Typo adalah jalan ninjaku.
Mohon koreksinya netijen :)***
Insiden Lombok sudah lama berlalu dan dari sana sampai sekarang, semua berjalan baik-baik saja. Kelvin sudah kembali ke Inggris untuk melanjutkan sekolahnya. Arthur juga sudah kembali masuk sekolah sejak beberapa minggu yang lalu, sedangkan Kinzy; baca buku, tidur, makan, nonton. Monoton memang. Tapi karena Kinzy sudah berubah menjadi orang yang mageran, jadi ia merasa senang-senang saja. Apalagi diusia kandungannya kini sudah dua puluh minggu, isinya dua lagi.
Membaca buku sambil mendengarkan tv. Iya, mendengarkan bukan menonton. Itulah yang sedang Kinzy lakukan saat ini. Jika biasanya Kinzy membaca buku pelajaran, sekarang Kinzy lebih doyan baca buku tentang kehamilan ataupun buku yang berhubungan tentang wanita. Katanya sebelum praktek lebih baik pahami teori dulu.
Cklek!
Kinzy langsung mengalihkan fokusnya dari buku kearah pintu masuk yang berbunyi terbuka. Padahal ia sudah menguncinya ketika Arthur pergi sekolah.
Pintu langsung terbuka dan lewatlah seorang pemuda masih dengan seragam putih abu-abunya berlari kearah dapur. Kinzy tahu siapa pemuda itu. Siapa lagi kalau bukan Arthur.
Tapi wanita itu masih bertanya-tanya, apa yang membuat Arthur lari terbirit-birit menuju dapur tanpa menyapanya. Apalagi ketika Kinzy mencium aroma tembakau yang terbawa angin seiring dengan larinya Arthur.
Hingga lima menit kemudian Arthur kembali dengan wajah cerah sambil mengusap-usap perutnya.
"Kenapa pulang?!" Kinzy mulai ketus.
"Kebelet hehehe," Arthur nyengir sambil ikutan duduk di sebelah Kinzy.
"Kenapa gak di sekolah aja?"
"Airnya gak ada." Jawab Arthur santai.
"Tipe-tipe orang kayak kamu itu gak pernah ceritanya pusing masalah air! Taunya ngeluarin aja nyiram enggak!"
Arthur memasang wajah pura-pura kagetnya. "Kok tahu? Kamu ngintip, ya?"
Kinzy mendengus. "Selama aku sekolah disana dua tahun setengah, belum pernah ceritanya air toilet mati."
Arthur lagi-lagi menunjukkan cengirannya.
Kinzy mendekat pada Arthur, lalu mengendus-endus badan Arthur.
Mampus batin Arthur. Lagian bego banget sih, masa ngambil tempat di dekat doi Arthur menyesali dirinya yang mengambil dudukan di sebelah Kinzy.
"Mana kamu merokok lagi!"
"Ya 'kan sekali-sekali." Ucap Arthur memelas.
"Emang kamu bisa hidup berkali-kali?! Jangan-jangan waktu aku di Lombok kamu mabok rokok?!"
"Dih enggak. Aku gak ada megang rokok waktu itu." Arthur langsung membela diri menyuarakan kejujuran.
"Yakin?"
"Iya, tanya si Kelvin deh kalo gak percaya."
"Terus kenapa gak balik ke sekolah?" Kinzy melirik jam dinding. "Masih jam 10 ini. Mumpung istirahat pertama."
"Kudu balik ya, Zy?"
"Yaiyalah! Bukannya kamu mau ulangan harian sama Bu Siska siap istirahat?"
"Eeee..."
Drrttt drrrttt
Ponsel Kinzy bergetar. Kinzy langsung mengambil ponselnya yang sedari tadi ia letakkan diatas meja.
Jinny.
Ngapain? Kinzy bertanya dalam hati. Kinzy pun menerima panggilan.
"Zy, si Arthur sekolah gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is A Good Papa [END]
General Fiction🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bolos? Jagonya. Hm, tapi, bagaimana jika dia seorang Bad Boy pentolan sekolah, ternyata adalah seorang...