Arthur mengambil sebatang rokok dari kotaknya lalu menyelipkannya diantara bibirnya. Lalu membakar ujung rokoknya dengan pematik api.Sekarang Arthur ingin berbelanja kebutuhan dapur lebih dulu, lalu membeli makanan. Arthur memang tidak pandai memasak, tapi isi lemari pendinginnya hampir tidak pernah kosong ketika ia berada di apartemennya.
Makanannya tidak terbuang dengan sia-sia, karena hampir setiap hari sahabat Arthur selalu main ke apartemennya dan bahkan menginap. Jadi masalah makan bisa diserahkan pada Juan—salah satu sahabat Arthur yang pandai memasak.
Arthur menyesap rokoknya lalu menghembuskan asap yang berasal dari rokok itu keluar dari mulutnya. Arthur memutuskan untuk berjalan kaki ke mini market, karena letaknya hanya bekisar seratus meter dari gedung apartemen yang ia tempati.
Setelah sampai didepan mini market, Arthur membuang rokoknya ke tempat sampah yang berada disisi pintu masuk.
Arthur memasuki area mini market, lalu mengambil trolley yang sudah disediakan. Ia mulai mendorong trolley yang ia ambil tadi, lalu mulai memburu bahan dapur yang diperlukan.
Ditengah fokusnya pada pemilihan daging-dagingan, tiba-tiba saja Arthur mendengar suara deheman dari sisi kirinya.
"Ehem," Arthur menolehkan kepalanya kearah kiri. Wajah yang awalnya datar mendadak masam.
Arthur mengacuhkan wanita yang berdehem disisi kirinya tadi dan kembali fokus pada daging-dagingan. Kali ini ia mengambil daging dengan cepat karena tidak ingin berlama-lama dengan wanita ular yang disampingnya ini. Arthur berlalu ke stand sayuran.
"Kinzy udah isi belum?" Wanita itu ternyata mengikuti Arthur dan bertanya dengan tampang sok polosnya.
Arthur hanya diam. Dan pikirannya mendadak menjalar kearah pertanyaan yang barusan ditanya oleh wanita itu. Masih dengan memilih sayuran, sambil membayangkan bagaimana nanti kalau Kinzy hamil?
Jujur saja, selama ini ia belum pernah sampai berpikir kesana. Selama ini ia hanya mempermasalahkan bahwa ia merasa bersalah.
Ia memasukkan beberapa sayuran kedalam trolley-nya dan beralih ke stand lain. Dan wanita itu juga masih mengikutinya.
"Sebenarnya sih, gue rada gak ikhlas sama kejadian kemaren." Wanita itu menjeda ucapannya. Arthur yang sedang memilih bumbu masakan hanya menanggapinya dengan diam dan mencoba untuk tak mendengarkan wanita itu. Tapi ntah mengapa, pendengarannya malah semakin tajam. "Gue baru mikir, kenapa gak gue aja sih yang jadi Kinzy. 'Kan gue bisa langsung ama lo. Dan gue hamil anak lo terus kita hidup bahagia."
Arthur sudah muak dengan wanita disebelahnya ini. Sekarang ia hanya mengambil bumbu dengan asal lalu ke stand cemilan. Di stand cemilan pun wanita itu masih mengikutinya.
Ditengah asalnya ia mengambil cemilan, ponsel Arthur mendadak berbunyi tanda ada notifikasi dari Line.
Arthur mengambil ponselnya dari saku dan membuka Line. Ternyata notifikasi itu berasal dari grup sahabatnya.
Grup Orang Ganteng (8)
Derodoran
Thur posisi?Minimarket
Lu datang sini
Buruan
Si uler ngekorin gueDerodoran
Oke
Lagi lewat minimarket nih mau ke apartemen loBerenti bazeng
Gue di minimarketArthur kesel sendiri. Mana wanita itu terus saja mengoceh dan membuat telinga Arthur memanas. Tapi syukurnya ia masih dapat menahan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
Ficción General🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...