🍁 B O N U S 🍁

815K 44.7K 5.4K
                                    

"Tar, ntar gue yang di depan, ya?"

"Gak!"

"Yaelah, bantuin orang dapat jodoh pahala kali, Tar." Gadis yang bernama Mitha itu masih berusaha untuk membujuk sahabat Arthur.

"Bantuin orang rebutin jodoh orang dapat azab kali." Balas Tara sambil bersandar ke pintu mobil Arthur. "Gue gak berani macem-macem. Istri si Arthur sangar."

"Yaelah masih pacaran juga gayanya sok sangar."

"Lu udah berapa kali sih gue bilangin, si Arthur itu udah nikah! Anaknya aja udah dua! Percaya napa." Cerocos Tara kesal karena selalu diminta sebagai mak coblang antara Mitha dengan Arthur.

"Lo bohong konsisten amat dah." Kini Jeni yang bersuara-sahabat Mitha.

"Konsisten bohong pala lu petak!" Maki Tara yang kekesalannya bertambah karena bertambahnya oknum yang melawannya berdebat. "Bodo amat, Markonah!"

"Ck, bacot. Ntar lihat aja gimana yang bener di rumah si Arthur. Noh, orangnya udah datang." Haris yang sedari tadi hanya menonton segera mengakhiri perdebatan tak bermutu antara keduanya.

"Kuy, masuk!" Ajak Arthur sambil memasuki mobilnya lebih dulu.

Di saat-saat seperti itu Mitha masih sempat untuk berusaha menyalip Tara agak bisa duduk di kursi sebelah kemudi. Tapi tentu saja Tara dapat menyingkirkan Mitha hanya dengan sekali senggolan saja dengan bahunya.

Mau tak mau Mitha akhirnya duduk di belakang dengan wajah kesal bersama Haris dan Jeni.

Baru saja Arthur akan menjalankan mobil, tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari saku celananya. Arthur menunda masalah mobil sejenak, lalu beralih untuk mengangkat telepon yang ternyata berasal dari Kinzy, istrinya.

"Halo," sapa Arthur lebih dulu.

"Kamu jadi gak kerja kelompoknya?" Tanya Kinzy dari seberang sana.

"Iya jadi, ini baru mau berangkat, Yang. Emang kenapa?"

"Katanya kamu datang jam 1. Ini udah jam satu lewat."

Arthur memeriksa jam digital yang ada di dashboard mobil.

01.02

"Yaelah baru juga lewat dua menit. Bilang aja kamu kangen." Arthur terkekeh.

Sementara itu, Tara yang berada di samping Arthur menjulurkan lidahnya pada Mitha dengan maksud mengejek. Lalu dibalas tatapan malas dari Mitha.

"Si Kem-" baru saja Arthur hendak menanyakan keadaan si Kembar tiba-tiba terdengar suara gaduh dari seberang sana. Arthur mendengar suara gerakan ponsel yang tak beraturan dan suara pekikan melengking.

"PAH NA?!" (papa mana?) Suara gadis kecil yang masih berumur satu setengah tahun terdengar melengking dari seberang sana. "Kak Aya, itu telepon. Bukan video call." Kini sudah berganti dengan suara teguran yang lembut dari Kinzy.

Tawa Arthur pecah seketika saat mendengar teguran Kinzy pada gadis kecilnya. Arthur dapat membayangkan bagaimana raut wajah kebingungan Ayana mencarinya di layar ponsel yang menampilkan menu panggilan.

"Udah dulu ya, Pa. Kea katanya mau pipis. Hati-hati nyetirnya."

"Iya, love you." Ucap Arthur lembut.

"Too."

Barulah sambungan telepon terputus dan Arthur mulai menjalankan mobilnya.

***

Mobil Arthur sudah terparkir rapi di depan garasi. Setelah itu barulah isinya yang keluar satu persatu.

Sedari tadi, kegaduhan yang diciptakan Tara dan Mitha tak kunjung surut. Ada kalanya ketika Tara bertemu pandang dengan Mitha, Tara akan menunjuk kedua matanya dengan jari lalu gantian menunjuk kedua mata Mitha dengan cara yang sama. Tak lupa dengan senyuman mengejek yang dipersembahkan Tara untuk Mitha.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang