Typo udh kea paku ae, bertebaran.
***
Kinzy dapat mencium bau menyengat yang disodorkan ke hidungnya. Kinzy mulai membuka matanya, cahaya lampu langsung memasuki retinanya. Sembari beradaptasi dengan cahaya yang masuk, Kinzy mencoba mengingat apa yang barusan terjadi.
"ARTHUR!" Kinzy bangun dari baringnya lalu menyapu pandangannya dengan cepat untuk mencari orang yang barusan ia sebut namanya itu.
"Kinzy, ini mamah, nak." Terdengar suara lembut dari samping Kinzy seraya mengusap lembut rambutnya.
"Arthur mana, Mah?!" Wajah Kinzy terlihat tidak tenang.
Key tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan raut sedih. "Kamu makan dulu, ya? Kasihan baby-nya belum makan dari siang." Mengingat ini sudah malam sedangkan Kinzy dan Arthur datang pada siang hari, mereka langsung menghadapi konflik dan berakhir dengan pingsannya Kinzy tentu saja Kinzy belum mendapat asupan apapun.
Kinzy tidak mengulangi lagi pertanyaannya. Toh sampai nangis darah pun, ia yakin kakeknya tak akan mengembalikan Arthur dengan senang hati.
"Makan dulu, ya?" Ulang Key dan hanya diangguki oleh Kinzy. Bagaimana pun ceritanya kini Kinzy tidak boleh egois. Ia masih memiliki janin yang sedang bersemayam di dalam rahimnya. Kinzy tidak ingin menghadapi kehilangan lagi.
Key mulai menyuapi Kinzy dengan semangkuk bubur yang sudah disiapkan dari lima belas menit yang lalu setelah membantu Kinzy untuk minum.
"Mah, aku bakal disini terus sampe lahiran?"
"Nggak, besok kamu bakal terbang ke Lombok." Bukan Key yang menjawab. Tapi Aslan. Tiba-tiba Aslan masuk ke dalam kamar sementara Kinzy.
Mendengar hal itu tentu saja menerbitkan keryitan di dahi Kinzy. "Ngapain?"
"Disana kamu bakal ketemu sama laki-laki pilihan kakek. Dia yang bakal jagain kamu sekaligus untuk mempererat hubungan kalian sebelum kalian menikah." Jelas Aslan santai sambil mendekat kearah Kinzy dan Key.
Mendengar itu, kunyahan di mulut Kinzy perlahan berhenti.
"Laki-laki ini lebih baik dari pada si sampah itu." Tambah Aslan tajam yang berhasil membuat Kinzy ingin merobek mulut lelaki baya itu.
"Emang kakek kenal sama Arthur?! Dari mana kakek dapat menyimpulkan kalau Arthur itu sampah?!" Kinzy berusaha untuk menahan emosinya. Bagaimana pun orang yang di depannya ini memiliki peran yang cukup penting dalam kelangsungan hidupnya.
"Kiasan apalagi emangnya yang cocok buat laki-laki yang menghamili gadis perawan sebelum menikah? Tidak ada orang baik seperti itu!" Cerca Aslan.
"Arthur sama sekali gak--"
"Sudah! Apa kamu gak tahu kalau keluarga Arthur itu hancur?"
"Nggak semua anak broken home itu rusak seperti yang kakek bayangin! Dan keluarganya sama sekali gak sehancur yang kakek bayangin!" Kinzy kini bangkin dari baringnya dan menatap Aslan tajam.
"See? Kamu udah dipengaruhi sama dia? Sejak kapan kamu jadi anak pembangkang kayak gini?!" Aslan ikut tersulut emosi. "Sudahlah, mudah-mudahan minggu depan surat cerai kalian sudah jadi."
Tak beda jauh dengan Kinzy. Arthur sama hampanya dengan Kinzy. Pemuda itu hanya berdiam diri di dalam apartemennya bersama Kelvin yang sama sekali tak ia anggap kehadirannya.
Sesampainya di apartemen, Arthur langsung masuk kedalam kamarnya dan Kinzy. Tanpa melakukan apa-apa. Ia hanya menatap kosong. Bibirnya terkatup rapat begitu juga badannya yang sudah seperti manekin karena sama sekali tak bergerak. Yang bergerak hanya kelopak matanya yang sesekali berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...