🍁 T I G A B E L A S 🍁

817K 56.8K 2.8K
                                    

"Thur, bosen!" Kinzy menunjang kaki Arthur yang sedang main PS dengan wajah bete.

"Terus?" Mata Arthur masih pada PS nya.

"Nggak tau. Cerita kek, apa kek! Bosenin lo ah!"

"Yaudah, cari laki lain sana. Mau aja lo sama gue." Ucap Arthur enteng.

"Kok gitu jawabnya?!" Tanya Kinzy sarkas.

Oke, gue khilap. Arthur segera mem-pause PS nya. Dan mengalihkan fokusnya pada wanita muda disebelahnya.

"Ululuuu mamah kok cencitip ciiihh?" Arthur memajukan bibirnya beberapa senti dan memasang tampang seimut mungkin sambil merentangkan kedua tangannya kearah Kinzy.

"Ih Arthur apaan sih? Jijik tau!" Kinzy menahan kepala Arthur dengan tangannya yang hendak mendekat kearahnya.

Alhasil Arthur kembali duduk dihadapan Kinzy dengan wajah yang sudah normal.

"Thur, inget, ya! Lo itu tampang preman, lo pasang muka sok imut jatohnya amit, Thur. Gue tahu ini nyelekit. Tapi ini demi kelangsungan hidup anak lo."

Arthur bi laik:

Arthur membuka matanya yang sengaja ia pejam untuk menahan amarahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arthur membuka matanya yang sengaja ia pejam untuk menahan amarahnya. Lalu tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

"Yaudah, maaf ya, Nyil." Ucap Arthur masih dengan senyum sok tulusnya.

"Iya, gapapa." Balas Kinzy.

Hening sejenak.

Lalu,

"ARTHURRR BOSAAAaann!" Suara Kinzy terendam di dada Arthur karena Arthur membawa Kinzy kedalam pelukannya sambil berbaring diatas permadani yang mereka duduki sedari tadi.

"Thur, lo agak romantisan dikit napa?" Tanya Kinzy setelah mengeluarkan wajahnya yang tenggelam didada Arthur. Hingga kini ia mendongk menatap dagu Arthur.

"Sebenarnya gue ini romantis. Kalo gue gak romantis, gak mungkin gue bisa dapetin sepuluh cewek sekaligus dalam satu hari."

"Lo ga romantis juga cewek udah banyak yang naksir karena tampang lo!" Dengus Kinzy menepuk dada Arthur.

"Emang tampang gue gimana?" Tanpa sepenglihatan Kinzy, Arthur sedang tersenyum diatas kepalanya.

"Gan-- biasa aja sih menurut gue."

"Oh, biasa, ya." Arthur mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menahan senyum.

Arthur mempererat pelukannya-mempaskan letak Kinzy didadanya- sambil mengusap-usap surai Kinzy.

"Nyil, mau kerumah mamah nggak?" Tanya Arthur masih nengusap kepala Kinzy.

"Ngapain?"

"Ngasih tahu tentang dia." Dia yang dimaksud Arthur disini adalah janin yang masih berada di rahim Kinzy.

Kinzy diam. Tidak membalas Arthur.

"Gimana pun ceritanya, keluarga elo harus tahu, Zy. Ntar gue aja deh yang bicara."

"Tapi, papah..." seketika Arthur teringat akan papa mertuanya yang sangat sentimen kepadanya.

Arthur diam berpikir sejenak, "itu udah resiko, Zy."

Kinzy tampak berpikir. "Eh, terus keluarga elo gimana?" Kinzy mendongkakkan kepalanya menatap Arthur.

"Kalo keluarga gue mah gampang. Paling mama ntar senang juga."

"Kita ke rumah mamah, ya? Lebih cepat lebih baik." Arthur menatap mata Kinzy.

Cukup lama Kinzy terdiam dan akhirnya ia mengangguk pasrah.

"Gue telepon mamah dulu, siapa tahu mamah lagi ke butik." Kinzy hendak bangkit dari pelukan Arthur untuk mengambil ponselnya dikamar.

"Nih, pake hp gue aja." Arthur mengeluarkan ponselnya dari kantong celana trainingnya.

Kinzy mulai mencari kontak ibunya di ponsel Arthur. Setelah dapat, Kinzy langsung mendialnya.

"Halo, ada apa, Arthur?" Buka ibu Kinzy dari seberang sana.

"Eh, ini aku, Mah. Kinzy."

"Oh... duh mamah kangen banget sama kamu. Kamu nggak pernah dateng kerumah sejak dua minggu yang lalu."

"Ehehe... mamah sekarang lagi dimana?"

"Ini mamah sama papah lagi jalan ke apartemen kalian." Kinzy kaget begitu juga dengan Arthur.

"Loh, kok gak bilang dulu sih, Mah?"

"Inikan udah dibilangin barusan."

"Aelah, sebelum berangkat kali, Mah, bilanginnya. Padahal aku sama Arthur mau kerumah loh."

"Yee, telat kamu bilangnya. Udah dulu, ini mamah sama papah udah di parkiran. Bye," belum sempat Kinzy menjawab sambungan telepon sudah diputuskan secara sepihak.

"Thur," cicit Kinzy bingung. Ia tidak tahu hendak melakukan apa selanjutnya.

"Ck, udah, tenang aja. Sekarang lo duduk aja. Gue rapihin ini bentar." Ucap Arthur sambil menatap permadani yang mereka duduki sedang berantakan.

Arthur mengusap kepala Kinzy sekilas lalu mulai memunguti bungkus snack yang bertebaran diatas permadani bekas Arthur duduk tadi bermain PS. Lalu ia berjalan kedapur untuk membuangnya.

TING TONG!

Terdengar suara bel. Kinzy hendak bangkit dari duduknya.

"Udah, biar gue aja." Ucap Arthur ketika berjalan melewati Kinzy sambil menahan kepala Kinzy dari atas.

Tetapi Arthur berhenti sebentar. "Kita jangan pake lo-gue." Bisik Arthur. Setelah itu ia langsung berlalu tanpa menunggu persetujuan Kinzy.

***

Salam,

Kecoamerahmuda.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang