Kepergian dan kedatanganmu yang mendadak selalu membuatku bingung. Sebenarnya apa niatmu melakukan semua ini?
🍁🍁🍁
Hayoo vommentnya mana? Biar aku semangat buat ngetiknya.
- - - -
Deru motor merah itu berhenti dirumahnya. Kannia segera membuka pintu rumahnya. Dengan senyum yang lebar, Vano berdiri diambang pintu.
"Pagi sayang" sapa Vano Manis. Kannia balas tersenyum,tentunya tak kalah manisnya. "Pagi juga Kak"
"Sudah siap?"
"Yak"
"Sudah izin"
"Udah kok Kak, tinggal berangkat aja. Ibu sama ayah Aku lagi keluar rumah"
Vano mengamit jemari tangan Kannia. Terasa hangat itulah yang dirasakan Kannia. Seperti yang sudah mereka janjikan kemarin. Jogging bareng. Itulah inti chat dari mereka berdua. Tentu hal itu sangat menyenangkan untuk Vano. Mengingat besok Dia akan mengikuti ujian nasional.
Tentu Kannia memberi syarat. Selepas pulang dari Jogging Vano Harus belajar. Itulah yang akan dilakukan seorang Kannia. Dia menginginkan Vano lulus dari sekolah Dengan nilai yang cukup, tak harus nilai tinggi. Hitung-hitung tidak memberikan kesan yang buruk untuk sekolah. Tentu Saja tidak sia-sia tiga tahun menempuh di sekolah.
"Hufft capek" keluh Kannia "...istirahat dulu kak"
"Huu payah baru Lima putaran udah tepar" ejek Vano. Kannia mencebikkan bibirnya kesal. Tak ingin membalas ucapan Vano, Kannia langsung duduk menyender pada kursi taman.
Yah. Mereka jogging mengelilingi lapangan. Cukup Lima putaran Kannia Lelah? Tentu saja. Taman itu sangat luas. Entah berapa hektar.
"Beliin minum dong Kak" rengek Kannia Saat Vano baru ikut duduk disampingnya.
Vano menghela nafas beratnya, tidakkah gadis itu tahu bahwa Dia juga ingin duduk.
"Yaelah baru juga duduk" gumam Vano pelan. Seperti menggerutu."Yaudah Aku bisa beli sendi-
"Jangan sok ngambek deh. Duduk sini biar aku yang beliin"
Kannia hanya cengengesan. Baginya sungguh menggelikan melihat ekspresi cemberut Vano yang sangat aneh. Mungkin menurutnya begitu. Bibir tipis cowok itu menggumam tidak jelas. Terlihat sekali bahwa ia sangat kesal. Mau tak mau Vano pun berjalan menyebangi jalan menuju warung. Sudah jelas untuk membeli minuman.
Kannia tampak santai mengawasi langkah Vano dari duduknya. Senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya. Suka sekali dia membuat Vano merasa dongkol seperti itu.
"Kannia"
Tubuh Kannia menegang. Suara itu begitu dia kenal. Suara yang sudah hilang mungkin kurang lebih sebulan ini. Seperti gerakan slow motion Kannia menolehkan wajahnya kebelakang. Ekspresi Kannia bercampur jadi satu antara terkejut, takut, resah dan entahlah itu.
"Ka-kak Rakka?" ucap Kannia terbata. Serasa sulit sekali baginya menyebut dua kata tersebut.
Oksigen di sekitar Kannia seakan menghilang saat cowok tampan itu memeluknya. Erat sekali. Menumpahkan semua rindunya. Dan apa yang kini Kannia rasakan? Hampa. Ya... Sudah tidak ada lagi debaran hatinya. Hilang kemanakah debaran itu? Justru debaran itu akan muncul saat bersama Vano. Dan iya Vano bukan Rakka. Kannia akui itu.
"Gue kangen sama lo Kan" ucap Rakka lirih. Dapat Kannia lihat koper besar disamping cowok itu. Rupanya cowok itu baru saja pulang ke Indonesia. Lagi. Tak tahu dari mana perasaan Kannia menjadi tidak enak dengan kepulangan Rakka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step of Heart [Completed]
Teen FictionIni kisah mereka, Kannia Andhira, Alvano Jay Rhandika, dan yang lainnya. Kannia si-cewek ceria dengan semua ceritanya harus terjebak diantara dendam dan kesalahpahaman. Bad boy Vano dan cinta pertamanya, Rakka. Alvano si-cowok bad boy dengan sejut...