Perasaan Alex

1.5K 88 0
                                    

Aku memang tidak mencintaimu, tapi aku bisa memberimu ruang untuk menjadi sahabat terbaikku.

🍁🍁🍁

Keringat mengucur deras di kedua pelipis Kannia. Dia kini berada di kantin bersama dengan Vano. Setelah pagi ini dia membantu Vano menyelesaikan kebaikan yang pertama, ternyata cukup melelahkan. Kannia menyadari bahwa menjadi tukang kebun tak semudah yang dia bayangkan. Kannia bangga pada Mang Husen. Berkat ketelatenannya dalam merawat tanaman, SMA Pelita memiliki banyak budidaya tanaman. Mulai dari bunga, buah, sayur, pala wija, apotik hidup, dan lainnya. SMA Pelita juga masuk dalam sekolah adiwiyata. Sebelum pergi, Kannia dan Vano meminta tanda tangan Mang Husen sebagai bukti untuk diserahkan kepada guru nantinya.

Kannia menyerderkan punggungnya di dinding kantin,"Capek juga ya ternyata" celetuk Kannia.

"Ya" balas Vano. Kannia mendelik ke arah sampingnya,"Kakak capek apanya? orang tadi aku  yang ngerjain. Kakak cuma jailin aku aja" gerutu Kannia

"Ya sama aja gue juga capek, beliin gue minuman dong" suruh Vano. Kannia melotot ke arahnya.

"Kenapa? gak mau, lo masih jadi kacung gue ya" ucap Vano. Kannia hanya menghembuskan nafas pasrah, tinggal seminggu lagi dia akan terbebas dari sikap bossynya Vano.

"Iya-iya" kata Kannia lalu beranjak berdiri dengan ogah-ogahan.

Kannia telah kembali dengan dua botol air mineral di tangannya,"Nih" ucap Kannia menyerahkan satu botol ke Vano.

Vano mengembalikan botol itu ke Kannia,"Kok air putih sih? jus aja. Cappucino deh" ucap Vano. Kannia memutar bola matanya.

"Udah ini aja, air putih itu sehat. Lagian kan ini masih pagi" nasehat Kannia. Vano menggeleng.

"Yaudah kalau gak mau buat aku aj-"

"Yaudah sini" Vano merebut kembali satu botol air putihnya. Kannia menyeringai,"Kebaikan kedua... kakak mau ngapain?" tanya Kannia sembari membuka tutup botol airnya. Vano mengedikkan bahunya lalu meneguk airnya hingga setengah.

"Beli buku aja untuk disumbangin ke perpustakaan" usul Kannia. Vano menggeleng,"Yang lain aja, gue gak pernah ketoko buku" tolak Vano.

"Yaelah... kan ada aku" kata Kannia seraya menaik turunkan alisnya. Vano terkekeh,"Genit juga ya lo ternyata" goda Vano. Kannia memanyunkan bibirnya sambil terus meminum airnya.

"Nanti temenin gue ke Bu Sri buat kasih laporan dan tanda tangannya Mang Husen" ucap Vano. Kannia hanya menjawabnya dengan deheman. Rupanya dia sedang dalam mode marah.

***

"Ini bener kamu yang ngerjain, kamu gak nyewa orang lagi kan?" tanya Bu Sri curiga. Vano menatapnya datar,"Beneran Bu, kalau gak percaya tanya aja sama Mang Husen" jawab Vano. Bu Sri hanya manggut-manggut.

"Ini catatan yang harus kamu lakukan, jadi karena kasihan sama kamu Ibu akan ringankan hukumannya menjadi lima kebaikan dan saya yang tentukan" kata Bu Sri seraya memberikan selembar kertas kepada Vano.

"Dan kamu harus melakukannya dengan Alex" lanjut Bu Sri. Pernyataan Bu Sri sontak membuat Vano membulatkan matanya. Bagaimana bisa dia dan Alex melakukannya bersama. Bertemu saja sudah membuat Vano naik darah, apalagi kerja sama untuk itu.

"Jika ada lagi keributan yang kamu ciptakan dengan Alex, hukuman akan ditambah dua kali lipat" cecar Bu Sri lagi.

Vano meninggalkan ruang guru dengan lesu, Kannia yang sudah menunggu sedari tadi bingung dengan ekspresi Vano.

"Kenapa Kak?" tanya Kannia. Vano menyerahkan selembar kertas ke Kannia. Mata Kannia menyusuri setiap kata yang tertulis di kertas tersebut.

1. Membersihkan lap IPA

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang