Sebuah Fakta

1.4K 87 0
                                    

Hatiku berpaling seiring dengan waktu. Bukan karena ingin memainkan banyak hati, tapi kau biarkan hati ini berpindah dengan sendirinya. Because the heart knows which one is the best.

🍁🍁🍁

Tekan tombol bintangnya dulu jangan lupa ya...

Oke, happy reading!

------

Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa besok SMA Pelita akan menggelar pensi untuk tahun ini. Tak seperti tahun kemarin, Vano merasa gelisah menunggu hari esok. Sebenarnya dia sudah dianggap mampu, namun tetap saja. Ini pertama kalinya dia menyanyi di atas panggung.

Seminggu belakangan ini, Vano berguru kepada Eza. Vano pun bisa memperbaiki suaranya. Entah apa yang membuat Eza begitu sabar mengajar Vano menyanyi yang sangat bawel itu.

Di esok hari, Vano akan mempersembahkan dua buah lagu. Satu lagunya duet bersama dengan Alex dan satunya lagi akan dia persembahkan kepada seseorang.

"Gue gugup banget Kan. Sumpah" celetuk Vano. Kannia hanya terkekeh,"Udah Kak. Kakak pasti bisa. Kalau aku lihat kemarin Kakak latihan sama Alex, ya 89 persen lah" ucap Kannia menilai. Kemarin Kannia, Vano, dan Alex, saat pulang sekolah mampir sebentar ke ruang musik untuk latihan. Tak diduga, ternyata Vano dan Alex bisa bermain gitar. Hanya bisa bukan mahir.

Vano menyeruput es tehnya sampai kandas tak tersisa,"Ya... tetep aja Kan. Gue pertama kalinya nyanyi di atas panggung. Apaan coba 89? nanggung banget, 90 kek biar nge-pas" cibir  Vano. Kannia terkekeh mendengarnya.

"Masa badboy gugup gini. Gak pa-pa kali Kak, buat pengalaman" kata Kannia santai. Vano menatap jalanan yang ramai didepannya. Kannia mengajak Vano untuk membeli minum di warung pinggir jalan saat pulang sekolah tadi.

Vano menghela nafas beratnya. Menyanyi adalah salah satu hal yang dihindari oleh seorang Alvano. Dan untuk pertama kalinya dia akan menyanyi di depan orang banyak, terlebih nanti Papanya akan datang. Pihak sekolah mengundang Papa Vano secara terhormat. Semua orang tahu beliau mempunyai kedudukan di SMA Pelita.

Kannia menatap cowok disampingnya ini tanpa berkedip. Ada hal yang mengganjal dihatinya tentang cowok ini. Vano telah menjungkir balikkan hati Kannia

Mungkinkah hatiku telah berpaling? Batin Kannia

------

Sepulang Kannia dari sekolah dengan Vano, dia kembali keluar rumah untuk membeli kebutuhan bulanannya dan beberapa snack. Mungkin dia akan ke minimarket depan jalan raya.

Di parkiran minimarket, sebuah mobil merah marun menjadi pusat pandangannya. Bukan mobilnya, lebih tepatnya dua orang yang berada di pinggirnya. Matanya menyipit, mamastikan pandangannya tidak salah. Kannia mengerutkan kening, dia mengenali dua orang yang sekarang menjadi objek pandangannya. Langkahnya perlahan mendekati dua orang tersebut.

"Alex" sapa Kannia lirih kepada salah satu dari mereka. Alex yang merasa dipanggil segera menoleh ke belakang, lalu tersenyum lebar saat tahu kalau itu adalah Kannia.

"Hai Kannia" balas Alex dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Pandangan Kannia mengarah pada perempuan dibelakang Alex. Perempuan itu sedang mengobrak-abrik isi tasnya, seperti mencari sesuatu di dalamnya. Dan mungkin, dia tidak menyadari keberadaan Kannia. Tak salah lagi Kannia mengenalnya.

Alex mengikuti arah pandang Kannia,"Oh iya Ma, kenalkan ini Kannia. Kannia ini nyokap gue" ujar Alex kepada perempuan disampingnya. Perempuan itu mengalihkan pandangannya menatap Kannia. Mata mereka bertemu, keduanya sama-sama syok.

Ya Tuhan fakta apa lagi ini? Alex anak dari Ibu itu? batin Kannia bertanya-tanya

"Tante?" gumam Kannia pelan. Mungkin dua orang didepannya ini tidak mendengarnya. Pikirannya masih berputar. Kenyataan didepannya begitu mengejutkan.

Perempuan itu menarik tangan Alex tiba-tiba, ada aura ketakutan saat melihat Kannia. Alex yang bingung, segera memberontak,"Kenapa sih Ma aku ditarik-tarik? ini Kannia temen aku yang sering aku ceritain" Alex bertanya-tanya, kenapa mamanya tiba-tiba aneh saat bertemu Kannia.

Perempuan itu segera menarik tangan Alex kembali,"Sudah, jangan banyak tanya. Ayo kita pulang" Alex kembali ditarik tangannya oleh perempuan itu, lebih tepatnya mamanya. Sebelum dia benar-benar masuk kedalam mobil merahnya, Alex sempat membuka mulutnya mengucapkan kata 'maaf' tanpa bersuara. Kannia hanya mengangguk dan tersenyum.

Ada rasa ingin tahu Kannia terhadap apa yang terjadi beberapa detik yang lalu, namun pikirannya mengatakan bahwa dia tidak boleh terlalu mencampuri urusan mereka. Entah kenapa sekarang rasa ingin tahunya lebih mendominasi dirinya. Dengan sedikit keberanian, Kannia melajukan motornya mengikuti mobil merah itu dan melupakan belanjanya.

Motor Kannia terhenti bertepatan saat mobil Alex memasuki rumahnya. Kannia menggigit bibir bawahnya, rasa takut dan bingung menguasai dirinya. Dia harus mengambil keputusan yang bagaimana? masuk ke dalam atau pulang dengan rasa penasaran.

Langkah Kannia terhenti didepan gerbang tinggi rumah Alex yang tertutup rapat. Bagaimana caranya dia bisa memasukinya. Dengan berbekal keberanian, dia mengetuk gerbang rumah Alex. Selang beberapa detik, gerbang terbuka dan nampaklah seorang laki-laki tua berbaju lusuh. Kannia tersenyum kepada bapak tua tersebut,"Maaf Pak, saya teman sekolah Alex. Apa ada Alex di dalam?" tanya Kannia sopan.

Bapak tua itu membuka pintu gerbangnya lebih lebar lagi,"Ada neng, silahkan masuk. Motornya bawa juga ke dalam" jawab Pak tua itu. Kannia memasuki halaman depan Alex yang lebar dengan motornya.

Berkali-kali dia menghirup nafas lalu membuangnya. Tangannya terasa bergetar saat menekan bel rumah Alex. Tubuhnya memanas saat pintu dibuka dan muncullah perempuan itu, mama Alex.

Kannia tersenyum,"Tante... tante masih ingat saya kan?"

"Ngapain kamu kesini" ucap mama Alex ketus dan dingin. Kannia memainkan kedua jempolnya gugup. Dia hanya berharap langkahnya kali ini tidak salah.

Kannia menghembusan nafasnya, memberikan ruang untuk paru-parunya bebas. Matanya menatap dalam perempuan paruh baya didepannya ini. Kannia bisa merasakan, mama Alex adalah sosok yang lembut.

"Maaf tante kalau saya lancang, saya datang kemari karena suatu hal. Vano" kata Kannia tegas. Kannia bisa melihat perubahan raut wajah mama Alex itu. Ada kesedihan yang terpendam di mata cantiknya.

Perempuan itu segara menutup pintu rumahnya namun Kannia mencegahnya,"Sekarang lebih baik kamu pulang, jangan ikut campur urusan saya" sulut mama Alex. Kannia juga tak gencar untuk mendorong pintu rumah mewah itu agar tidak tertutup. Sehingga terjadi dorong-dorongan pintu antara keduanya.

"Setidaknya temui dia tante, dia sangat membutuhkan anda. Apa anda tahu bagaimana perasaan Vano? Dengarkan saya dulu tante" kata Kannia yang masih mendorong pintu, menahannya agar tidak tertutup. Akhirnya pertahanan mama Alex turun, pintu terbuka lebar.

"Oke. Saya akan menemui kamu besok jam empat sore di cafe kejora. Untuk saat ini rahasiakan dulu pertemuan saya dan kamu dari dia. Jangan sampai dia tahu" jelas mama Alex tanpa melihat ke arah Kannia. Sesaat setelah itu pintu benar-bener tertutup. Kannia tersenyum kecut, dan beranjak meninggalkan rumah itu.

------

Hffftt... gimana? jelek ya? maaf deh.. mangkanya comment biar aku tahu mana yang salah

Apa part ini udah mau konflik ya? entahlah... baca terus part-part selanjutnya

Comment kalian berguna banget untuk kemajuan SoH, pliss!

Insyaallah aku tamatin cerita ini ^_^

Jangan lupa Vommentnya

WM

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang