Kepergian Rakka

1.5K 69 2
                                    

Jangan memberiku peluang untuk hatiku masuk kedalam hatimu jika nanti kau akan meninggalkannya. Terdengar sakit bukan?

🍁🍁🍁

"Iya iya janji deh gak balapan lagi." ucap Vano yang masih tersenyum geli melihat Kannia.

Kannia tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi depannya,"Janji loh ya." katanya. Vano menggangguk,"Suapin dong Kannia."ucap Vano manja.

Kannia mengambil piring di atas nakas, berniat menyuapi Vano. Di sela-sela makan, seseorang membuka pintu, mengalihkan pandangan Vano dan Kannia. Masuklah seorang lelaki dengan raut cemasnya.

"Kamu gak papa kan nak?" tanya seorang lelaki itu kepada Vano.

"Papa?" kata Vano. Kannia yang sadar pria itu papa Vano, segera meninggalkan mereka untuk memberikan ruang privasi untuk bicara. Namun pergelangan tangan Kannia ditahan oleh Vano. Vano menggeleng menandakan kalau Kannia tidak boleh meninggalkannya.

"Gapapa." jawab Vano dingin. Briyan menghembuskan nafas lega karena anaknya baik-baik saja.

Pandangan Briyan teralih pada sesosok perempuan yang baru disadarinya,"Kamu siapa? temannya Vano ya?"tanya Briyan kepada Kannia.

Kannia mendekat ke Briyan dan menyalaminya,"Saya temannya Kak Vano Om, saya Kannia." ucap Kannia memperkenalkan diri dan memberikan senyum manisnya.

Briyan tersenyum lalu mengangguk,"Om titip Vano ya Kannia. Om tidak bisa selalu ada untuk Vano, Om percaya sama kamu."

"Baik Om." kata Kannia ramah.

"Vano... Papa balik ke kantor ya, nanti kesini lagi. Kerjaan di kantor masih banyak." kata Briyan kepada Vano. Vano hanya menghela nafas mengingat papanya adalah workaholic. Briyan mencium kening Vano lalu mengusap puncak rambut Kannia sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.

"Lo lihat sendiri kan, gimana Papa lebih mentingin kerjaannya daripada gue anaknya sendiri." kata Vano berapi-api.

"Setidaknya beri tahu gue dimana mama?" lanjutnya. Kannia menggenggam tangan Vano,"Kakak yang sabar ya, yang Kannia lihat tadi, Papa Kakak sebenarnya sangat menyayangi Kakak." Vano mendengus.

"Tapi kenapa Pap-"

"Udah-udah makan lagi yuk, masih banyak nih." kata Kannia memotong ucapan Vano. Vano menggelengkan kepalanya, dia sudah kehilangan nafsu makannya. Tapi Kannia tetap menyuapi Vano dengan sedikit paksaan. Akhirnya Vano memakannya dengan wajah cemberut.

Kannia menatap dalam Vano, hatinya mengatakan bahwa dia salah melakukan ini semua. Dendam yang tidak ada kaitannya dengannya. Kannia tidak ingin menambah beban Vano setelah semua masalah yang dialami Vano.

Dia bimbang, apa dia membatalkan saja rencananya dan Rakka? dan merelakan perasaannya kepada Rakka? Kannia egois bila harus mengorbankan perasaan orang lain hanya untuk mendapatkan cintanya.

"Kanapa lo lihatin gue kayak gitu?" celetuk Vano membuyarkan lamunan Kannia. Vano sedang menormalkan detak jantungnya yang cepat, karena tatapan Kannia. Kannia telah berhasil masuk ke dalam hati Vano. Vano pun menyadari bahwa dia menyukai adek kelasnya ini. Mungkin sudah tahap mencintai.

"Hah? gapapa kok Kak hehe." Kannia tersenyum kikuk lalu membuang mukanya. Vano tertawa melihat wajah Kannia yang memerah karena malu. Hari ini Vano sangat bahagia, itu karena Kannia. Dia yang mengembalikan mood Vano.

Sampai pintu kembali terbuka dan masuklah tiga cowok dengan senyum  menggoda.

"Ketawa lo kenceng amat Van, sampai kedengaran tuh dari rumah nenek gue. Bahagia banget nih kayaknya." celetuk Galih lebay.

"Jelas dong kan ada si doi." sahut Dio. Vano menatap Galih dan Dio datar.

"Ih Kak Galih...Kak Dio."kata Kannia malu.

Tawa Galih dan Dio pecah sekeras-kerasnya. Eza mengeplak kepala mereka berdua."Rumah sakit dodol. Jangan keras-keras." cibir Eza. Kannia terkekeh, dia tidak menyangka teman-teman Vano bakal seseru ini. Keputusannya sudah bulat, dia akan membatalkan rencananya dan Kak Rakka walau dia harus mengorbankan perasaannya. Lagipula Rakka tidak pernah peduli selama ini kepadanya.

***

Kannia mondar-mandir di depan rumah Rakka. Dia resah, apakah Rakka akan menerima keputusannya ini. Dengan mengucapkan mantra-mantra semangat untuk dirinya, Kannia akhirnya melangkah menuju pintu rumah Rakka lalu mengetuk pintunya serta memanggil-manggil namanya.

Cukup lama Kannia menunggu, namun tak ada tanda-tanda pintu dibuka. Pesan Kannia untuk Rakka tidak dibalasnya, dibaca pun tidak. Oleh karena itu ia memutuskan untuk kerumahnya.

"Adek mencari nak Rakka ya?" tanya seorang ibu-ibu yang mengejutkan Kannia.

"Iya Bu, Rakka nya tidak ada di rumah ya?" tanya Kannia.

"Rakka kemarin sudah pergi ke London, mengunjungi papa nya ada disana." jelas Ibu itu.

Kannia mengerutkan kening,"Kalau boleh tahu, Rakka pulang nya kapan ya Bu?" tanya Kannia lagi.

"Wah kalau itu saya kurang tahu dek." jawab Ibu itu. Kannia lalu pergi meninggalkan teras rumah Rakka setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada ibu tersebut. Memang Rakka tinggal di Indonesia ini sendiri, sedangkan papa nya di London mengurus perusahaannya. Ibu dan adek tercintanya telah meninggal. Dan rumah itu, dia hanya mengontrak.

"Gini ya nasib gue" ucap Kannia pada dirinya sendiri. Terukir senyum dibibirnya namun air matanya tidak dapat dibendung lagi.

"Kenapa lo pergi Kak...  Gue udah ngelakuin apa yang lo mau. Tapi sekarang, lo ninggalin gue seenaknya"

"Sakit yah... " Kannia melangkankah kakinya menuju rumah sahabatnya itu. Hanya Cessa yang bisa membuatnya terhibur.

***

"Jadi, Kak Rakka ke London?" tanya Cessa. Kannia hanya mengangguk lemah. Setelah pulang dari Rakka, Kannia mampir ke rumah Cessa. Cessa menepuk-nepuk pundak Kannia pelan,"Tapi gue bangga sama keputusan lo, sepertinya Vano juga tidak buruk-buruk amat. Dan sekarang, lo lihat kan, Rakka ninggalin lo tanpa kabar," cecar Cessa.

"Udah ah jangan ngomongin itu lagi, ke Mall yuk." ajak Kannia. Sepertinya Kannia memang butuh refresing. Keputusannya sudah benar jika dia mengajak Cessa, karena anak itu suka sekali shopping.

"Hayuk, bentar siap-siap dulu." ucap Cessa dengan semangat. Tuh kan. Mata nya berbinar jika diajak belanja.

Hari ini Kannia dan Cessa menghabiskan tiga jam di mall. Sampai jam 5 sore, Kannia baru sampai di rumah. Dia menyadari bahwa keputusannya memang salah. Mengharapkan balasan cinta dari seseorang yang dia cintai sampai-sampai melakukan hal bodoh demi dia. Dan sekarang dia malah pergi meninggalkannya tanpa kabar. Kannia merasa dibodohi dengan cintanya sendiri.

-------

WM


Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang