Aku masih bingung dengan apa yang ada pada dirimu. Kadang kamu membuatku sakit dan kamu juga yang mengobatinya
🍁🍁🍁
-----Perjalanan Kannia terasa panjang menuju parkiran. Entah itu karena hari ini melelahkan atau karena matanya yang memanas melihat dua orang itu bercanda ria. Yang jelas ada yang sesak dihatinya. Moodnya semakin turun di siang panas ini.
'Kok perih ya'
Kannia semakin mempercepat jalannya. Melewati dua orang itu dengan kepala yang menunduk. Dapat dia rasakan tubuhnya memanas.
"Ehem... Vano sayang, nanti jadi ke mall kan?" celetuk suara perempuan cantik itu. Lisa.
'Sayang? Mereka pacaran?' batin Kannia bertanya.
Digenggamnya ujung seragamnya kuat-kuat. Kannia terus melanjutkan jalannya sembari menebalkan telinganya mendengar ocehan Lisa. Ditambah lagi hujatan para cewek yang mungkin sekarang menjadi hatersnya.
"Sekarang Vano sama Lisa. Baguslah daripada sama adek kelas centil itu"
"Cantikan Lisa kemana-mana daripada Kannia"
"Akhirnya Vano kembali ke Lisa lagi. Dasar adek kelas pho"
'Kenapa sakit banget ya? Jangan nangis dong Kannia. Cengeng banget sih lo. Kak Vano bukan siapa-siapa lo. Lo gak punya hak buat cemburu' gerutu Kannia dalam hati.
Kannia membelokkan jalannya menuju kamar Mandi. Meraba dadanya. Menekannya kuat, begitu sakit. Kannia menangis. Yah kini dia merasakan sakit. Menangis tanpa alasan yang jelas. Untuk apa dia menangis? Vano?
Hubungan yang merenggang beberapa hari ini membuatnya merasa kehilangan.
'Ada apa ini? kenapa dengan hatiku? Bahkan sekarang Aku lupa bagaimana kabar Kak Rakka'
****
"Papa" seru Vano saat memasuki kamarnya dan mendapati papanya tengah berbaring diatas kasurnya.
Brian membuka matanya setelah sadar anaknya telah pulang dan kini telah ada dihadapannya. Sudah sebulan dia menyibukkan diri pulang pergi ke Australia karena urusan pekerjaan. Mungkin benar, Dia harus secepatnya memperbaiki hubungannya terhadap anak tunggalnya ini.
"Papa mau ngomong sama kamu" Vano mendekat Dan ikut duduk disamping Brian. Untuk hari ini dia tidak mau berdebat lagi dengan papanya.
"Apa kamu bener-bener ingin ketemu mama kamu?" Tanya Brian dengan serius. Seketika mata Vano membulat,"Apa Pa?"
Brian menghela nafasnya,"Kita akan ketemu mama kamu" Vano terkesiap. Sungguh dia ingin berteriak sekarang.
Vano merengkuh Brian erat. Impiannya akan terwujud. Vano sangat bahagia, lebih bahagia daripada menjadi pemenang diarena balap.
****
Kannia membolak-balikan bukunya kesal karena tak kunjung mendapat jawaban. Konsentrasinya hilang, hanya bayangan Vano yang ada dipikirannya. Dan kejadian tadi siang tentunya. Vano Dan Lisa...
"Arghh bisa gila gue" teriak Kannia frustasi.
Dering ponselnya mengalihkan perhatiannya. Nomor tidak dikenal terpampang di layar ponselnya. Dahi Kannia mengerut,"Siapa sih ini? Gak tahu orang lagi gak mood apa" Kannia menaruh kembali ponselnya tanpa mengangkatnya.
Untuk yang kedua kalinya nomor itu menelepon. Dengan ogah-ogahan, Kannia mengangkat telepon dari orang tersebut.
"Halo" suara Kannia sedikit sewot
"Halo. Apa ini Dengan Kannia?"
"Iya. Ini siapa ya?"
"saya Brian, papa Vano" Kannia menganga tak percaya.
"Ah ya Om. Ada apa ya?"
"Datang kerumah saya sekarang ya" Kannia menatap jam yang bertengger didinding kamarnya.
'Jam 7 malam? Ada apa Om Brian menyuruhku datang kerumahnya?'
****
"Hmm itu Om rumahnya, cat abu-abu nomor 31" terang Kannia. Brian mengangguk dan memberhentikan mobilnya di rumah bernomor 31 itu.
Kannia menoleh kesampingnya, cowok itu sedari tadi diam. Membuang muka kearah jendela. Seakan enggan duduk bersampingan dengan Kannia di kursi penumpang mobil milik Brian.
"Ayo Kak. Turun" Vano hanya berdehem.
Kannia menekan bel rumah itu kembali. Untuk yang kedua kalinya Kannia menginjakkan kakinya dirumah itu, rumah Alex.
"Maaf Bu, tante Yusi ada di rumah?" Tanya Kannia kepada seorang ibu-ibu dengan baju dasternya. Mungkin ART rumah ini.
"Nyonya Yusi ada didalam. Silahkan masuk"
Vano mencekal tangan Kannia sebelum memasuki rumah itu, langkah Kannia terhenti, "Gue nggak ngerti sama semua ini. Jangan buat gue bingung" celetuk Vano.
"Maaf. Nanti akan Aku jelaskan" balas Kannia lalu mengikuti langkah Brian yang sudah duduk di sofa ruang tamu.
Yusi menuruni tangga rumahnya setelah pembantu rumah tangganya memberitahukan ada yang bertamu. Tak terpikirkan sedikitpun siapa yang datang pada jam begini ke rumahnya. Mungkin job untuk dunia modelnya lagi? Entahlah. Sekarang Yusi turun ke dalam dunia bisnis. Sebuah resto telah dipegangnya kini.
"Eh Kannia Dan Mas-
"Selamat malam Yusi" Yusi terpaku ditempat. Didepannya kini telah ada Kannia, mantan suaminya dan anak yang selama ini dirindukannya.
Yusi berjalan pelan mendekat kearah ketiga orang yang kini bertamu dirumahnya. Yusi membekap mulutnya sendiri, isakan-isakan pelan mulai terdengar dari mulutnya.
"Ma-ma" ucap Vano ragu. Untuk yang kesekian kalinya, Vano memanggilnya lagi mama. Tangis Yusi pecah, pecahan-pecahan kenangan kini teringat lagi. Teringat Bagaimana dia harus merelakan keluarga kecilnya demi mengejar mimpinya di dunia modeling.
Lari dari tanggungjawab? Iya. Itu adalah kesalahan terbesar yang Yusi buat. Lututnya lemas, tubuhnya luruh ke lantai. Vano mendekapnya. Dekapan anak yang rindu terhadap sosok ibunya.
Masih pantaskah Yusi mendapatkannya? Mendapatkan gelar sebagai ibu? Lagi. Yusi menatap Vano lekat yang kini berada didepannya. Betapa tampan dia sekarang! Anak yang dulu ditinggalkannya, kini sudah tumbuh sebesar ini. Rasa penyesalannya semakin besar.
"Maafin mama Vano... Maaf...Dulu memang mama ti-
"Papa sudah cerita semuanya. Biarkan saja yang dulu, yang terpenting adalah sekarang" potong Vano.
"Iya Yusi. Sudahlah Aku sudah memaafkanmu. Aku ijinkan kamu untuk bertemu Vano sesukamu. Mungkin Kannia benar, Vano membutuhkanmu" ujar Brian. Yusi tersenyum lebar dan kembali merengkuh Vano Dalam peluknya.
Kannia mengusap air mata yang membasahi pipinya kasar. Adegan mellow pertemuan ibu dan anak didepannya ini membuat hatinya tersentuh. Akhirnya Vano bisa bertemu dengan ibu kandungnya. Ada perasaan lega yang menyelimuti hatinya.
"Ma.. Vano kangen banget sama mama" ucap Vano pelan. Semua yang mendengar suara paraunya pasti akan menangis.
Yusi semakin mempererat pelukannya,"Apalagi mama sayang. Mama sayang Alva"
Vano menyenyit,"Alva?" yusi terkekeh pelan,"Itu panggilan khusus dari mama buat kamu Alva. Alvano Jay Rhandika anak mama"
----
Hufft sudah😷
Ngebut buat satu part ini. Vommentnya jangan lupa!?
Mau sekolah😂 Aku kangen kalian guys😂
Salamaja,
WM
KAMU SEDANG MEMBACA
Step of Heart [Completed]
Teen FictionIni kisah mereka, Kannia Andhira, Alvano Jay Rhandika, dan yang lainnya. Kannia si-cewek ceria dengan semua ceritanya harus terjebak diantara dendam dan kesalahpahaman. Bad boy Vano dan cinta pertamanya, Rakka. Alvano si-cowok bad boy dengan sejut...