🍁 S A T U 🍁

2.2M 92.3K 11.7K
                                    

Sodara-sodara, biar lebih paham tentang status pemain dan inti permasalahan cerita ini, mohon BLURB nya dibaca terlebih dahulu, ya.

***

"Lo nyesel, Nyil?" Tanya Arthur sambil mengambil sebatang rokok dari kotak rokok.

"..." Kinzy hanya diam menatap pemandangan malam dari balkon lantai 5 hotel.

"Nyil," panggil Arthur lagi sambil menghidupkan rokoknya.

"..."

"Nyil, Unyil!" Arthur sudah menyikut-nyikut lengan Kinzy yang betumpu pada pembatas balkon.

"..." Kinzy masih diam menatap kosong.

"Unyil! Woi, jan gitulah. Serem gue liat lo woi!" Arthur melambai-lambaikan tangannya dihadapan Kinzy dan Kinzy masih bergeming.

"Nyil, elah." Arthur melepaskan rokoknya dari bibir dan beralih dengan menyolek pipi tembem Kinzy.

"..."

"Nyil, lo ken--"

"UDAH BERAPA KALI SIH GUE BILANGIN?! JANGAN PANGGIL GUE UNYIL, GUE PUNYA NAMA!!!" Teriak Kinzy keras tepat didepan muka Arthur dan teriakan itu sukses membuat Arthur menutup matanya sebelah.

Hening.

Arthur kembali menyelipkan batang rokok diantara bibir atas dan bibir bawahnya. "Habisnya lu pendek sih."

Kinzy berbalik dan langsung melayangkan pukulannya dengan keras kearah Arthur. Tak peduli apa Arthur saja yang kena. Yang penting Arthur kena.

"Nyil, Nyil, ntar lo kena rokok! Woi,"Arthur terus berusaha untuk menghentikan pukulan acak Kinzy dan mengambil rokok yang masih terselip dibibirnya.

Bukannya berhenti, Kinzy malah semakin bar-bar.

Merasa jengah dengan Kinzy, Arthur pura-pura mendekatkan ujung rokoknya yang menyala ketangan Kinzy. "Nih, nih, pukul lagi! Pukul!"

Melihat Arthur yang mendekatkan ujung rokok yang menyala kearahnya, Kinzy pun menghentikan pukulannya dan memandang sebal kearah Arthur.

Kinzy kembali memandang kearah depan, kearah dimana pemandangan malam terpampang indah dengan kerlipan lampu yang menjadi pemeran utamanya.

"Nyil,"

DUK!

Arthur langsung memekik kesakitan sambil memegang kakinya. Tepatnya pada bagian tulang keringnya bekas tendangan Kinzy barusan.

"Yaelah, Zy, baru juga acara kelar udah langsung KDRT aja." Ucap Arthur masih mengusap-usap tulang keringnya. Arthur kali ini tidak memanggil Kinzy dengan panggilan 'Unyil'. Takutnya kakinya yang satu lagi nanti ikut korban.

Kinzy hanya menatap Arthur datar dan kembali lagi pada posisinya yang tadi.

Setelah merasa bahwa tulang keringnya sudah lebih baik, Arthur juga kembali keposisinya semula. Lengan bertumpu pada pembatas balkon sambil menyesap rokoknya.

"Zy," panggil Arthur lagi.

"Hm," Kinzy hanya menjawabnya dengan gumaman.

"Lo nyesel gak?"

Kinzy diam.

Kinzy menarik napasnya lalu menghembuskannya. "Ini belum akhir dari segalanya. Gue belum bisa bilang gue nyesel atau nggak." Ucap Kinzy tanpa menatap manik Arthur. "Selamat malam." Kinzy masuk kedalam kamar hotel dan meninggalkan Arthur seorang diri dibalkon yang masih menyesap rokoknya.

Setelah Kinzy pergi, Arthur pun ikut menghembuskan napasnya. "Selamat malam." Lirih Arthur lalu menundukkan kepalanya.

Arthur menyesap rokok terakhirnya malam ini lalu menjatuhkannya kelantai dan menginjaknya. Arthur masuk kedalam kamar hotel, tak lupa menutup pintu pembatas antara kamar dan balkon.

Arthur mendekat kearah tempat tidur, dimana Kinzy sudah tidur dengan deru napas yang teratur.

Arthur memperhatikan wajah Kinzy. Arthur dapat melihat jejak air mata yang sudah kering dipipi Kinzy.

Sekilas pikirannya kembali pada hari yang menjadi awal mula diciptakannya skenario ini. Hari dimana ia dan Kinzy dijebak oleh  seorang wanita ular dan seorang pria bajingan beberapa minggu yang lalu.

Wanita ular itu bernama Loren. Ia adalah mantan Arthur dan musuh Kinzy. Arthur tidak tahu apa masalah wanita itu dengan istrinya. Yang jelas wanita itu bermusuhan dengan istrinya di sekolah mereka.

Tentang pria bajingan, Paul. Pria itu adalah rival Arthur, lebih tepatnya dalam hubungan persahabatan mereka terpaksa renggang karena terjadi kesalahpahaman beberapa waktu lalu dan belum menemukan titik terang hingga saat ini.

Saat itu, Arthur bersama teman-temannya menghabiskan malam minggu di sebuah club malam. Seperti biasa, ketika pemuda itu dan teman-temannya datang mereka hanya membasahi tenggorokan mereka tanpa melakukan hal yang lebih jauh. Tapi hari itu, Arthur merasakan ada yang berbeda dari tubuhnya setelah menghabiskan segelas minuman keras dengan kadar alkohol yang rendah. Hingga tak berapa lama, datanglah tawaran dari seorang pelayan untuk beristirahat di dalam sebuah kamar yang di khususkan kepada pelanggan tetap.

Tanpa pikir panjang, Arthur pun menerima tawaran itu. Disitulah puncaknya. ketika Arthur sampai ke kamar yang di tawarkan pelayan tadi, Arthur dapat melihat seorang gadis yang tertidur pulas di atas ranjang. Arthur sempat bingung, mengapa si pelayan tadi mengantarkannya ke kamar yang sudah dihuni? Tapi Arthur tidak mendalami rasa bingungnya itu. Karena rasa aneh yang tadi ia rasakan malah semakin menjadi. Arthur dapat merasakan tubuhnya yang tiba-tiba panas dan bergairah.

Hingga yang memenuhi pikiran Arthur pada saat itu hanyalah bagaimana caranya 'bebas'. Bebas dari efek yang ditimbulkan oleh minuman beralkohol yang ternyata sudah dicampurkan dengan obat perangsang tanpa ia ketahui.

Selama satu minggu setelah kejadian itu, Arthur selalu merasa resah dan kalut hingga Arthur  tidak dapat menyembunyikannya lagi. Arthur langsung menceritakannya kepada ibunya. Satu minggu kemudian, tepatnya hari ini, Arthur dan Kinzy pun resmi menikah.

Tiba-tiba Arthur menguap hingga menghancurkan kilasan tentang masa kemarin yang suram. Rasa kantuk pun menyerang Arthur. Arthur segera berjalan kearah sofa besar yang berada didekat meja rias setelah mengecup dahi Kinzy. Setelah sampai merebahkan tubuhnya diatas sofa itu, Arthur langsung memejamkan matanya. Tak sampai lima menit, Arthur sudah masuk kealam bawah sadarnya.

***

Salam,

Kecoamerahmuda.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang