Apakah benar? Cinta itu buta. Sekarang aku merasakannya. Demi cinta...kurela...
🍁🍁🍁
Seorang gadis cantik sedang berkutat dengan tugasnya. Sesekali dia mengetuk-ngetukkan pulpennya ke dagunya tanda dia sedang berfikir. Sepuluh soal fisika itu sepertinya telah menguras otaknya. Dia menghembuskan nafas lega setelah selesai mengerjakan tugas tersebut. Kemungkinan besar jawabannya benar. Ya..dia yakin. Gadis itu adalah Kannia. Kannia adalah gadis pengoleksi novel yang meraih peringkat tiga dikelasnya. Dia memang pandai, apalagi tugas yang baru diselesaikannya. Fisika adalah favoritnya. Suara kelas saat ini sangat bising. XI-2 adalah kelas Kannia. Dan kebisingan itu berasal dari kosongnya kelas karena Ibu Lina-guru fisika sedang cuti melahirkan dan hanya memberikan tugas sepuluh soal tersebut. Tapi jangan salah, walaupun hanya sepuluh namun mampu membuat siswa disini frustasi. Termasuk cewek yang duduk di sebelah Kannia. Cessa Soraya namanya. Dia adalah sahabat Kannia sejak SD.
"Buset dah tinggal dua soal aja dari tadi nggak bisa-bisa." teriak Cessa tiba-tiba. Cessa menatap Kannia dengan memasang wajah melasnya. Jelas sekali kalau sudah seperti ini pasti ada maunya. Cessa akan seperti ini kalau ingin menyontek pekerjaan Kannia. Cessa juga tidak bodoh-bodoh amat dalam pelajaran. Namun sikap malasnya yang selalu membuat Kannia geram.
"Apa?" Kannia pura-pura tidak mengerti maksud Cessa. Kannia memang jarang memberikan contekan kepada Cessa karena dia ingin agar sahabatnya itu tidak bergantung padanya.
"Yah.. Kannia. Tinggal dua soal lagi nih. Dua aja kok nggak lebih. Gue udah keburu pusing mikirnya" Kannia mengangguk dan menyerahkan buku tugasnya ke Cessa. Dengan semangat Cessa mulai menyalin jawaban milik Kannia.
"Btw, gimana sama keputusan lo? lo nerima syarat itu?" Cessa bersuara disela-sela menulisnya. Kannia hanya mengangkat bahu sebagai jawabannya. Dia memang belum memutuskannya. Cessa mengingatkan lagi pada kejadian kemarin yang dialami Kannia.
Cessa meletakkan pensilnya dan menatap Kannia sendu. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menghibur sahabatnya ini.
"Apa lo bener-bener suka sama Kak Rakka? kok gue merasa dia nggak tulus ya sama lo." Cessa mulai berpendapat.
"Tapi katanya kemarin, dia akan mulai suka sama gue. Apa salahnya kan kita beri kesempatan? lagian gue juga udah nunggu dia dua tahun. DUA TAHUN kuy." kata Kannia. Cessa hanya tersenyum kecut menanggapinya. Dia tidak tahu gimana melawan sikap keras kepalanya. Tapi dia berjanji akan menjaga Kannia sewaktu-waktu kalau Rakka menyakitinya.
Suasana kantin SMA Pelita sangat ramai seperti biasanya. Siswa-siswa mulai berdesakan memenuhi kantin tak jarang juga ada yang dorong-dorongan. Hanya dua cewek yang duduk dengan tenang dipojok kantin sambil memakan siomaynya tanpa peduli suasana kantin tersebut. Dia adalah Kannia dan Cessa. Suasana kantin makin ricuh saat Vano dan teman-temannya datang. Kannia menghembuskan nafas beratnya. Teringat kembali kejadian kemarin itu. Apa dia sanggup membuat Vano jatuh cinta kepadanya? Entahlah.
'Brak' Dengan sekejap suasana kantin menjadi sunyi. Vano menggebrak meja kantin dengan kerasnya. Tentu saja perbuatannya itu mengundang perhatian. Tatapan tajam Vano mengarah pada seorang cowok berkaca mata bundar didepannya. Semua tahu kalau Vano sedang marah.
"Lo kan yang mengadu ke guru kalau kemarin gue sama teman-teman ikut tawuran?" tanya Vano tegas. Karena tidak kunjung mendapat jawaban dari cowok itu, Vano sekali lagi menggebrak meja.
"I-i-iya. Gue cuma disuruh sa-sama guru." cowok berkaca mata bundar itu mulai bersuara,
"BANGSAT!!" teriak Vano hingga menggema di penjuru kantin. Tak lama setelah itu Vano melayangkan bogemannya tepat ke arah perut dan pipi bertubi-tubi ke cowok berkaca mata bundar itu.
Kannia yang melihat kejadian tersebut langsung melotot. Dia baru melihat secara langsung kebrutalan Vano yang hanya dia dengar dari gosip sebelumnya. Dia tahu kalau Vano memang tidak segan-segan menghajar orang yang mengusik hidupnya. Kannia memang tidak suka kekerasan dan sekarang dia benci terhadap apa yang dilakukan Vano.
"Stooop!!" teriak Kannia sebelum tangan Vano melayangkan pukulannya. Seketika semuanya tatapan mengarah pada Kannia. Dia merutuki mulutnya yang tidak bisa diam namun dia juga kasian melihat cowok itu terkapar lemas. Tidak ada yang berani menghentikan Vano, dan sekarang dengan beraninya Kannia melakukannya.
Kini Vano melangkah menuju meja yang diduduki oleh Kannia dan Cessa. Kannia yang sudah gemetar takut berusaha memasang wajah tegasnya. Sedangkan Cessa yang berada di depannya merasa was-was melihat tatapan Vano ke Kannia.
"Ada apa?" tanya Vano saat tepat berdiri di depan Kannia.
"A-Aku nggak suka aja kakak main kasar." jawab Kannia takut-takut. Vano menaikkan sebelah alisnya lalu menyeringai.
"Kalau takut bilang aja. Nggak usah sok jagoan. Untung lo cewek." kata Vano keras seperti membentak. Kannia hanya menunduk menahan malu. Vano kembali mendekat ke arah Kannia dan mencengkeram bahunya.
"Tapi gue suka gaya lo. Tunggu aja. Urusan kita belum selesai." kata Vano lalu setelah itu menghempaskan tubuh Kannia ke belakang dan meninggalkan kantin. Kannia menutup matanya menyesali perbuatannya. Tapi, setidaknya dia telah menolong cowok itu. Mati gue habis ini. Vano nggak bakal ngelepasin gue batin Kannia.
Siswa-siswi disini mulai menatap Kannia. Ada yang berbisik-bisik bahkan ada yang terang-terangan mencela sikap berani Kannia. Lihat saja nanti. Bandar gosip akan beraksi dan Kannia akan jadi bahan perbincangan. Cessa hanya mengelus pundak Kannia pelan seakan memberikan semangat dan kekuatan. Kannia tersenyum getir.
-----------
Ini cerita pertamaku lo!! Harap suka ya?
Vote and comment nya selalu ditunggu. Ok happy reading the next part!!
WM
KAMU SEDANG MEMBACA
Step of Heart [Completed]
Teen FictionIni kisah mereka, Kannia Andhira, Alvano Jay Rhandika, dan yang lainnya. Kannia si-cewek ceria dengan semua ceritanya harus terjebak diantara dendam dan kesalahpahaman. Bad boy Vano dan cinta pertamanya, Rakka. Alvano si-cowok bad boy dengan sejut...