Amarah Vano

1.4K 120 0
                                    

Aku memang buruk dimata kalian semua. Aku akan menghajar siapapun yang melukai orang-orang yang aku sayang.

🍁🍁🍁

Tekan tombol bintangnya ya!

-----

Vano dan Alex sedang duduk berdampingan di ruang wakil kepala sekolah. Menunggu datangnya Bu Sri, untuk membicarakan hukuman mereka. Keheningan menyelimuti Vano dan Alex. Sesekali mereka saling lirik.

"Ingat ya Kannia milik gue" celetuk Alex tiba-tiba. Vano mendelik ke sampingnya, menatap datar Alex.

"Oh ya? Emang Kannia mau sama lo?" tanya Vano tetap dengan wajah datarnya.

Alex bersendekap,"Dia akan takluk sama gue nanti, lihat aja" tegas Alex. Vano tersenyum miring dengan apa yang diucapan Alex. Senyuman meremehkan.

"Lo jangan deketin dia lagi atau..." ancam Alex. Vano menaikkan sebelah alisnya,"Atau apa?"tanya Vano balik menantang. Tatapan tajam mereka beradu.

"Lo mau nonjok gue? kemarin aja tepar"kata Vano meremehkan. Alex mencengkeram kerah baju Vano,"Kali ini gue gak akan kalah" ucap Alex penuh penekanan. Vano mendorong tubuh Alex lalu merapikan kerah seragamnya.

"Dasar anak gak punya Ibu. Dimana mama lo? dia pelacur ya, mangkanya ninggalin lo" celetuk Alex, Vano berdiri dari duduknya dan menonjok Alex bertubi-tubi,"Jangan pernah hina mama gue. Lo gak tahu hidup gue, jadi tutup mulut lo BANGKE" teriak Vano lalu menonjok pipi Vano lagi. Teriakan Vano mengundang datangnnya para guru.

"VANO HENTIKAN" teriak Bu Sri lalu melerai mereka. Nafas Vano masih memburu naik turun. Amarahnya masih berkobar di hatinya, sementara Alex tersenyum penuh kemenangan ke arah Vano.

Bu Sri menatap Vano dan Alex bergantian, memijat pelipisnya karena pusing dengan kedua muridnya ini,"Kalian ini gak ada rukun-rukunnya yah, ketemu bentar aja udah main tonjok" omel Bu Sri."Duduk" perintahnya.

"Mulai besok hukuman kalian dijalankan. Tepatnya saat pulang sekolah. Saya tidak mau dengar lagi kalian berantem. Kalian berdua harus bekerja sama. Mengerti" bentak Bu Sri.

"Ya"

"Siap Bu"

***

Mata Kannia tak lepas dari ponselnya dan menyebabkan bakso di depannya tak tersentuh olehnya. Nafsu makannya entah kenapa hilang begitu saja sejak Vano tidak membalas pesannya.

Pandangannya juga menyusuri setiap meja di kantin, namun tak juga dia temukan Vano. Teman-temannya juga tidak ada. Kannia bertanya-tanya dimana meraka semua. Cessa yang menyadari gelagat aneh sahabatnya itu berdehem.

Kannia menoleh ke Cessa,"Kenapa?"

"Lo yang kenapa? panik gitu" cibir Cessa. Kannia mengecek ponselnya lagi lalu berdecak kesal karena tidak ada notif dari Vano.

"Vano kemana ya Ces?" tanya Kannia kepada Cessa. Seketika Cessa tertawa,"Lo sekarang kok jadi peduli banget sih sama Vano" kata Cessa disela-sela tawanya.

Kannia mengetuk kepala Cessa dengan sendok,"Gak usah ketawa. Gue sama dia cuma temen kok" ujar Kannia. Cessa tersenyum lebar, "Emang lo mau lebih dari itu" goda Cessa sambil menoel-noel pipi Kannia.

"Udah ah pusing gue, lo malah buat gue tambah bete" ucap Kannia lalu meninggalkan Cessa. Cessa hanya mengedikkan bahu acuh lalu melanjutkan makannya.

Kannia berjalan tergesa-gesa menuju taman belakang. Dia berfikir akan menemukan Vano disana. Dan benar Vano menyender pada pohon seperti biasanya. Mata Vano terpejam, pikirannya jauh menerawang entah kemana.

"Kak Vano" panggil Kannia. Seketika Vano membuka matanya," Kannia? Ada apa?" tanya Vano.

Kannia ikut duduk menyender,"Kenapa pesan aku gak dibales?" Kannia mulai bertanya.

"Ohh hp gue ada di tas" jawab Vano. Kannia merutuki kebodohannya sendiri, dia terlalu khawatir dengan Vano tanpa sebab. Kannia juga tidak tahu kenapa perasaannya seperti ini. Dia akan merasa sepi kalau Vano tidak ada disampingnya.

"Lo nanti pulang sama teman lo itu ya. Gue lagi ada masa hukuman" celetuk Vano. Kannia mengangguk dan tersenyum penuh arti.

Kannia meraba sakunya, mengeluarkan sebungkus permen sunduk coklat. Dia selalu membawa permen dan memakannya saat dia sedang marah, sedih, dan saat pelajaran berlangsung.

"Nih buat kakak" Kannia menyodorkan permen itu ke Vano. Vano menggeleng.

Kannia membuka bekas permen itu. Ditekannya kedua pipi Vano sehingga mulutnya terbuka. Kesempatan itu dia gunakan untuk memasukkan permen itu ke dalam mulut Vano.

"Lo apa-apaan sih, pemaksa banget" omel Vano tanpa melepas permennya. Kannia terkekeh,"Katanya gak mau" goda Kannia.

Vano tak menanggapi godaan Kannia. Dia menengadah menatap langit biru dengan burung-burung yang berterbangan kesana kemari. Kannia menatap Vano dalam, dia merasakan aura kesedihan menyelimuti Vano. Tingkah bandelnya hanya sebagai tameng untuk menutupi itu semua.

"Thanks buat permennya" celetuk Vano yang membuyarkan lamunan Kannia.

"Ah iya. Kakak makan permen aja saat kakak lagi sedih, galau, mewek, merana, bos-"

"Gue gak pernah ya galau, mewek apalagi merana. Menye-menye banget" sahut Vano memotong ucapan Kannia.

Kannia mengerucutkan bibirnya,"Yah gitu lah. Daripada Kakak lampiasin ke rokok mending permen aja. Udah enak, manis, gak bikin polusi udara lagi" terang Kannia. Vano hanya berdehem dan manggut-manggut mengerti.

"Oh ya Kak, Kakak yang buat Alex lebam ya?" tanya Kannia mengalihkan pembicaraan.

Kannia menggigit bibir bawahnya, merasakan aura kemarahan yang muncul dari Vano. Tapi misi Kannia kali ini adalah dia harus mendamaikan mereka berdua. Kannia memang tidak suka permusuhan. Apalagi permusuhan tersebut karena dirinya.

"Iya" jawab Vano singkat.

"Seharusnya Kakak jangan terpancing emosi sama Alex, di ruang guru lagi. Nanti pandangan guru-guru semakin jelek ke Kakak" cecar Kannia menasehati.

"Dia yang mulai duluan" jawab Vano yang mulai tersulut emosi.

"Ya tetap saja Kakak harus mengendalikan emosi Kakak"

"Ya lo benar. Gue emang gak bisa nahan emosi gue, terlebih saat mama dihina. Gue gak bisa diem aja. Gue emang badboy, tapi gue gak biarin siapapun mengolok mama yang tidak-tidak. Lo gak ngerti perasaan gue. Stop buat ikut campur urusan gue Kannia" bentak Vano lalu meninggalkan Kannia yang menunduk.

Air mata Kannia turun deras. Baru kali ini dia dibentak. Kemarahan Vano sudah menunjukkan kalau dia sangat menyayangi ibunya. Kannia tahu itu, seharusnya dia tadi tidak membahas tentang Alex saat suasana hati Vano sedang tidak enak.

------

Udah segini aja. Vote sama commentnya masih ditunggu lohh

WM



Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang