"Makan lagi?" Tanya Arthur menunduk agar bisa menatap Kinzy yang sedang duduk dikursi sebelahnya.
Kinzy menggeleng.
"Tapi lo makannya masih dikit. Makan lagi, ya?" Kinzy menggeleng lagi.
"Jangan dipaksa, Thur. Mendingan kamu buatin Kinzy susu." Ucap Vanesa.
"Hah?" Arthur langsung bengong.
"Buat kopi aja dia asin, Tan." Dengus Kinzy.
"Ehehe, tau aje lu!" Arthur hanya menunjukkan cengirannya.
"Eh, emang kamu udah beli susunya?" Tanya Vanesa dan Arthur mengangguk.
"Vitaminnya juga udah, Tant." Sambung Arthur. "Tunggu bentar, aku ngambil susunya dulu di mobil."
Setelahnya Arthur pergi keluar dapur menuju mobilnya.
Tak berapa lama Arthur sudah kembali. Membawa dua kotak susu dan plastik kresek putih khas apotek.
Arthur meletakkannya diatas meja.
"Gue gak tau lo suka cokelat atau vanila. Jadinya gue beliin dua-duanya." Jelas Arthur.
Kinzy menatap Arthur terlebih dahulu, "gue suka dua-duanya."
"Jadi lo mau minum yang mana dulu?"
"Terserah."
Arthur,
"Vanila, ya?"
"Terserah sih."
"Oke, vanila." Arthur sudah mengambil kotak susu ibu hamil rasa vanila.
"Tapi gue lagi selera sama yang warna cokelat." Ucap Kinzy cepat sebelum Arthur berbalik.
"Yaudah, cokelat." Arthur berganti pada kotak susu ibu hamil rasa cokelat.
"Eh, tapi terserah sih." Ucap Kinzy lagi. Dari perdebatan mereka tadi sukses membuat Vanesa terkikik.
Poor Arthur bi laik,
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...