Typo adalaha jalan ninjaku.
Mohon koreksi dan sarannya :)***
Hari ini adalah hari keduanya di Jepang. Kata Briyan, sekretaris yang sekaligus merangkap menjadi asisten Arthur, Arthur bisa saja pulang malam ini asalkan hari ini Arthur benar-benar menyelesaikan pekerjaannya.
Kemarin, Arthur benar-benar tidak ada mendengar suara Kinzy. Selain karena kesibukannya, ketika ia menelepon Kinzy sedang tidur. Arthur sebenarnya tidak terlalu yakin apakah Kinzy betul-betul tidur atau hanya bualan dari istri dan sahabatnya itu. Tapi itu juga ternyata berdampak positif dengannya. Ia jadi tidak terlalu sering kepikiran dengan Kinzy dan itu membantunya untuk menyelesaikan urusannya lebih cepat.
Arthur baru saja menyelesaikan salah satu urusannya pada pukul 12 siang dan akan memiliki jawdwal lagi pada pukul 2 siang. Rasanya sangat tanggung jika ia kembali pulang ke hotel dan terasa sia-sia jika hanya dihabiskan untuk sekedar merenung.
Arthur pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan sejenak sekaligus mencari sasuatu yang bagus untuk ia berikan ke Kinzy ataupun untuk calon anaknya.
"Yan, jual baju anak-anak yang lengkap dimana?" Tanya Arthur sambil memainkan ponselnya.
Briyan tampak berpikir, "tunggu!" Briyan mengkotak-katik ponselnya sejenak. "Akachan Honpo. Deket dari sini. Mau kesana aja?"
Arthur langsung menganggukkan kepalanya lalu bangkit dari duduknya sambil meletakkan ponsel ke telinganya.
Ya, Arthur menghubungi Kinzy.
Panggilannya pada Kinzy tak kunjung dijawab. Yang menjawab malah suara operator. Arthur pun kembali menghubunginya. Pada detik ke sepuluh, baru lah panggilan itu dijawab.
"Lagi apa, Zy?" Sapa Arthur lebih dulu.
"Lagi baringan aja." Jawab yang disana masih terdengar sedikit lemas.
"Kamu udah baikan belum?"
"Iya, dari tadi pagi udah enakan karena tidur mulu." Terdengar kekehan Kinzy.
"Mau vidcall dong," Arthur tetap fokus pada obrolannya dengan Kinzy ditengah jalannya menuju parkiran.
"Ih, gak mau ah. Lagi jelek, belum mandi dari pagi." Suara Kinzy terdengar menggemaskan di telinga Arthur. Rindu yang berusaha pemuda itu tahan, kembali muncul ke permukaan dengan tiba-tiba.
"Aku udah sering kali lihat kamu gak mandi dari pagi sampe sore." Arthur terkekeh sambil mengingat kebiasaan mager Kinzy sejak usia kehamilan istrinya itu menginjak 7 bulan.
"Tapi itu 'kan kita lagi sama-sama jelek. Sama-sama gak mandi dari pagi. Ini kamu pasti lagi rapi." Kalau bagi Arthur, ini bukan kebiasaannya yang baru saja terjadi. Emang udah dari sananya.
"Aku matiin, ya? Kamu harus angkat vidcall aku!" Athur mengatakannya tanpa menunggu persetujuan Kinzy lagi. Pemuda itu langsung mematikan panggilannya dan beralih ke panggilan video.
Kinzy langsung menerima panggilan itu. Baru saja Arthur dapat melihat wajah Kinzy, wanita itu langsung memutuskan panggilannya.
Tentu saja kelakuan Kinzy itu menimbulkan tanda tanya di kepala Arthur. Mungkin salah pencet. Arthur kembali memanggil Kinzy dari panggilan video. Tetapi Kinzy menolaknya.
Arthur beralih untuk menelepon Kinzy melalui via suara. Lagi-lagi ditolak. Arthur kebali memanggilnya dengan cara yang sama.
"Napa lu, Thur?" Tanya Briyan yang duduk disebelah Arthur. Ya, sekarang mereka sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke pusat perbelanjaan baju anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...