"Langsung balik? " Tanya Arthur ketika ia mulai men-starter mobilnya.
Kinzy langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak,"
"Terus mau kemana?" Arthur mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah tantenya, Vanesa. Yap, mereka baru saja selesai check up.
"Nge-mall?" Saran Kinzy tapi masih tampak kurang yakin.
"Oke." Arthur langsung menyanggupi. "Sekalian gue mau beli hp."
Kinzy tiba-tiba menatap Arthur Arthur sinis. "Buru-buru banget beli hpnya. Udah rindu PACAR, ya?" Tekan Kinzy sarkas.
Arthur balik menatap Kinzy dengan kening berkerut.
"Bukan gitu, Nyil." Arthur menyela untuk bisa menjelaskan.
"Bukan gitu gimana? Jelas-jelas kemaren muka lo gak enak banget pas gue lemparin hp lo." Kinzy sewot.
"Yakali ada orang yang gak shok hpnya dilempar." Arthur mencoba bela diri.
"Terus lo maunya gimana?!Mau marah? Yaudah, marah aja! Jahat banget sih. Dasar jelek!" Kinzy langsung emosi. Bodo amat sama apa yang dia bilang, nyambung gak nyambung yang penting marahnya kelihatan.
"'Kan salah lagi," gerutu Arthur pelan tapi sayang masih terdengar oleh Ibu Negara.
Lantas, Kinzy langsung mengambil tisu di dashboard mobil. Dengan kesal yang amat mendalam, Kinzy langsung menyumpalkan tisu kedalam mulut Arthur yang sebelumnya masih tertutup. Iya, tisunya dipaksa masuk.
Tentu saja Arthur langsung gelagapan. Antara menghindar dari Kinzy atau tetap melihat jalan raya.
Arthur pun memilih tetap mengawasi jalan di depannya sambil mengeluarkan tisu yang sudah masuk kedalam mulutnya.
Setelah merasa tak ada lagi tisu yang tertinggal, Arthur pun mengalihkan atensinya pada Kinzy yang bete abis disaat lampu merah.
"Zy, gue lagi nyetir!" Suara Arthur naik seperempat oktaf. Ingat masih seperempat.
Setelah mengucapkan kaliamat seperempat oktafnya tadi, Arthur kembali melihat jalanan.
Mobil Arthur pun melaju kembali.
Dua menit Arthur mendiamkan Kinzy, kini Arthur sudah mendengar suara tarikan ingus.
Ya Tuhan salah lagi Arthur menghela napas.
Dengan segera, Arthur pun mencari tempat permberhentian mobil yang pas dan dekat. Setelah menemukannya, Arthur langsung memberhentikan mobilnya.
Arthur pun mendekat kearah Kinzy dan hendak membawa Kinzy kedalam dekapannya. Tapi, tentu saja Kinzy menolak. Kinzy langsung menepis lengan kekar Arthur.
"Zy, maaf." Cicit Arthur.
"Marah aja terus! Lanjutkan!" Sarkas Kinzy disela tangisnya.
Arthur pun menghela napasnya, lalu ia membuka pintu mobilnya dan keluar.
Arthur berjalan kearah kios yang menjual air kelapa muda. Ia merasa hari ini sangat panas dan gerah. Gak tahu kalo Kinzy, tunggu aja.
"Bu, satu dibungkus, ya. Gak usah pake es sama jeruk nipis." Arthur langsung menyebutkan pesanannya.
Sedangkan ibu-ibunya hanya mengangguk pelan sambil menatap kagum kearah Arthur dengan wajah cengo. Tiba-tiba si ibu teringat anak gadisnya yang masih kuliah semester 7. Bisa ini.
Ketika angin berhembus menyapu wajah si Ibu, ia langsung sadar dan segera membuat pesanan Arthur.
Ditengah menunggunya, tak sengaja Arthur melihat mobilnya yang parkir 10 meter dari tempatnya berdiri. Ia dapat melihat pintu mobil bagian Kinzy terbuka lalu kaki Kinzy keluar dari dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...