Bolos Bareng

1.3K 83 1
                                    

Aku ingin kamu menjadi milikku tanpa penolakan. Karena apa? Semalaman penuh aku sudah memikirkannya

🍁🍁🍁

Walaupun gak ada yang respon sama cerita aku. Aku tetep bakal namatin ini cerita kok. Hiks😥

Happy reading ya!!

Kannia menuruni tangga rumahnya dengan tergesa-gesa. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 6.45, yang artinya dia akan terlambat dalam lima belas menit lagi.

"Mama" teriak Kannia Keras. Dia berjongkok untuk membetulkan tali sepatunya.

"Jangan teriak-teriak dong nak. Gak malu apa sama temen kamu" Sarah berdecak kesal, anak perempuannya ini sangat cempreng.

Pergerakan Kannia terhenti. Pikirannya mencoba mencerna perkataan ibunya. Teman?

Kannia menganga setelah tahu seseorang itu duduk di sofa rumahnya. Seseorang yang selama ini menghindar darinya. Dan kini,  dia duduk manis dan melambaikan tangan ala miss univers.

"Kenapa kakak kesini?" Kannia ikut nimbrung di samping seseorang itu. Alvano Jay Rhandika. Dialah orangnya.

"Berangkat bareng" jawabnya. Kannia mengangguk kikuk.

"Ma... Kannia berangkat dulu ya" teriak Kannia. Sarah datang tergopoh-gopoh dari arah dapur.

Setelah Kannia dan Vano berpamitan kepada orang tua Kannia, Vano mengendarai motornya membelah kota Jakarta bersama Kannia diboncengannya.

****

"Tuh kan kak. Udah tutup gerbangnya. Kita telat sekarang. Ini salah kak Vano" Vano terkekeh mendengar omelan Kannia. Vano duduk diatas motornya dengan santai sambil memakan permen karetnya.

Sedangkan Kannia? Berdiri dan menatap nanar gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi sudah tertutup rapat. Bagaimana tidak telat? Vano memperlambat laju motornya. Sangat jelas Vano sengaja melakukannya. Entah apa tujuannya. Yang pasti Kannia jadi terlambat untuk hari ini.

Vano menjawili pundak Kannia,"Udahlah Kan. Bolos aja sekalian. Gue gak mood kalau dapat hukuman hari ini" Kannia tetap tidak menggubris Vano. Berdiri memunggunggi Vano dengan tangan yang terlipat didada.

"Kan... Bolos yuk" Kannia membalikkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat.

"Kakak itu beneran sesat ya. Udah mau UN tuh jangan kebanyakan nakal. Tobat napa" omel Kannia. Vano mengangguk, "Yuk ikut aku" Kannia menggeleng.

"Kemana? Gak mau" Vano mendengus kesal.

"Ayolah Kan. Janji deh ini yang terakhir gue bolos. Ikut yuk" Vano memasang wajah melasnya.

Sebenarnya Kannia ingin tertawa melihat ekspresi langka seorang Vano ini. Tapi demi gengsi dia tahan. Dia masih marah sama tingkah aneh Vano pagi ini.

"GAK.MAU" ucap Kannia penuh penekanan. Vano berdecak kesal lalu membuang permen karetnya kesembarang tempat. Ck Vano Vano. Kalau Ada yang nginjek bagaimana.

"Dengerin gue ya. Ini yang terakhir buat gue. Janji deh. Lagian lo mau apa dihukum sama Bu Srigala" Kannia terdiam. Betul juga. Dia malas jika harus berurusan dengan Bu Sri.

Kannia menghentakkan Kalina kesal lalu naik di boncengan motor Vano.

"Lah? Ngapain neng?" goda Vano. Kannia mencebikkan bibirnya kesal.

"Berangkat bang" ucap Kannia ketus lalu menabok pundak Vano.

"Katanya gak mau"

"Udah deh yuk cabut" Vano tertawa Keras lalu mulai menstater motornya.

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang