04.30
Kinzy sudah bangun. Ntah angin apa yang membuatnya bangun sedini ini. Padahal ia adalah salah satu member TuTi di dunia ini. Tukang tidur.
Kinzy sudah bangun sepenuhnya, tapi ia belum berniat untuk bangkit dari ranjangnya. Ia bergerak kesisi ranjang dekat Arthur.
Kinzy menyenderkan punggungnya dikepala ranjang dan menatap Arthur yang masih tertidur pulas dibawah dengan kasur tipisnya. Wajah Arthur terlihat sangat damai dan polos. Beda jauh kalau ngeselinnya mulai.
Tak terasa, Kinzy menghabiskan waktunya selama lima belas menit hanya untuk menatap wajah Arthur.
Kinzy bangkit dari tempat tidur. Setelah berdiri diatas lantai, Kinzy merengangkan badannya terlebih dahulu lalu mencek ponselnya, setelah itu kembali meletakkannya diatas nakas.
Kinzy jongkok disebelah Arthur dan mulai menggoyang-goyangkan badan Arthur.
"Thur, bangun woi!" Kinzy berali menampar pipi Arthur pelan.
"Enggh," Arthur bergumam lalu mulai menurunkan selimutnya hingga roti sobeknya terpampang nyata didepan mata Kinzy.
Reflek Kinzy kembali menarik selimut Arthur. Tindakan Kinzy tadi sukses membuat Arthur melek dan melirik Kinzy sekilas. Lalu tersenyum tipis dan menurunkan selimutnya lagi dengan cepat.
"Ih, Arthur, TUTUP!" Kinzy kembali menarik selimut dengan kesal. Pipinya sudah memerah.
"Hmm," Arthur menurunkan selimutnya lagi.
"Bodo ah! Cepetan mandi duluan sana!" Kinzy hendak bangkit dengan arah mata yang tidak pada lawan bicaranya.
"Nggak usah sekolah, ya. Masih sakit nih." Arthur bangkit dari baringnya. Kini ia sudah duduk sambil menggaruk-garuk dadanya.
"Yaudah, lo nggak usah sekolah. Gue mau sekolah." Kinzy sudah sepenuhnya berdiri.
"Lo nggak usah sekolah elah. Tadi malam lo juga tidurnya lama, ntar lo pasti ngantuk disekolah." Arthur mendongkakkan kepalanya menatap Kinzy yang berdiri disampingnya.
"Nggak, gue hari ini ada ulangan Bahasa Inggris."
"Nah, justru itu. Toh lo juga gak ada belajar." Arthur menyibak selimutnya.
"Terus gue ulangan sendiri gitu? Makasih! Gue udah pande bahasa Inggris. Gak kayak elu." Kinzy mulai mengambil baju seragamnya dari lemari.
"Yeee, ngeremehin." Arthur bangkit dari dudukny lalu meregangkan tubuhnya. "Yaudah, gue sekolah. Lo beresin dulu gih!" Arthur menunjuk kasur tipis beserta tetekbengeknya dengan isyarat dagu.
Kinzy hendak protes, tapi ia memendamnya. Toh kasihan. Tadi malam udah bonyok, malamnya malah tidur dikasur tipis.
Kinzy mengerti apa alasan Arthur yang lebih memilih untuk tidur dibawah. Makanya ia tak bertanya lagi.
Arthur masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Kinzy merapihkan kasur tipis Arthur. Setelah selesai merapihkannya, Kinzy kembali berjalan kearah lemari dan mengeluarkan baju seragam Arthur beserta pelengkapnya.
Kinzy beralih ke dapur. Pagi ini, ia memutuskan untuk memasak nasi goreng sederhana saja.
Dalam sepuluh menit, nasi goreng sederhana ala Kinzy sudah selesai. Sekarang tinggal menghidangkan.
"Nyil, muka gue masih sakit nih. Gak usah sekolah deh mendingan." Arthur berjalan kearah meja makan sambil menenteng tasnya yang ringan dan baju seragam yang belum dikancing.
"Yaudah, lo nggak usah sekolah. Istirahat aja dirumah. Ntar gue izinin." Ucap Kinzy sambil meletakkan dua piring nasi goreng diatas meja makan.
"Ck, lo juga gak usah sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...