Baikan

1.4K 84 0
                                    

Aku ingin merubahmu menjadi lebih baik. Apakah aku terlalu ikut campur?

🍁🍁🍁

Happy reading! jangan lupa tinggalkan jejak biar barokah,,,

------

Kannia Pov

Salahkah Aku bila ingin mengubahmu? mengubahmu menjadi lebih baik lagi. Mungkin benar aku terlalu mencampuri urusanmu. Tapi entah kenapa aku tak bisa membiarkanmu, meninggalkanmu... aku tak bisa.

Gue berjalan mengikuti langkah Alex dari belakang, memastikan dia benar-benar melakukannya. Tepat di pintu bercat putih tertanda lab IPA, Alex masuk. Dari jendela gue bisa melihat dia duduk di sudut ruangan lab. Lalu dimana Vano?

Setengah jam berlalu, namun Vano tak kunjung datang. Gue mulai bosan menunggunya. Tapi...Gue segera bersembunyi di balik pot besar disaat Vano datang. Wajahnya datar tapi aura kemarahan masih ada disekitarnya.

"Banci lo... kenapa lo ngadu ha?" bentak Vano didepan Alex.

Alex mendorong tubuh Vano kebelakang,"Ini hukuman buat lo sama gue. So, jangan coba-coba kabur." sulut Alex tak terima. Vano menyeringai,"Bersihin tuh semuanya. Gue capek. Gue kakak kelas lo, jadi nurut aja." balas Vano lalu duduk bersila di atas meja.

Alex melempar kemucing ke arah Vano, dan mendarat tepat di jidatnya. Alex tertawa terbahak-bahak. Gue yang melihatnya ikut terkikik.

"BANGKE LO!!" teriak Vano. Tawa Alex semakin keras saat Vano mengumpatnya.

Vano menghampiri Alex dan bersiap menonjoknya.

"Stooop!!" seru gue di ambang pintu. Seketika Alex dan Vano menatapku bingung. Gue mengumpat dalam hati. Dengan cerobohnya gue masuk begitu saja. Ah sudahlah ngaku saja.

"Kannia?" ucap Vano dan Alex serentak. Kalau kompak gini lucu juga mereka. Kenapa harus berantem, kan masih bisa berteman.

Gue meringis,"Gue ditugaskan Bu Sri buat mantau kalian. Jadi, silahkan lakukan tugasnya." perintah gue dengan nada tegas yang gue buat. Widih ternyata gue bisa juga ya?

Gue duduk di sisi pojok lab. Gue mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan dua cowok itu. Tak jarang mereka beradu mulut dan tugas gue adalah memisahkannya. 

Vano membersihkan patung peraga sedangkan Alex yang membersihkan debu-debu yang bersarang di setiap sudut ruangan. Kalau gue? Gue yang nyapu. Mereka sempat debat karena tidak ada yang mau menyapu. Akhirnya dengan sabar, gue mengambil alih untuk menyapu lantainya.

"Lo aja yang nyapu" perintah Vano kepada Alex.

Alex berdecak,"Kenapa gue? Lo aja kali" balas Alex

"Gue lebih tua dari lo, jadi nurut sama gue" sungut Vano.

"Bodo amat. Gue gak takut sama lo" ujar Alex.

"Udahlah Lex, gue gak mau berantem mending lo aja" kata Vano

"Kok lo maksa" sungut Alex, Vano mendengus kesal," Udah lah, jangan protes lo aj-"

'BRAK' Gue memukul keras meja didepanku. Berantem lagi! Berantem lagi! hanya masalah nyapu aja gak mau. Dasar cowok-cowok sok jaim. Mentang-mentang cowok, jadi malu gitu kalau nyapu? Dih

Gue menghembuskan nafas pasrah,"Gue aja yang nyapu" putus gue. Rasanya gue pengen nabokin mereka satu-satu biar diem. Panas kuping gue dengar mereka ribut terus.

Lamunanku buyar tepat saat seseorang duduk disamping kananku.

"Alex?" seruku. Benar! seseorang itu adalah Alex. Kini dia tersenyum lebar kearahku. Pandanganku teralihkan, mencari sosok Vano.

Kulihat Vano duduk senderan jauh dari tempat gue. Dia meluruskan kakinya dan memainkan ponselnya. Apa Vano menghindariku? Gue tahu dia pasti masih marah sama kejadian tadi di taman belakang. Seharusnya gue tidak sekeras itu memberikan pengertian ke dia.

Gue tersentak saat tangan Alex melingkar di pundakku. Senang? tidak. Gue bahkan ingin lari saat itu juga. Perlakuan Alex kepadaku malah membuatku risih dan tidak nyaman. Gue sudah berusaha melepasan tangannya, namun dia malah mengeratkannya. Akhirnya dengan sangat terpaksa, gue diem aja pasrah dengan perlakuan Alex.

"Nanti malam jalan yuk?" ajak Alex. Tuh kan. Apalagi ini? tak tahukah kau Alex? kau membuatku sangat tidak nyaman.

Gue memutar otak mencari jawaban yang tepat,"Maaf Lex, gue nanti malem kedatangan tante sama om gue" jawab gue akhirnya. Tidak sepenuhnya berbohong. Memang tante dan om dari Malang akan berkunjung, bukan nanti malam tapi minggu depan.

Alex tersenyum kecut,"Gak pa-pa, next time oke" katanya. Gue hanya tersenyum menanggapinya.

"Gue suka sama lo, Kannia" celetuk Alex tiba-tiba. Yah... gue sudah tahu Lex. Sayangnya gue gak ada feeling sama lo Lex. Gue maunya kita temenan aja, tanpa ada rasa diantaranya.

"Gimana sama perasaan lo?" lanjut Alex lagi. Waduh! gue berfikir bagaimana caranya menolaknya tanpa membuat dia sakit. Tapi, penolakan pastinya akan ada sakit. Setidaknya dia masih mau memaafkanku.

"Gini Lex... Gue min-"

"Kannia" teriak seseorang dari ujung sana memotong ucapanku. Dia adalah Vano. Syukurlah gue bisa menghindar dulu dari Alex.

Segera gue berjalan menghampiri Vano,"Ada apa?" tanyaku saat sudah didepannya.

"Beliin gue minum." suruhnya. What? mode babu lagi gue. Lagian mana ada yang masih jualan sekarang. Jam pulang sekolah sudah berbunyi dua jam yang lalu.

"Mana ada yang jualan sekarang Kak" jawab gue. Vano menarik tangan gue keluar dari ruangan lab meninggalkan Alex disana.

***

Vano mengajak Kannia membeli es kelapa muda di depan sekolahnya. Mobilnya masih ada area parkir sekolah. Sedari tadi di lab, Vano sudah panas melihat Kannia dan Alex. Terlebih lagi Alex yang suka modus kepada Kannia. Vano membencinya. Sangat tidak menyukainya. Namun, gengsi sempat menguasai diri Vano. Bukankah tadi Vano membentak Kannia?

Hatinya semakin panas saat Alex menyatakan perasaannya kepada Kannia. Vano tidak tahan mendengar itu semua.

"Ya ampun Kak, makasih banget. Aku udah gak tahan kalau lama-lama dengan Alex. Pusing jadinya" seru Kannia. Vano memasang wajah datarnya tapi sebenarnya hatinya bersorak. Menertawakan nasib Alex karena Kannia risih dengannya.

Kannia menghela nafas, tak ada jawaban dari Vano,"Kak Vano masih marah? Maaf karena aku terlalu ikut campur urusan kakak. Aku gak mau aja Kakak terkena masalah lagi" kata Kannia sambil menunduk.

Vano mengulum senyumnya. Dia tidak marah kepada Kannia. Hanya sedikit kesal saja,"Udah gak pa-pa kok. Gue juga minta maaf karena udah kelewatan bentak-bentak lo" ujar Vano. Kannia mendongak dan tersenyum lebar ke arah Vano.

"Iya Kak gak pa-pa kok" celetuk Kannia. Vano mengacak-acak kasar rambut Kannia.

Kannia memanyunkan bibirnya seraya merapikan rambutnya. Vano terkekeh melihatnya, dia menoel bibir manyun Kannia,"Ih lebih panjang dari bebek" ledek Vano. Kannia melempari Vano dengan kerikil kecil dibawahnya. Vano tertawa keras dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara dia dan Kannia.

Aku menyukaimu apa adanya, tapi aku juga ingin kamu berubah. Berubah menjadi yang lebih baik. Salahkah aku?

-------

Udah segini aja. Tungguin kelanjutannya!!

Vote n comment kalian berpengaruh banget loh sama kelanjutan ceritanya,,,

Mau tanya? boleh banget. Tanyain aja biar aku ada temen chatnya, sekalian mau curhat juga boleh,,,

Okke lah, Happy reading the next part!

Ingatlah slalu sama vomentnya,,,

WM

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang