🍁 D U A P U L U H E N A M 🍁

710K 46.4K 4.6K
                                    

Typo bertebaran.

***

"Zy, kamu kenapa diemin aku mulu sih?" Di dalam lift Arthur kesel sendiri karena Kinzy kacangin dia. Sejak insiden di pantai tadi wajah Kinzy terus memerah, lima belas menit kemudian Kinzy minta pulang. "Zy, aku salah apa sih? Padahal tadi kamu baru cium aku." Ucap Arthur blak-blakan.  Untung saja mereka hanya berdua di dalam lift.

"AKU LAGI SESAK BOKER, PUAS?!" Teriakan Kinzy sukses membuat semburat merah di wajahnya semakin menjadi-jadi.

Arthur kaget mendengar teriakan Kinzy. Antara hendak tertawa atau takut. Jadilah  Arthur hanya memasang wajah maklum. "O-oke."

Ting!

Setelah pintu lift terbuka, Kinzy segera mengambil langkah seribu untuk segera menuju kamar hotel mereka meninggalkan Arthur yang masih berdiri di dalam lift sambil tertawa.

Sesampainya di dalam kamar mandi, Kinzy langsung bersender pada pintu kamar mandi sambil memegang dadanya yang masih berdetak dengan sangat cepat. Yang benar saja, Kinzy sama sekali tidak ingin buang hajat. Sekarang ia hanya ingin memutar waktu untuk menghapus hal bodoh yang barusan ia lakukan di pantai tadi. 

"HUAAAAAA!!!" Kinzy menarik rambutnya kesal ketika kembali mengingat kejadian tadi.

Saat itu juga terdengar suara gedoran pintu kamar mandi dari luar, "ZY, ZY, KAMU GAPAPA?! ZY, KAMU KENAPA?!" 

"AKU GAPAPA! KAMU KELUAR SANA!" 

"Gak mau, aku mau lihat kamu dulu!" Balas Arthur masih dengan gedorannya yang sudah tak sekeras tadi.

Kinzy hanya dapat menghela napas sambil mengusap perutnya. "Sabar ya, Dek. Papa kamu memang gitu orangnya. "Aku belum seleai! Udahlah, jangan ganggu!" Ucapan Kinzy itu pun berhasil untuk membuat Arthur menjauh dan keluar dari kamar mereka.

***

"Kamu ngapain sih sampe satu setengah jam di dalem?" Seru Arthur langsung ketika Kinzy barusan keluar dari dalam kamar mandi dengan kaos oblong dan celana selutut. 

"Ketiduran." Jawab Kinzy singkat sambil berjalan menuju ranjang, melewati Arthur yang sedang tiduran di sofa sambil bermain game.

"Sambil boker?" Tanya Arthur dengan tampang ragu.

"Iya. Gimana, senangkan kamu?"

"Nggak," Arthur menggelengkan kepalanya. Arthur bangkit dari sofa lalu berjalan menuju Kinzy. Arthur membaringkan tubungnya asal di atas ranjang sedangkan Kinzy sibuk dengan ponselnya. Tepatnya pura-pura sibuk.

Terjadi keheningan beberapa saat, hingga Arthur kembali membuka percakapan.

"Zy, menurut kamu aku cocoknya kuliah jurusan apa?" Mendengar itu Kinzy mengalihkan atensinya pada Arthur.

Kinzy tampaknya berpikir sambil melihat wajah Arthur. "Bagian perfilman mungkin."

Arthur langsung tersenyum cerah. "Sippp, jiwa aktor memang aku banget. Secara gak sengaja kamu udah bilang aku ganteng. Makasih."

"Iya, sama-sama. Tapi maksud aku, kamu yang gulungin kabel, Thur." Ucap Kinzy pura-pura tak enak sambil menahan tawanya.

Saat itu juga wajah Arthur langsung berubah masam.

"Aku pengennya yang jadi tukang icip-icip makanan, masuk tv, terus dikasih uang." Curhat Arthur.

"Heh, orang kayak gitu tuh lidahnya udah punya skill tersendiri. Tahu mana makanan yang benar-benar enak atau nggak enak. Lah kamu dikasih kue gosong bantet aja bilangnya enak." Wajah Arthur semakin masam. 

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang