"Thur, bangun." Ucap Kinzy serak sambil menyingkirkan lengan Arthur dari pinggangnya. Dan saat itu juga Arthur langsung melek, setelah itu kembali memejamkan matanya.
"ARTHUR, bangun! Hari ini lo harus sekolah. Lo bolosnya udah kelamaan! BANGUN!" Kinzy mengikat rambutnya
"Paan sih elah. Perasaan kemaren lu minta ketoprak masih aku-kamu-an." Arthur balik melek.
"BACOT! Bangun buruan! Bantuin gue!"
"Bantuin apa? Bantuin nyabunin badan?" Arthur tersenyum menjengkelkan.
"Bego," gumam Kinzy kesal sambil berjalan kearah lemari untuk menyiapkan seragam mereka.
Satu menit berlalu, Arthur belum juga beranjak. Ia malah asik dengan ponselnya.
PLETAK!
Arthur langsung melemparkan ponselnya dan mulai merapikan ranjang mereka setelah mendengar suara decakan ikat pinggang yang dilibaskan ke lantai.
"Galak amat sih, elah." Kini giliran Arthur yang bergumam.
Arthur yang merapihkan rumah, Kinzy yang memasak. Impas.
Memang Arthur tidak bisa diandalkan dalam masalah kerapian. Tapi setidaknya sudah 'sedikit' rapi.
Sejak insiden rumit yang terjadi lima hari yang lalu, Arthur tidak masuk sekolah hingga kemarin. Ia sudah bolos lima hari. Sedangkan Kinzy, ia sudah sekolah sejak dua hari yang lalu.
Memar dan cakaran yang terukir di wajah Arthur sudah berkurang. Dan sejak kemarin ia sudah kembali seperti seperti semula. Bahkan kemarin Kinzy sempat menangis lagi karena kejahilan Arthur.
Flashback
Kinzy baru saja memasuki apartemen mereka setelah pulang sekolah diantar oleh Moni. Dengan wajah berbinar-binar.
"ARTHUUUUR!!! KAMU DIMANA?'
Sedangkan Arthur yang sedang berada di dapur, hendak menyesap susu vanila mendadak terhenti. 'Pake aku-kamu-an, ada maunya nih pasti.' Batin Arthur. Arthur kembali menjalankan gelasnya kearah mulutnya dan mulai meneguk susu vanilanya dengan nikmat.
Namun ditengah kenikmatannya,
"ARTHURRR!!!"
PPFFTT
"OHOK! OHOK!"
Arthur mendadak nyembur plus keselek ketika merasakan lingkaran lengan di lehernya dan jeritan namanya tepat di telinganya.
Apes? Sudah biasa Arthur mah.
Arthur udah kayak orang struk- melotot-melotot sambil menjulurkan tangannya minta air putih.
"Eh, eh, iya-iya bentar." Kinzy langsung panik. Ia lantas melepaskan pelukannya pada leher Arthur dan mengambil gelas berisi air minum yang diinginkan Arthur.
Arthur buru-buru meneguk air yang diberikan Kinzy. Setelah reda, ia menatap Kinzy sedikit kesal. Lalu dengan lembut ia menjawab, "apa?"
"Sorry, Thur." Ucap Kinzy.
"Iya, gak papa." Jawab Arthur. "Kenapa?"
"Aku pengen ketoprak. Beliin dong." Ucap Kinzy lembut.
"Kenapa nggak sama Jinny aja tadi belinya?" Arthur tahu bahwa yang mengantar Kinzy pulang adalah Jinny karena Kinzy sudah mengatakannya sebelum Kinzy berangkat sekolah.
"Aku maunya dibeliin sama kamu."
"Yaudah," Arthur bangkit dari duduknya sambil meletakkan gelas susu yang masih ia pegang keatas meja. "Itu aja?" Kinzy mengangguk.
Arthur mengusap perut Kinzy sekilas dengan lembut, lalu berjalan menuju kamarnya.
Arthur pergi.
Hingga dua puluh menit kemudian ia sudah kembali dengan kantong kresek putih ditangannya.
"Nih, tadi akang ketopraknya ngasih bonus tuh. Aku tanya itu apaan, akangnya jawab supres." Arthur memberikan kreseknya pada Kinzy dan bukannya menerima kresek yang Arthur berikan, ia malah balas merepet.
"Kalo ada orang yang nggak dikenal ngasih sesuatu jangan langsung diterima! Mentang-mentang gratis."
"Jadi nggak nih?"
"Yaudah, sini." Kinzy mengambilnya dan yang pertama ia buka bukanlah bungkus ketopraknya. Melainkan yang katanya 'bonus'.
Arthur sudah siap-siap mendengar bom nuklir meledak. Ia berjalan kekamar dengan cepat. Saat ia sedang membuka kaosnya,
"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!"
Sebelum menjumpai Kinzy, ada baiknya Arthur ngakak dulu. Setelah itu ia mulai mengatur air mukanya.
Tampang khawatir mode on.
"Zy, Zy, kenapa?! Kenapa?" Arthur menggenggam tangan Kinzy. Lalu Kinzy memeluk Arthur erat dengan sangat ketakutan hingga ia menangis.
"ITU, ITU, ULAR!!!"
Arthur pura-pura melirik bukusan yang sudah terbuka dan terdapat ular karet didalamnya. "Ular karet aja takut."
Kinzy mendadak diam, lalu melirik tangan Arthur yang sedang menggenggam ular karet.
Kinzy mengalihkan lirikannya tajam tepat kemata Arthur.
"LO KOK JAHAT BANGET SIH SAMA GUE?! HIKS HIKS. NTAR GUE JANTUNGAN TERUS MENINGGAL GIMANA?! HAH? MAU JADI DUDA SMA LO?! HIKS." Arthur kembali membawa Kinzy kedalam pelukannya.
Kemaren aja yang bilangnya Arthur itu baik banget karena nggak marah ke dia karna Kinzy kasar parah ke Arthur. Sekarang malah bilangnya jahat. Labil.
"Nggak kok, nggak. Aku salah, ak--"
"IYA! LO EMANG SALAH!" Arthur hanya dapat tersenyum pahit ketika teriakan Kinzy kembali berdengung tepat di telinganya.
"Iya, aku minta maaf, ya." Arthur mengusap-usap kepala dan punggung Kinzy.
Itu lah Arthur, nafsunya untuk menjahili istri mungilnya sangat besar. Hingga ia sering lupa kalo istrinya ini lagi hamil anak mereka.
Dan semua itu tentu berakhir dengan tidurnya Kinzy di pelukan Arthur.
Apa kabar dengan ketoprak? Arthur yang makan dengan Kinzy yang masih terlelap di pelukannya. Kerena ketika Arthur hendak menidurkan Kinzy di atas ranjang, Kinzy tidak mau. Ia tidak mau melepaskan pelukannya dari Arthur.
Yah, begitulah.
Flashback off.
***
Salam,
Kecoamerahmuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...