Typo udah kea apa ya? Pokoke bertebaran lah.
Mohon koreksi jika ada kesalahan :)***
Luka Arthur sudah selesai dibersihkan dan diobati, termasuk luka tembaknya yang untungnya hanya terkena di lengan. Arthur tidak memerlukan rawat inap, ia hanya butuh istirahat sejenak. Malah yang rawat inap sekarang Kinzy. Karena setelah polisi datang dan pintu kamar Kinzy dibuka, ia dapat melihat Arthur yang lengannya bersimbah darah dan itu lagi-lagi membuatnya pingsan. Kinzy juga terlalu lelah dan drop karena tekanan beberapa hari ini.
"Vin, anterin gue ke kamar Kinzy." Pinta Arthur pada Kelvin yang saat ini bertanggung jawab untuk menjaganya.
"Lo makan dulu, ntaran aja ke kamar Kinzy. Toh si Kinzy juga belum bangun." Ujar Kelvin pada Arthur yang sepertinya tidak akan disetujui oleh Arthur.
"Gak mau, gue makan di kamar Kinzy aja. Anterin gue buruan!" Arthur si kepala batu.
Kelvin hanya mendengus sambil membantu Arthur turun dari brankar. Kelvin pun membawa Arthur ke kamar VIP yang sebelumnya diberitahu oleh Hendri melalui via SMS.
"Thur, pelan-pelan!" Tegur Kelvin pada Arthur langsung yang berlari kearah brankar Kinzy ketika pintu kamar rawat Kinzy dibuka.
Seperti tidak mengenal Arthur saja, tentu saja Arthur menghiraukan teguran Kelvin. Kini Arthur sudah duduk di atas kursi yang berada tepat di samping brankar Kinzy setelah mengecup kening Kinzy terlebih dahulu.
Dipisahkan secara tidak baik selama tiga hari dua malam, tentu saja membuat Arthur merasakan kerinduan yang mendalam. Apalagi didalam perut wanitanya kini terdapat satu yang yang berhubungan sangat erat dengannya.
Arthur menggenggam tangan Kinzy lalu mengecupnya lembut. Seolah kecupan itu dapat menggambarkan bagaimana rasa rindunya pada Kinzy.
"Kinzy drop karena kelelahan. Selebihnya baik-baik saja. Termasuk anak kalian." Arthur mendengar suara berat dari belakangnya. Itu adalah suara Hendri yang kini berdiri disebelang Arthur. Hendri mengambil tangan kanan Arthur yang sedang menggenggam tangan Kinzy, lalu meletakkannya keatas perut Kinzy. "Anak kalian kembar."
Arthur langsung menoleh pada Hendri dengan wajah kaget. Begitu juga dengan Kelvin.
"Ke-ke-ke-ke-ke-ke-"
Merasa gagapnya Arthur kelamaan Hendri langsung memotong, "Iya, kembar."
"Papah bohong nih pasti. Ya kali bikin sekali dapat dapat dua." Celetuk Arthur blak-blakan yang bukannya membuat Hendri ingin menggeplak kepala Arthur tapi malah terkekeh.
"Tadi pas dokter ngecek bilangnya gitu. Toh itu kamunya kembar, ya wajarlah kalo keturunan kamu ada yang kembar." Ucap Hendri.
"Nah, jangan durhaka lo sama gue. Lu 'kan jadi anak kembar karena ada gue. Makanya lo langsung dapat dua." Celetuk Kelvin bangga sambil duduk diatas sofa yang tersedia.
"Gak dengar." Balas Arthur datar.
***
Penyesalan selalu datang diakhir, kalo di awal namanya pendaftaran.
Itulah yang dirasakan Aslan saat ini. Ia juga merasa sangat malu pada semua orang. Bagaimana bisa ia begitu percaya diri membanggakan orang yang dikiranya baik pada tempo hari ternyata adalah sosok yang sangat bejat? Tapi bagaimana pun ia kini merasa lebih buruk daripada orang yang dibanggakannya kemarin.
Masalah sosok yang ia banggakan kemarin sudah ia serahkan sepenuhnya kepada yang berwajib. Sekarang ia ingin menyelesaikan masalah dengan keluarga anak ketiganya. Lebih tepatnya istri kedua dari anak ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...