🍁 D U A P U L U H T U J U H 🍁

673K 44.8K 4.9K
                                    

Setelah menerima bantuan dari tangan magic Arthur, kini Kinzy sudah tidak mual lagi. Dan itu berhasil membuat mereka bisa pergi mengelilingi Pulau Dewata tanpa halangan.

"Thur, kok ke laut duluan. Nggak ke pagian nih?" Tanya Kinzy ketika mobil yang dikendarai oleh Arthur mulai mencapai gapura yang bertuliskan Pantai Pandawa.

"Nggak, ntar kalo kita datangnya siangan kamu malah item badannya belang." Jawab Arthur santai sembari mulai memelankan laju mobilnya.

"Oh, jadi kamu gak suka gitu kalo aku nanti iteman atau belang gitu?!" Kinzy langsung nyolot membuat Arthur sedikit tersentak.

"Ck bukannya gak suka, aku cuma mau jaga kamu. Nanti kalau kulit kamu belang pasti ngadunya juga sama aku." Arthur memberhentikan mobilnya untuk membayar tiket masuk.

"Oh, jadi kamu gak suka gitu kalo aku ngadu?!" Kinzy melanjutkan argumennya ketika Arthur selesai masalah tiket. 

Arthur menghela napasnya pelan. "Patungnya gede ya, Zy." Jalan terbaik untuk meninggalkan perdebatan adalah dengan mengalihkan topik pembicaraan.

Lantas Kinzy pun mengikuti arah pandangan Arthur ke sebelah kiri untuk melihat patung Dewa Pandawa yang dibangun kokoh di sepanjang jalan menuju pantai. Kinzy menurunkan kaca jendelanya full agar bisa melihat lebih puas. "Arthur, jangan kenceng-kenceng. Gak kebaca nih nama Dewanya." Dengan patuh Arthur pun memelankan laju mobil yang ia bawa.

Tak berapa lama kemudian mobil Arthur sudah mencapai pelantaran parkir. Disana hanya terdapat satu mobil keluarga dan dua sepeda motor. Masih benar-benar sepi.

Keduanya pun turun setelah Arthur mendapatkan posisi yang pas untuk parkir mobilnya. Kinzy menghirup udara yang bercampur bau khas laut. Sedangkan Arthur mengambil tas ransel yang berisi keperluan mereka beserta kamera yang dikalungkan pada lehernya.

"Thur, fotoin dong." Kinzy langsung mencari posisi yang pas untuk di foto.

"Ini masih parkiran, Zy. Nanti ajalah disana." Arthur menunjuk pantai dengan dagunya.

"Bodo amat pokoknya fotoin!"

Arthur hanya bisa menghela napas, lalu meraih kameranya untuk mulai membidik Kinzy. Setelah merasa pas, barulah Arthur mengabil fotonya.

"Thur, liat dong." Kinzy berlari kecil menuju Arthur yang sedang melihat kameranya. "Aku gendutan gak disitu?"

"Nggak, bagus kok ini." Arthur menunjukkan hasil jepretannya pada Kinzy.

"Ih, aku gendutan. Kamu gimana sih?! Masa gini dibilang bagus. Ulangi!"

Arthur hanya dapat melihat Kinzy dengan tatapan tersakiti, sekilas ia membayangkan bagaimana jadinya dunia ini kalo semua cewek isinya modelan kayak gini. Di foto bagus bilangnya gendut, difoto beratus kali yang dibilang bagus cuma satu. Zy... Lirih Arthur lelah dalam hati.

Kinzy kembali ke posisinya semula dan kembali berpose dengan gaya yang berbeda.

Sedangkan Arthur kembali membidik kameranya.

Butuh waktu lima belas menit bagi Kinzy untuk mendapatkan hasil foto yang sempurna. Dan ingat, itu masih di parkiran.

Perjalanan ini, terasa sangat menyedihkan... batin Arthur bersenandung pilu mengingat perjalannya yang masih panjang bersama Kinzy. Untung sayang.

"Kinzy, say hi!" Seru Arthur ketika memulai rekaman video pada kameranya.

"Holaaaa!!!" Kinzy melambai-lambaikan tangannya pada kamera.

Disuruh hi keluarnya hola dengus Arthur yang tentunya dari dalam hati. Arthur masih ingat kok kalo dia cuma punya nyawa satu.

Sabar, namanya juga cewek.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang