakaan. Tetapi mereka tidak tahu siapa dalang dibalik kecelakaan itu. Keberuntungan yang sangat baik untukmu Loren.
"Dari pada elu pagi-pagi udah buat senyum orang luntur." Balas Kinzy tajam.
"Ck, up to you, Bi*tch!" Loren kembali menyenggol Kinzy hingga Kinzy sedikit oleng. Setelahnya Loren berlalu.
Kinzy berusaha menyeimbangkan tubuhnya akibat senggolan Loren tadi. Setelah berhasil Kinzy mengangkat kepalanya. Ia dapat melihat Moni dari kejauhan yang berlari kearahnya sambil teriak-teriak memanggil namanya.
"KINZY, ZY, Zy... huh, huh, huh," Moni sampai dihadapan Kinzy setelah berhasil membelah keramaian.
Kinzy hanya memasang tampang bingungnya menatap Moni.
"Lo gak papa 'kan, Zy? Lo tadi diapain aja sama si Loren? Lo dibilangin apa aja? Bilangin ke gue, Zy, bilangin!" Moni membolak-balik badan Kinzy khawatir mencari kelecetan. Rasanya Moni sangat ingin mencabik-cabik wajah Loren yang sok kecentilan tadi ketika menyenggol sahabatnya.
"Apaan sih? Biasa aja kali, Ni." Kinzy berusaha melepaskan diri dari Moni. Ia merasa bahwa kelakuan Moni ini kelewat lebay. Mana ia juga pusing dibolak balik kayak panggangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...