Comfortable

1.6K 78 0
                                    


Jangan pergi, kamu harus tanggungjawab. Kenyamanan ini tak mengijinkanmu pergi dari hidupku.

🍁🍁🍁


Hari ini, Minggu pagi, Vano mengajak Kannia ke mall membeli sepatu. Lebik tepatnya memaksa. Padahal waktu itu Kannia ingin sekali menghabiskana waktunya dirumah dan membaca maraton novelnya. Eh Vano udah nongol aja depan rumah. Sebelumnya Kannia pura-pura sakit saat Vano datang, tapi sepertinya dia tidak bisa dibohongi. Tak habis-habis juga, Sarah menggoda Kannia tadi.

"Kenapa?Gak ikhlas lo nemenin gue?" tanya Vano sinis saat memasuki mall. Kannia menggelang lema

"Iya lah lo ganggu acara Minggu gue tahu nggak." gerutu Kannia pelan.

"Gue denger kali, habis dari sini ke rumah gue. Katanya mau ketemu Bi Yam, mau minta resepnya." Mata Kannia berbinar,"Beneran Kak?"tanya Kannia. Vano mengangguk. Kannia akan menunjukkan masakannya dari resep Bibi Vano kepada Rakka.

"Mama?" celetuk Vano.

"Mama?" seru Vano sekali lagi. Dia yakin. Dia tidak mungkin salah, masih ingat betul. Vano menarik Kannia dan mengajaknya berlari. Kannia ikut berlari tergopoh-gopoh karena tarikan tangan Vano Sampai kami sampai di parkiran mall.

"MAMA" teriak Vano. Perempuan itu terhenti saat akan membuka pintu mobilnya. matanya membulat saat melihat mereka berdua. Segera Vano menghampirinya.

"Anda mama saya kan? Aku gak mungkin salah. Vano kangen sama mama." kata Vano. Perempuan yang Vano yakini sebagai mamanya hanya menunduk.

"Maaf, mungkin kamu salah orang." katanya. Vano menggeleng. Masih teringat betul, tiga tahun lalu, saat dia datang ke rumah Vano dan mengaku sebagai mama.

"Nggak, Anda mama saya. Vano kangen mama." kata Vano lirih. Tak ada balasan sejenak dari wanita di depanku ini.

"Kamu salah orang, saya harus pergi." katanya lalu masuk ke mobilnya dan melesat meninggalkan Vano yang masih mematung.

"Kannia... gue yakin banget kalau itu nyokap gue." Celetuk Vano mengadu kepada Kannia. Kannia mengusap punggung Vano pelan." Iya gue percaya sama Kakak kok. Gue akan bantu cari mamanya Kakak." Kannia tersenyum.

Vano menatap nanar jalanan padat kendaraan didepannya. Kannia menarik tangan Vano dan membuyarkan lamunannya.

"Yuk. Jangan melamun aja"

***

Kannia berdecak kagum terhadap rumah mewah Vano, kini dia sedang duduk di sofa ruang tamu. Tak lama kemudian Vano datang membawa minuman dan... seorang perempuan dengan memakai daster. Mungkin itu Bu Yam.

"Kannia... ini Bi Yam." ucap Vano sambil meletakkan minuman di atas meja. Kannia berdiri dan mencium punggung tangan Bi Yam."Eh?" kata Bi Yam kaget.

"Saya Kannia bi." kata Kannia memperkenalkan diri.

"Gelis pisan neng Kannia ini. Sopan lagi" Kata Bi Yam lagi. Kannia tersenyum malu.

"Makasih Bi Yam. Oh ya Bi, ajarin Kannia masak dong. Buat nambah koleksi resep Kannia Bi." ajaknya semangat. Menang Kannia antusias sekali ingin belajar masak. Bagaimanapun dia cewek, soal masak-memasak dia harus bisa dong.

"Ayuk Neng, ke dapur aja." celetuk Bi Yam. Akhirnya Kannia dan Bi Yam masuk ke dapur dan memulai mengobrak-abrik dapur Vano. Haha maaf Kak.

***

"Makasih ya Kak. Hati-hati." Vano mengangguk,"Iya."

Kannia kembali memasuki rumah saat motor Vano melesat meninggalkan pekarangan depan rumahnya. Pintu terbuka, dan tidak ada siapa-siapa. Selembar kertas tertempel di pintu kamar Kannia.

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang