The Compact Class

1.7K 71 7
                                    

Jangan pernah merasa sendiri, masih ada mereka dibelakangmu. Mereka tak akan membiarkanmu mundur karena putus asa

🍁🍁🍁

Taman belakang sekolah...Vano sedikit melirik ke samping kanannya. Cewek yang sedang sibuk dengan novelnya. Di depan Vano ada sekotak nasi goreng. Ya... Dia memintanya lagi membawakan  nasi goreng. Vano mengulum senyumnya. Ekspresi wajah Kannia berubah-ubah saat membaca novelnya. Kadang merengut, kadang senyum-senyum sendiri, kadang juga ngomel-ngomel sama jalan ceritanya.

"Eh eh ngapain nangis?" tanya Vano bingung saat melihat Kannia mulai terisak pelan.

"Nih lihat! Kasian ceweknya ditinggalin karena dia udah bohongin cowoknya." kata Kannia sambil menunjuk-nunjuk novelnya yang terbuka. Vano meringis. Yah... baper dia nya.

"Gitu aja nangis. Lagian ya... gue setuju tuh sama cowoknya. Mana ada sih yang mau dibohongin. Begitu juga dengan gue. Tinggalin aja tuh cewek."kata Vano memberi komentar. Itulah yang dirasakan Vano jika sudah dibohongi. Emang siapa yang pengen dibohongin? gue paling benci sama kebohongan. Kata Vano

Sejenek Kannia diam, merasa tersindir dengan kata Vano,"Iya. Tapi dia bohong pasti ada alasannya."

"Yaelah bohong ya bohong aja apapun itu alasannya." suara Vano sedikit meninggi.

"Maaf" kata Kannia lirih sambil menunduk. Lah? kenapa minta maaf. Emang kekerasan ya suara gue. Tanya Vano keheranan.

"Kenapa minta maaf?" Kannia menegakkan kepalanya dan menggeleng cepat,"Gak papa kok hehe." ringisnya.

"Aneh lo"celetuk Vano.

"Hayo ngapain." seru suara dari arah belakang mereka. Sangking kagetnya novel yang dipegang Kannia terjatuh,"Eh kutu... ya jatuh" celetuk Kannia sembari mengambil novelnya yang jatuh.

"Apa-apaan sih kalian?" hardik Vano. Mereka hanya cengengesan tak berdosa. Mereka adalah sahabat-sahabat Vano.

"Pagi-pagi udah ada di sini aja. Berdua lagi, ati-ati loh." kata Dio.

"Tau tuh. Kalau pacaran aja lupa sama temennya." tambah Galih,"Eh... pagi adik Kannia." lanjutnya.

"Pagi juga Kak...ah ya Kak Galih. Kita gak pacaran kok Kak." seru Kannia sambil tersenyum ke Galih. Manis banget tuh cewek kalau senyum. Kesenengan tuh curut Galih kalau Kannia senyumin.

"Woaa gue disenyumin doi kuy. Manis banget." celetuk Galih. Tuh kan.

Tangan Eza terulur untuk menjitak kepala Galih,"Lihat noh muka Vano, asem banget. Lo buat dia cemburu.

"Loh? kenapa sama muka gue? Cemburu? mana mungkin lah" Vano tertawa renyah, mencoba menutupi kegugupannya.

"Siapa juga yang cemburu?lagian gue gak mau sama nih pendek." kata Vano sinis seraya menunjuk-nunjuk Kannia di sampingnya.

"Idih Aku juga gak mau sama Kakak. Aku gak suka sama yang badboy badboy gitu, makan hati mulu." jawab Kannia.

"Eh jangan salah Dek. Biarpun badboy gini kalau Vano udah sayang, dia setia loh." sela Dio. Vano menoyor bahunya dan melakukan high five ala mereka.

"Tapi kalau masalah cewek mah parah. Polos bener." lanjut Dio. Vano menendang tulang keringnya.

"Setan ni anak, aib gue itu man. Lihat aja lo nanti" gerutu Vano sambil mengarahkan kepalan tangannya kewajah Dio.

"Bukannya gitu, tapi gue mau cari cewek yang bener-bener tulus."kata Vano dengan bijaknya.

"Iyaiya yang setia." celetuk Eza. Akhirnya Eza bersuara juga, memang diantara cowok berempat itu, Eza yang paling pendiam dan tidak banyak omong. Orangnya cukup tertutup.

Vano mencibir lalu menarik tangan Kannia,"Pergi dari sini yuk, stres kalau lama-lama disini."

Terdengar teriakan-teriakan dari belakang. Bodo amat. Aib gue bisa-bisa nyebar ke Kannia kalau lama-lama sama mereka. Kan malu. Batin Vano kesal.

"Dia gak mau kita ganggu pacarannya guys."

"Tangannya tuh nempel terus."

"Hati-hati Van, anak orang."

Lhah bodo amat sama mereka.

"Gue balik ke kelas." ucap Vano saat berada di pintu kelas Kannia.

"Iya Kak." Vano tersenyum sekali lagi," Thanks buat nasi gorengnya." Dia mengangguk. Vano berbalik dan berlari kecil menuju ke kelasnya. Sepanjang koridor sorakan demi sorakan terdengar.

"Kak Vano ihh ganteng banget." ..Emang gue ganteng dari dulu kali..

"Pano... Aku padamu." ..Pano?Emang gue panuan apa?..

"Calon imam gue tuh." .. Emang gue mau sama lo?..

Ada-ada aja cewek-cewek itu. Walaupun lo jungkir balik depan gue, kalau dasarnya gak suka ya gak suka.

***

Setelah Vano berbalik dan menuju kelasnya,Kannia pun ikut masuk ke dalam kelas. Tubuhku terjungkal mundur sedikit.

"Astagfirulloh. Lo pada ngapain?" dada Kannia terasa sesak karena kaget. Gimana gak kaget coba? saat berbalik, semua anak udah nongol aja di depannya.

"Ada hubungan apa lo sama Kak Vano? Tumbenan aja dia nganterin lo sampai kelas." tanya Fita, salah satu teman sekelas  Kannia.

Kannia menghembuskan nafas pelan," Gak ada hubungan apa-apa, lo tahu sendiri kan kalau gue jadi kacungnya, disuruh-suruh sama tuh kakak kelas." Kaki Kannia melangkah pergi ke arah bangkunya dan Cessa. Kannia melirik ke arah samping tepatnya bangku Cessa. Kosong. Cessa izin hari ini. Disurat izinnya tertulis bahwa dia sakit. Sakit gigi. Kannia terkikik mengingat isi chatnya kemarin dengan Cessa.

Kannia beralih menatap malas satu persatu anak yang sekarang pindah mengerubungi bangku dimana dia duduk. Kepo banget,ya. Gak enak juga kalau Cessa gak masuk. Dia kan yang akan jadi pelindung Kannia.

"Gue mau kasih peringatan aja sama lo. Kak Lisa udah balik lagi. Gue takut kedekatan lo sama Kak Vano sampai ke telinganya." kata Dewi. Kak Lisa ya? Kannia ingat betul siapa Kak Lisa. Cewek cantik serta berprestasi yang melakukan pertukaran pelajar di Amerika Serikat setahun yang lalu. Semua anak disini tahu kalau Kak Lisa menyukai Kak Vano dan dia disegani di sekolah ini.

"Iya gue tahu. Kalian tenang aja, gak akan terjadi apa-apa kok." ucap Kannia meyakinkan. Sebenarnya dia takut, kan dia tidak tahu betul bagaimana sifat Kak Lisa. Apa dia bakal ngelabrak kayak novel-novel yang biasa Kannia baca.

"Kalau lo sampai diapa-apain sama Kak Lissa, kita akan bela dan bantu lo kok. Iya gak temen-temen?" kata Fita keras. Kannia tersenyum haru. Akhirnya terjadilah aksi peluk-pelukan. Hanya cewek aja loh ya, yang cowok mah diem aja melihat drama di depannya.

"Dasar cewek, menye-menye banget deh." celetuk Leon disela-sela pelukan kami. Leon adalah murid kesayangan guru dengan kebiasaan selalu tidur di kelas. Murid kesayangan yang sering membuat guru-guru naik pitam.

"Kenapa? Masalah gitu? bilang aja lo mau kita peluk juga." seru Fita keras. Dari dulu Leon dan Fita memang selalu seperti itu. Bertengkar mulu.

"Idih ogah gue." balas Leon.

"Gue kasih tahu ya sama lo Yon. Jadi cowok tuh yang peka kali, Fita bilang gitu karena dia pengen lo peluk." kata Kannia santai. Leon menyeringai ke arah Fita, "Beneran mau dipeluk?" kata Leon menaik turunkan alisnya.

Fita memerah,"Ogah. KANNIAAA AWAS LO YAAAA." teriak Fita keras. Lama-lama nih Fita sama kayak Cessa. Sama-sama toanya. Akhirnya terjadilah kejar-kejaran antara Kannia dan Fita. Seisi kelas tertawa melihat aksi mereka. Entah itu karena godaan Kannia atau karena Fita yang salah tingkah. Tapi intinya Kannia bersyukur banget ada di kelas ini. Hangat dan kekeluargaan. Semua menjadi teman, tanpa memandang tampang dan status ekonomi. Kannia bakalan kangen masa-masa saat ini saat gue lulus nanti. Uh sedihnya.

Your friends will be a strong protector when danger comes. That's the right time to show the world that our friendship is strong.

------

Vomentnya....

WM

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang